Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MUI Wajibkan Hotel di Madura Dilengkapi Mushala

Kompas.com - 18/11/2013, 08:54 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis

PAMEKASAN, KOMPAS.com — Majelis Ulama Indonesia (MUI) Madura, Jawa Timur, akan menerapkan aturan bagi setiap hotel yang ada di Madura, untuk menyediakan tempat ibadah khusus kaum Muslim (mushala). Untuk memuluskan langkah tersebut, MUI sudah membuat buku pedoman yang wajib diitaati oleh setiap pemilik hotel di Madura.

Ketua Forum Komunikasi MUI Madura, Ali Rahbini Abdul Latief, menuturkan, buku panduan hotel itu di antaranya berisi tentang kelengkapan bangunan mushala dan tempat ibadah yang dilengkapi dengan mukena dan Al Quran. Ketika sudah tiba waktu adzan, ada petugas di mushala yang mengumandangkannya.

“Dalam waktu dekat buku panduan tersebut akan disebarkan kepada seluruh pemilik hotel di Madura,” terang Rahbini, Senin (18/11/2013).

Rahibini menambahkan, program tersebut hendaknya didukung oleh semua bupati di Madura, karena kebijakan ini dalam rangka menjaga identitas Madura yang Islami. Lebih-lebih setelah terbentangnya Jembatan Suramadu yang membawa dampak terhadap semakin beragamnya kehidupan masyarakat.

Agar tidak menimbulkan resistensi, dalam penyusunan buku panduan tersebut, pihak MUI sudah melibatkan beberapa pengusaha perhotelan. Intinya, para pengusaha perhotelan di Madura tidak ada masalah dengan penerapan hotel “Islami” tersebut.

Meskipun demikian, jika dalam perjalanannya nanti ada hal-hal yang perlu dikaji lebih dalam, MUI membuka ruang diskusi agar konsep tersebut lebih sempurna. “Jika nanti tidak ada masalah, konsep ini akan kami usulkan ke Gubernur Jawa Timur, agar juga diterapkan di semua hotel yang ada di Jawa Timur,” ungkap Rahbini, yang juga ketua MUI Pamekasan ini.

Sampai saat ini perkembangan perhotelan di Pamekasan berjalan sangat lambat. Sampai tahun ini, masih belum ada satu pun hotel berbintang di Pamekasan. Hal ini berkaitan dengan ketatnya aturan dan perizinan dari pemerintah.

Bahkan hotel yang sedang dibangun pun mendapat tentangan dari warga Pamekasan karena banyak dianggap identik dengan tempat maksiat. “Asumsi hotel sebagai tempat maksiat itu kemudian kita hapus dengan konsep yang sudah dirancang oleh MUI,” tandas Rahbini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com