Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alumni ITS Tawarkan Konsep Penanganan "Wedhus Gembel"

Kompas.com - 07/02/2014, 19:39 WIB
Kontributor Surabaya, Achmad Faizal

Penulis


SURABAYA, KOMPAS.com - Konsep penanganan dampak awan panas atau "Wedhus Gembel" gunung api ditawarkan oleh salah seorang alumnus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Ir Djaja Laksana. Konsep tersebut dibuat untuk meninimalisasi dampak erupsi gunung berapi yang kerap membawa korban materi hingga korban jiwa.

Djaja Laksana menyebut konsep tersebut sebagai "Bernouli Water Sprayer". Sistem kerja konsep tersebut sederhana, yakni dengan menyiramkan air ke pusat semburan awan panas gunung berapi, sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan dan kehidupan masnusia di sekitarnya. Air tersebut dialirkan melalui pipa dengan pompa yang ujungnya diletakkan di lokasi paling dekat dengan puncak kawah gunung berapi.

"Air yang diambil adalah air laut. Berapapun jauhnya pipa yang disediakan harus sampai ke laut," kata Djaja Laksana, Jumat (7/2/2014) saat presentasi.

Di titik tertentu pipa, disediakan ruang penampung air laut. Saat terjadi erupsi, air akan disemprotkan dengan tekanan 20 bar. "Saya yakin, berapapun panas suhu awan panas, akan ditaklukkan dengan semburan air laut ini," jelasnya.

Konsep Bernouli Water Sprayer, kata Djaya, sudah dipatenkannya ke lembaga Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Sayangnya hingga saat ini belum keluar nomor registrasinya.

"Saya juga sudah mengundang Kemenristek ke ITS untuk mendengarkan paparan konsep ini, namun belum ada tanggapan," pungkasnya.

Sebelumnya, Djaya Laksana juga sempat menawarkan konsep penghentian semburan lumpur panas Sidoarjo dengan teori Bendungan Bernouli. Meskipun sempat diundang untuk presentasi oleh Menteri Pekerjaan Umum, hingga kini tidak dipakai oleh pemerintah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com