Meskipun sibuk berjualan, gadis yang berpenampilan sederhana itu, tetap belajar, karena ia ingin kuliah.
“Tahun 2020, saya kembali ikut tes perguruan tinggi. Saya diterima di UIN Sunan Kalijaga.
Meskipun sudah menjadi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, tetapi Junna belum bisa merasakan belajar di kampus, karena waktu itu terjadi wabah Covid-19.
Junna, harus belajar secara online di rumah, sambil berjualan ayam potong.
Baca juga: 17 SDN di Semarang Masih Kekurangan Murid, Mana Saja?
Hasil dari jualan ayam potong itu, digunakan untuk membayar kuliah dan hidup sehari-hari bersama ibu dan adiknya.
“Tiga semester saya belajar secara online. Pada semester 4, saya baru merasakan belajar di kampus. Alhamdulillah, pada semester itu, saya mulai mendapat beasiswa bidik misi,” aku Junna.
Di kota gudeg, Junna tinggal di pondok pesantren Al Barokah.
Baca juga: Mahasiswi di Yogyakarta Tewas Diduga akibat Gantung Diri, Polisi Temukan Sepucuk Surat
Ia memilih tinggal di Ponpes. Pasalnya, selain bisa menimba ilmu agama, menurut Junna, hidup di Ponpes lebih irit dibanding ngekos.
“Dari beasiswa bidik misi, per bulan saya mendapat uang saku Rp 700.000 rupiah. Sedang untuk biaya kuliahnya, gratis. Untuk menutup kekurangan biaya hidup di Jogja, saya nyambi ngelesi anak-anak SD dan SMP,” papar dia.
Saat ini, setelah lulus, Junna, masih mencari beasiswa S2, sambil menunggu pendaftaran CPNS.
Baca juga: 8 Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran 2023, Lulus Bisa Jadi CPNS
Gadis yang mengaku belum punya pacar ini bercita -cita menjadi peneliti perempuan.
“Saya pengin kerja di Pengadilan Agama. Saya ingin membantu anak-anak yang nasibnya seperti saya,” ucapnya lirih.
Sementara itu, ibu Junna, Nuryatimah, mengaku kagum dengan kegigihan anak nomer tiganya itu.
Sebab, selain harus membayar uang kuliah dan membiayai kebutuhan keluarga, semangatnya untuk kuliah tidak pernah padam.