UNGARAN, KOMPAS.com - Setelah lulus sekolah, Nurkholis, warga Desa Sepakung Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah mengaku kebingungan untuk mengakses lowongan pekerjaan.
Sebab, kampung tempat tinggalnya belum terakses internet.
Dia harus keluar kampung untuk bisa melihat berbagai lowongan pekerjaan yang disediakan perusahaan.
"Atau harus naik pohon serta ke bukit-bukit untuk bisa dapat sinyal di ponsel," ujarnya sembari tertawa, Jumat (21/6/2024).
Baca juga: Banjir Rob, Solusi Rumah Apung Demak, dan Tantangannya...
Namun semua berubah pada 2018, Sepakung yang berada di lereng Gunung Telomoyo ini mulai bisa mengakses internet.
"Setelah itu, meski awal-awal belum lancar, internet mulai masuk Sepakung dan warga terbiasa menggunakan untuk berbagai keperluan," kata Nurkholis.
Pria yang kini berusia 27 tahun itu mengungkapkan, setelah warga familiar dengan internet, geliat pengetahuan dan ekonomi warga menjadi terdongkrak.
"Paling utama, bisa langsung berkomunikasi dengan kerabat dan relasi dari berbagai daerah," kata dia.
Baca juga: Pasang Tiang Kabel Internet, Seorang Pekerja di Purbalingga Tewas, 4 Lainnya Kritis
Baca juga: Sejarah Nagoro, Desa yang Dihuni Ratusan Boneka
Sementara itu, Kepala Desa Sepakung Ahmat Nuri mengatakan, internet mulai masuk ke desanya pada 2018.
"Itu berawal dari keluhan warga yang merasa tertinggal dari wilayah lain. Sehingga 2017 itu mulai dirintis dan survei untuk pemasangan," jelasnya.
"Harus diakui, Sepakung pada tahun-tahun sebelum itu memang masuk blank spot karena tidak bisa internet dan sangat susah sinyal," kata Nuri.
Diketahui, kondisi geografis Desa Sepakung di lembah yang dikepung oleh sejumlah gunung dan perbukitan yang membuat kawasan tersebut tak terlingkupi sinyal internet.
Baca juga: Saat Bupati dari PDI-P Bagi-bagi Nmax Merah untuk Para Kepala Desa...
Nuri mengungkapkan, dirinya kemudian berusaha berkomunikasi dengan berbagai pihak agar internet 'tembus' ke Sepakung.
"Kalau selular ternyata memang tidak bisa, solusinya adalah internet itu dan Wi-Fi," kata dia.
Pada tahap awal, hanya beberapa titik yang bisa mengakses internet setelah dilakukan pemasangan.
Seiring waktu berjalan, sekarang sudah 95 persen wilayah Sepakung yang bisa mengakses internet.
"Sejak ada internet, komunikasi warga dengan dunia luar menjadi lancar, bisnis sayuran, madu, dan kopi semakin dikenal karena pemasaran online, dan terpenting pengetahuan warga akan teknologi dan untuk pendidikan juga semakin bagus," ungkap Nuri.
Baca juga: 8 Kabupaten yang Bagi-bagi Nmax untuk Camat, Kepala Desa, dan Lurah
Pengelolaan internet tersebut diserahkan ke BUMDes dengan nama sepakung.net.
Setiap bulan, warga membayar iuran sebesar Rp 100.000 dan mendapatkan 1 hingga 2 Mbps.
Nuri mengatakan, Sepakung menjadi Desa Digital Mandiri di Indonesia karena pengelolaan sepenuhnya ditangani pemerintah desa melalui BUMDes.
"Pengelolaan tersebut bertahan sampai saat ini, bahkan saat belum ada campur tangan dari pemerintah kabupaten, kita menciptakan aplikasi PAMdes atau Pelayanan Administrasi Pemerintah Desa," paparnya.
Dengan adanya aplikasi tersebut, pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih ringkas, cepat, dan hemat karena tidak perlu banyak kertas.
"Warga kami juga semakin memiliki kemampuan karena ada pendampingan serta pelatihan dari Pemkab Semarang. Bahkan kalau ada kunjungan dari perguruan tinggi juga kami minta memberi pelatihan agar semakin berdaya dan memahami teknologi," kata dia.
Nuri menegaskan, pada era dahulu buku adalah jendela informasi. Namun saat ini, internet menjadikan dunia dalam genggaman.
Karenanya, dia terus mendorong warganya untuk adaptasi dengan teknologi informasi yang terus berkembang.
Baca juga: Tuntut Kesejahteraan, Berapa Gaji Perangkat Desa?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.