Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Tewasnya Bocah 12 Tahun Saat Baku Tembak di Papua, Peluru Tembus Dinding Rumah Korban

Kompas.com - 12/04/2024, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Insiden baku tembak antara kelompok bersenjata pro-kemerdekaan Papua dengan Satgas Damai Cartenz di dekat permukiman warga di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, yang mengakibatkan dua anak terkena tembakan memunculkan pertanyaan besar tentang "kebijakan penempatan aparat di objek-objek sipil".

Ahli hukum dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Sigit Riyanto, mengatakan penempatan posko aparat di lokasi yang bercampur dengan masyarakat sipil hanya akan menimbulkan potensi pelanggaran hukum, jatuhnya korban sipil, dan menyulitkan gerak aparat.

Ketua Komnas HAM Papua, Frits Ramandey sependapat. Ia berkata, penempatan posko aparat yang bertugas melakukan penindakan sebaiknya di daerah-daerah yang "bisa memutus jalur transportasi ataupun jaringan kelompok bersenjata".

Baca juga: Panglima TNI Ubah Penyebutan KKB Jadi OPM, Ini Alasannya

Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz, Bayu Suseno, mengakui sebagian besar posko mereka berada di dekat permukiman warga. Hal itu dilakukan karena, klaimnya, kelompok kriminal bersenjata menyasar masyarakat sipil baik pendatang maupun orang asli Papua.

Dalam peristiwa yang terjadi pada Senin (08/04), seorang anak meninggal, yaitu Ronaldo Duwitau (12 tahun). Adapun Nepina Duwitau (6 tahun) masih dalam perawatan di Nabire.

Perwakilan keluarga korban mendesak Komnas HAM menyelidiki peristiwa tersebut dan meminta pelakunya diproses hukum sampai tuntas.

Beda versi kronologi baku tembak di Distrik Sugapa

Insiden baku tembak yang terjadi antara kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) -atau yang disebut Polri/TNI sebagai kelompok kriminal bersenjata (KKB)- dan aparat dari Satgas Damai Cartenz berlangsung di tengah-tengah permukiman warga di Distrik Sugapa, Intan Jaya.

Namun, baik TPNPB maupun Polri memiliki kronologi yang berbeda.

Menurut versi aparat, peristiwa itu bermula ketika Satgas Gakkum Operasi Damai Cartenz menangkap satu anggota yang diklaim bagian dari TPNPB atas nama Bui Wonda alias Bossman Wenda. Dia dituduh terkait senjata dan amunisi, kata Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz, Bayu Suseno seperti dilansir mediapolri.id.

Baca juga: KKB Kembali Beraksi di Puncak Papua Tengah, Tembak 2 Warga Sipil

Kemudian sekitar pukul 14.00 WIT, kelompok kriminal bersenjata wilayah Intan Jaya pimpinan Undius Kogoya melakukan upaya untuk membebaskan Bui Wonda dengan menyerang pos Bank Papua.

Suara rentetan tembakan kemudian terdengar dari arah belakang pos Bank Papua yang kemudian dibalas oleh anggota Satgas dari pos bank dan pos menara ke arah suara tembakan sebanyak enam kali tembakan.

Akibat serangan kelompok pro-kemerdekaan Papua, pos Bank Papua rusak berat. Sedangkan anggota Satgas disebut dalam keadaan aman.

Namun kira-kira pukul 14.30 WIT, sambungnya, terdapat dua masyarakat yang terkena tembakan yakni Ronaldo Duwitau dan Nepina Duwitau.

Satgas, klaim Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz, Bayu Suseno, segera mendatangi lokasi dan mengevakuasi kedua korban ke Puskesmas Bilogai.

Baca juga: KKB Bunuh Kepala Kampung di Pegunungan Bintang, Polisi ke Lokasi

Hingga saat ini belum diketahui dari arah mana tembakan yang melukai korban. Tapi Satgas akan terus melakukan penyelidikan.

Di pihak kelompok TPNPB, mereka memang telah menarget pos Bank Papua yang menjadi markas aparat dan tak ada sangkut pautnya dengan Bui Wonda.

Selain itu, menurut juru bicara TPNPB, Sebby Sambom, Intan Jaya merupakan wilayah perang. Sehingga aparat yang berada di sana sudah pasti bakal menjadi sasaran tembak.

Meskipun begitu, klaimnya, TPNPB tidak akan mengarahkan tembakan ke masyarakat sipil.

Sebby justru balik menuduh aparat dari Satgas Cartenz yang melukai dua anak itu.

"Itu kan tempat perang, maka sudah pasti ada baku tembak dan TPNPB tidak mungkin tembak warga karena kami tahu itu masyarakat. TPNPB akan melindungi warga Papua," ujar Sebby kepada BBC News Indonesia.

"Yang biasa tembak membabi buta begitu polisi. Kami tembak satu, mentalnya tidak kuat karena mereka anak-anak baru yang didatangkan ke sini dan tidak punya mental perang. Sementara kami dari kecil punya mental perang."

Baca juga: KKB Serang Pos Keamanan di Intan Jaya, Dua Bocah Tertembak, Satu di Antaranya Meninggal

Kronologi versi kerabat korban

Kerabat keluarga korban menunjukkan lubang di dinding kayu rumah yang terkena peluru.Istimewa via BBC Indonesia Kerabat keluarga korban menunjukkan lubang di dinding kayu rumah yang terkena peluru.
Di tengah saling klaim soal insiden baku tembak yang menewaskan seorang anak, kerabat keluarga korban yang berada di lokasi kejadian menceritakan apa yang disaksikannya kepada BBC News Indonesia.

Dia bercerita baku tembak itu terjadi pukul 14.00 WIT.

Dari arah yang berlawanan dari pos Bank Papua, katanya, terdengar suara tembakan dan kemudian dibalas oleh anggota Satgas Cartenz.

Pria yang tak mau diungkap identitasnya ini lantas menunjuk lokasi pos Bank Papua -yang menjadi markas aparat- dan letaknya memang berada di dekat permukiman warga.

Dalam video lain yang diterima BBC News Indonesia, suara rentetan tembakan betul-betul terdengar jelas dari rumah warga.

Akan tetapi, sambung kerabat korban, dua peluru ternyata menembus dinding kayu rumah keluarga Duwitau.

Baca juga: Sepak Terjang Abu Bakar Kogoya, Tokoh KKB yang Ditembak Mati

Peluru pertama mengenai sisi samping rumah bagian bawah yang merupakan ruang kamar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pria Bacok Tetangga di Banyuwangi, Ngamuk Halaman Gudang Jadi Lokasi Parkir Tahlilan

Pria Bacok Tetangga di Banyuwangi, Ngamuk Halaman Gudang Jadi Lokasi Parkir Tahlilan

Regional
Jokowi Makan Malam di Kampung Melayu Lombok, Pesan Nasi Goreng Istimewa

Jokowi Makan Malam di Kampung Melayu Lombok, Pesan Nasi Goreng Istimewa

Regional
Ada Sengketa, KPU Tunda Penetapan 5 Caleg Terpilih di Sumbar

Ada Sengketa, KPU Tunda Penetapan 5 Caleg Terpilih di Sumbar

Regional
Imbas Letusan Gunung Ruang, 1.324 Warga Dievakuasi Keluar dari Pulau Tagulandang

Imbas Letusan Gunung Ruang, 1.324 Warga Dievakuasi Keluar dari Pulau Tagulandang

Regional
Pencarian Dihentikan, 2 Penambang Tertimbun Galian Batu Bara Dinyatakan Hilang

Pencarian Dihentikan, 2 Penambang Tertimbun Galian Batu Bara Dinyatakan Hilang

Regional
Gunung Ruang Keluarkan Asap Setinggi 600 Meter

Gunung Ruang Keluarkan Asap Setinggi 600 Meter

Regional
Kisah Relawan Tagana Sumbawa, 14 Tahun Berada di Garda Depan Bencana Tanpa Asuransi

Kisah Relawan Tagana Sumbawa, 14 Tahun Berada di Garda Depan Bencana Tanpa Asuransi

Regional
14 Mobil Damkar Berjibaku Bersihkan Bandara Sam Ratulangi dari Debu Gunung Ruang

14 Mobil Damkar Berjibaku Bersihkan Bandara Sam Ratulangi dari Debu Gunung Ruang

Regional
TKA di Kepri Wajib Bayar Restribusi 100 Dolar AS Tiap Bulan

TKA di Kepri Wajib Bayar Restribusi 100 Dolar AS Tiap Bulan

Regional
Aksi 'May Day' di Semarang Ricuh, Polisi Semprotkan Water Canon Saat Gerbang Didobrak Massa

Aksi "May Day" di Semarang Ricuh, Polisi Semprotkan Water Canon Saat Gerbang Didobrak Massa

Regional
Ayah di Manggarai Timur Diduga Cabuli Anak Kandung sampai Melahirkan

Ayah di Manggarai Timur Diduga Cabuli Anak Kandung sampai Melahirkan

Regional
Daftar ke 4 Parpol, Pj Walkot Bodewin Siap Bertarung di Pilkada Ambon

Daftar ke 4 Parpol, Pj Walkot Bodewin Siap Bertarung di Pilkada Ambon

Regional
Culik Warga, Anggota Geng Motor di Lhokseumawe Ditangkap

Culik Warga, Anggota Geng Motor di Lhokseumawe Ditangkap

Regional
Buruh Demak Terbagi 2, Ikut Aksi di Semarang atau Jalan Sehat Bersama Pemerintah

Buruh Demak Terbagi 2, Ikut Aksi di Semarang atau Jalan Sehat Bersama Pemerintah

Regional
Selingkuh Dengan Teman Kantor, Honorer di Bangka Barat Dipecat

Selingkuh Dengan Teman Kantor, Honorer di Bangka Barat Dipecat

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com