“Sudah pernah ketemu tadi kami dilempar ke sana ke mari, tanya ke kontraktor katanya tidak ada dana tali asih, tanya ke Pemkot juga sama,” ujar Agus.
Pemerintah disebut menjanjikan jembatan usai proyek itu selesai digarap.
Namun, selama proses berlangsung pembangunan ini menyulitkan dirinya dan keluarganya secara finansial. Apalagi, proyek ini ditargetkan baru akan selesai 2025.
“Sebenarnya kalau sudah jadi kita diberi jembatan dan labuhan, tapi kalau sekarang kan tidak bisa lewat sama sekali. Masa kita mau seperti ini sampai bertahun tahun kita kesulitan,” keluh dia.
Baca juga: 2 Nelayan Kakak Beradik di Alor NTT Hilang Saat Melaut, Tim SAR Lakukan Pencarian
Kendati merasa diabaikan, mereka berharap pemerintah atau pihak kontraktor juga memberikan bantuan atau tali asih sebagaimana yang diberikan kepada nelayan di wilayah lainnya.
“Kami selama ini merasa diabaikan oleh pemerintah. Kami inginnya ada bantuan atau tali asih untuk kita seperti di tempat lain. Kami merasa diabaikan,” ungkap Agus.
Matjiyanto (62), nelayan Trimulyo beserta nelayan lainyya mengeluhkan kesulitan yang sama.
Mereka kebingungan bila harus mencari pekerjaan lainnya karena nelayan sudah menjadi keahliannya selama ini.
“Mohon maaf ini, kalau kami mau pindah kerja di pabrik ada kendala ijazah dan lainnya. Menurut saya nelayan ini keterampilannya, pendidikannya ya seperti ini. Jadi, ketika misal diminta kerja di tempat lain mereka kesulitan. Kami mau minta tolong sama siapa lagi kalau bukan negara,” ujar Matjiyanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.