"Ini bocor karena prosesnya berbeda dengan tahap dua, dipasang sheet pile baru diuruk lumpur," kata Slamet.
Meski tidak sampai harus meninggikan rumah, tapi kendaraan bermotor milik warga setempat berisiko rusak berkarat karena harus menerjang air rob dari laut.
"Dulu secara ekonomi kami harus berpikir untuk berlomba meninggikan rumah. Sekarang dampak rob itu bisa ditandai kalau lihat motor karatan itu pasti punya orang sini orang pantura," ungkapnya.
Slamet mengaku telah menyampaikan keluhan tersebut di berbagai forum. Dia berharap pemerintah mendengar hal itu dan bersedia melakukan perbaikan di tanggul tahap 1.
"Harusnya kami harap bisa diperbaiki, tapi bahasa pemkot harus nunggu anggaran. Padahal kami juga pengen hidup layak, karena kalau rob banyak yang gatal dan diare, belum lagi sebagian harus kerepotan menitipkan motor di Majid supaya enggak kena rob," bebernya.
Lebih lanjut, dia menambahkan pompa portabel yang diminta sejak lama juga baru dikabulkan sepekan sebelum Jokowi berkunjung ke proyek tanggul rob tahap 2 tersebut.
Baca juga: Banjir Rob, Solusi Rumah Apung Demak, dan Tantangannya...
"Ya sudah ada satu, tapi itu perlu 4-5 jam buat menguras air rob yang rembes ke permukiman. Kami harap bisa ditambah satu lagi supaya kami enggak lama kena rembesan rob," harapnya.
Tak hanya itu, wacana pengembangan potensi wisata bahasi di Tambaklorok diharapkan dapat terwujud dengan melibatkan warga setempat. Sehingga mereka menjadi pelaku wisata, tidak menjadi penonton di kampung sendiri.
"Kalau jadi kampung bahari, di tepi tanggul tahap dua seperti kata Pak Jokowi jadi tempat wisata kuliner, harapannya wisata bahari bisa menambah ekomoni dan menyejahterakan masyarakat, lalu dibentuk kelompok supaya kita jadi pelaku wisata, bukan cuma penonton," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.