Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Udin Suchaini
ASN di Badan Pusat Statistik

Praktisi Statistik Bidang Pembangunan Desa

Desa yang Tak Dirindukan

Kompas.com - 15/04/2024, 13:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sementara, catatan Eurostat di Eropa sebelum dimulainya krisis COVID, 61,3 persen orang melakukan komuter pada 2019. Hanya sebagian kecil yang tidak komuter.

Sehingga pekerja produktif tetap bisa tinggal di desa dan tetap bisa bekerja di kota sesuai lapangan usahanya.

Tak dirindukan

Sayangnya, jika peluang hidup di desa belum diungkap secara utuh. Kemajuan desa yang diungkap secara parsial, membuat penduduk usia produktif belum menjadikan desa sebagai pilihan untuk tinggal.

Peluang wisata desa dan produk unggulan memang cukup menarik perhatian, namun hanya untuk tinggal sementara, selepas itu kota tetap menjadi lokasi yang menarik untuk meningkatkan kesejahteraan.

Ilusi pun terus terjaga, desa sebagai gudangnya kemiskinan dan sumber tenaga kerja yang sebagian menjadi pengangguran di perkotaan.

Pemahaman umum yang terjaga, mayoritas penduduk desa masih hidup dalam kemiskinan dengan akses terbatas terhadap pendidikan, kesehatan, dan layanan dasar lainnya.

Bagi kota tujuan perantau menghasilkan masalah yang kompleks, meningkatnya pengangguran karena menunggu pekerjaan, angka kriminalitas yang tinggi.

Menciptakan situasi sosial yang penuh tekanan, membuat perantau merindukan kampung halaman, meski desa tetap saja belum dianggap sebagai lokasi yang dirindukan sebagai tempat tinggal.

Tersisa, desa tempatnya petani gurem, dijauhi oleh mimpi-mimpi masa depan, karena hanya menjadi pilihan terakhir memilih pekerjaan. Siklus ini akan terus terjadi, sampai saat pertanian diimpikan untuk menggapai masa depan. Entah kapan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com