Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Tewasnya Bocah 12 Tahun Saat Baku Tembak di Papua, Peluru Tembus Dinding Rumah Korban

Kompas.com - 12/04/2024, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

"Jadi saat terjadi kontak tembak, anak-anak dan ibu-ibu semua masuk ke dalam rumah. Tapi korban atas nama Ronaldo, dia posisinya tidur di sini."

"Karena takut, sehingga anak ini tidur di sini," tuturnya sambil menunjukkan bantal yang dipakai Ronaldo.

"Saat tidur, peluru dari arah pos Bank Papua ke sini, langsung tembus masuk ke dalam rumah."

"Jadi peluru tembus, masuk, dan pas mengenai kepala anak Ronaldo dan meninggal di sini," ujarnya sambil menunjukkan bekas darah yang masih membekas di lantai.

Adapun peluru kedua, katanya, mengenai telapak tangan Nepina.

Baca juga: Peran Anggota KKB yang Tewas Ditembak Aparat di Tembagapura, Diduga Tewaskan 2 Personel Brimob

Keluarga, pihak camat, dan beberapa orang yang mengetahui adanya korban luka langsung memboyong kedua anak itu ke puskesmas. Akan tetapi, nyawa Ronaldo tak bisa diselamatkan.

Pada Selasa (09/04), isak tangis mengiringi prosesi pemakaman bocah 12 tahun itu di halaman rumah keluarga. Seorang pendeta berdiri di antara warga memimpin acara pekuburan dengan membacakan doa.

Pihak perwakilan keluarga korban mengatakan mereka mengutuk tindakan oknum manapun yang menyebabkan tertembaknya Ronaldo dan Nepina.

Dalam setiap kali kontak senjata, ujarnya, masyarakat menjadi serbasalah karena berada di antara dua pihak yang berkonflik. Akibatnya anak-anak dan ibu-ibu selalu menjadi korban.

Kejadian seperti ini, menurut dia, perlu diperhatikan oleh kepolisian maupun kepala daerah demi mencegah jatuhnya korban di kemudian hari.

Baca juga: 2 KKB Tewas dalam Kontak Tembak dengan Aparat di Mimika

Namun atas apa yang menimpa pada Ronaldo, pihak keluarga mendesak Komnas HAM, lembaga perlindungan anak dan pihak keuskupan untuk melakukan penyelidikan dan menghukum pelakunya.

"Kami juga mendesak Pj gubernur provinsi Papua Tengah dan Pj bupati Intan Jaya untuk segera menarik Satgas Cartenz yang sedang bertugas di pos Bank Papua."

Keberadaan pos keamanan TNI

Ketua Komnas HAM Papua, Frits Ramandey, menyebut pemicu dari jatuhnya korban sipil ini adalah keberadaan pos keamanan aparat yang berada di tengah-tengah permukiman warga.

Sepanjang pengamatannya di Intan Jaya, Satgas Cartenz kerap menempati aset milik pemerintah daerah yang tidak terpakai untuk disulap menjadi pos keamanan.

Bangunan punya pemda ini, sebutnya juga kebanyakan berada di area permukiman warga yang ramai dengan aktivitas masyarakat.

Ia mengatakan tak mengetahui pasti alasan Satgas Cartenz menempatkan poskonya di sana. Padahal menurut dia, hal itu membahayakan warga sipil.

Apalagi jika ada serangan dari kelompok bersenjata yang menyasar aparat.

Baca juga: Saat Sejumlah Oknum Prajurit TNI Diduga Menganiaya Anggota KKB di Papua Tengah...

"Intan Jaya itu salah satu daerah rawan. Karena itu penempatan Satgas jangan di dekat permukiman warga. Penempatan aparat sebaiknya di daerah-daerah yang bisa memutus logistik, jaringan atau transportasi mereka," jelas Frits kepada BBC News Indonesia.

"Dengan begitu penindakan hukum bisa berlangsung tanpa menimbulkan korban dari warga sipil."

Ahli hukum dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Sigit Riyanto, sependapat.

Berkaca pada banyaknya korban sipil yang berjatuhan di tengah insiden baku tembak antara aparat dengan kelompok bersenjata pro-kemerdekaan Papua, dia mempertanyakan alasan di balik penempatan pos-pos keamanan tersebut.

Dalam situasi konflik seperti di Papua, katanya, keberadaan aparat sudah pasti menjadi incaran kelompok TPNPB di mana pun lokasinya.

Baca juga: Hadi Tjahjanto Langsung Panggil Panglima TNI Begitu Dengar Kasus Penganiayaan Anggota KKB oleh Prajurit

Pesawat Asian One Air dengan nomor registrasi PK-LTF ditembak KKB di Bandara Milawak, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, Jumat (16/2/2024).Dokumentasi Humas Polda Papua via Kompas.id Pesawat Asian One Air dengan nomor registrasi PK-LTF ditembak KKB di Bandara Milawak, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, Jumat (16/2/2024).
Dan ketika pos keamanan aparat terletak di tengah permukiman warga, maka itu sama saja menyulitkan gerak mereka sekaligus mengancam nyawa warga sekitar -yang semestinya dilindungi oleh aparat.

"Sebenarnya kan potensi ancaman yang terjadi bisa dipetakan, karena sasaran kelompok bersenjata itu selama ini aparat. Maka mestinya ancaman itu diantisipasi dengan kebijakan penempatan aparat yang berpihak dan melindungi warga sipil," paparnya.

"Salah satunya, pos keamanan itu tidak bercampur dengan warga."

Sigit juga menilai dengan menempatkan pos keamanan di tempat-tempat yang tepat, maka operasi yang dilancarkan TNI/Polri bisa lebih "dikendalikan" serta meminimalisir risiko jatuhnya korban jiwa dari aparat maupun masyarakat sipil.

Selain itu, penempatan aparat di objek-objek sipil sesungguhnya tak dibolehkan oleh hukum humaniter internasional. Karena bagaimanapun objek sipil berkaitan dengan keselamatan penduduk sipil.

Baca juga: Akui Kenakalan Prajurit di Kasus Penganiayaan Anggota KKB, TNI: Tak Ada Gading yang Tak Retak

Baik Sigit maupun Frits menyarankan agar pos-pos aparat tak lagi memakai objek sipil yang berada di tengah permukiman warga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemkab Kediri Alokasikan Dana Hibah Rp 5 Miliar, Mas Dhito: Komitmen Tuntaskan PTSL

Pemkab Kediri Alokasikan Dana Hibah Rp 5 Miliar, Mas Dhito: Komitmen Tuntaskan PTSL

Regional
Kunjungi Korban Banjir Lahar Dingin di Sumbar, Jokowi Bagikan Sembako

Kunjungi Korban Banjir Lahar Dingin di Sumbar, Jokowi Bagikan Sembako

Regional
Masuk Musim Kemarau, 80 KK di Semarang Kekurangan Air Bersih

Masuk Musim Kemarau, 80 KK di Semarang Kekurangan Air Bersih

Regional
Bocah 14 Tahun di Bali Diperkosa 3 Pria Dewasa di Hotel, Korban Kenal Pelaku di Medsos

Bocah 14 Tahun di Bali Diperkosa 3 Pria Dewasa di Hotel, Korban Kenal Pelaku di Medsos

Regional
Viral, Unggahan Website Resmi Pemkot Posting Berita Wali Kota Semarang Maju Pilkada, Ini Penjelasan Kominfo

Viral, Unggahan Website Resmi Pemkot Posting Berita Wali Kota Semarang Maju Pilkada, Ini Penjelasan Kominfo

Regional
Tak Diizinkan Mancing, Pelajar SMP di Kalbar Nekat Bunuh Diri dengan Senapan Angin

Tak Diizinkan Mancing, Pelajar SMP di Kalbar Nekat Bunuh Diri dengan Senapan Angin

Regional
Pedagang di Ambon Plaza Mogok Jualan karena Harga Sewa Kios Naik

Pedagang di Ambon Plaza Mogok Jualan karena Harga Sewa Kios Naik

Regional
Melalui Festival Budaya Isen Mulang 2024, Gubernur Sugianto Kenalkan Potensi dan Budaya Kalteng

Melalui Festival Budaya Isen Mulang 2024, Gubernur Sugianto Kenalkan Potensi dan Budaya Kalteng

Kilas Daerah
Pelajar SMA di Morowali Tega Bunuh Ibunya Saat Tidur, Apa yang Terjadi?

Pelajar SMA di Morowali Tega Bunuh Ibunya Saat Tidur, Apa yang Terjadi?

Regional
Duduk Perkara Malapraktik di Prabumulih, Bidan yang Menjabat sebagai Lurah Jadi Tersangka

Duduk Perkara Malapraktik di Prabumulih, Bidan yang Menjabat sebagai Lurah Jadi Tersangka

Regional
Viral Video 4 Wanita dan Satu Polisi Merokok Sambil Konsumsi Miras, Diduga di Mapolres Sikka

Viral Video 4 Wanita dan Satu Polisi Merokok Sambil Konsumsi Miras, Diduga di Mapolres Sikka

Regional
Pilkada Demak, PPP Bakal Usung 3 Nama, Baru Satu yang Ambil Formulir

Pilkada Demak, PPP Bakal Usung 3 Nama, Baru Satu yang Ambil Formulir

Regional
Selundupkan Benih Lobster Senilai Rp 15,9 Miliar, 2 Pelaku Ditangkap

Selundupkan Benih Lobster Senilai Rp 15,9 Miliar, 2 Pelaku Ditangkap

Regional
Pemprov Jateng Buka Magang Jepang Tanpa Kuota Pendaftar, Ini Perinciannya

Pemprov Jateng Buka Magang Jepang Tanpa Kuota Pendaftar, Ini Perinciannya

Regional
Napi Anak Pembunuh Polisi Ungkap Caranya Kabur dari Lapas

Napi Anak Pembunuh Polisi Ungkap Caranya Kabur dari Lapas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com