Hingga kini, kematian sapi secara aneh tersebut terus berlangsung tanpa bisa dihindari. Kepala Desa Puding, Junaidi ketika dikonfirmasi melalui telepon menyebutkan, sapi di desa mereka terus mengurus dan mengeluarkan darah dari pori-pori, mulut berbusa lalu mati.
"Kematian sapi masih terjadi, warga panik, sehingga mereka banyak menjual ternak mereka itu dengan harga sangat murah, jika sapinya belum mati," kata Junaidi, Minggu (8/12/2013).
Warga menilai, pemerintah lamban mengambil langkah pengobatan dan pencegahan karena telah 10 hari wabah menyerang, belum ada tindakan konkrit yang dilakukan. Kata Junaidi, pihak pos kesehatan hewan milik pemerintah setempat belum mengetahui jenis penyakit tersebut. "Mereka baru ambil sampel katanya akan diuji di lab terlebih dahulu," tambah Junaidi.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan, Kabupaten Bengkulu Selatan Wika Gatot Subroto ketika dimintai konfirmasi via telepon belum dapat dihubungi. Warga berharap pemerintah cepat mengambil langkah agar wabah yang diduga menular tersebut tidak terus berlangsung. Hingga kini warga mengalami kerugian sekitar Rp 700 juta akibat kematian sapi-sapi tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.