Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penyandang Disabilitas dan Hak Politik yang Terabaikan di Kota Bima (Bagian 1)

Kompas.com - 30/01/2024, 14:53 WIB
Junaidin,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BIMA, KOMPAS.com - Matahari bersinar terik di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Suhu udara daerah berjuluk Kota Tepian Air ini mencapai 36 derajat Celcius, terasa tak biasa apalagi di tengah musim penghujan.

Kedua tangan Syamsudin Umar (53) menggenggam erat terali gerbang ketika menyambut kedatangan Kompas.com di kediamannya, Minggu (28/1/2024).

Baca juga: Kisah Penyandang Disabilitas Jadi Caleg Modal Pas-pasan, Apa yang Diperjuangkan?

Syamsudin adalah seorang penyandang disabilitas tunanetra di Kelurahan Manggemaci, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Panas sekali hari ini, mungkin mau hujan," cetus Syamsudin mengawali percakapan di teras rumahnya.

Syamsudin saat ini berprofesi sebagai penganalisis penyakit menggunakan teknik alamiah dan terapi syaraf dengan sistem akupresur. Praktik ini digelutinya untuk menopang biaya hidup diri dan keluarganya sejak tahun 2021 lalu di Kota Bima.

Baca juga: Perjuangan Elo, Mahasiswa Disabilitas UB yang Disemangati oleh Rektor Saat Wisuda

Di sela kesibukan itu, ayah dua anak ini juga menjabat sebagai Ketua Himpunan Tunanetra Islam Bima Raya atau Hati Bira. Dia mengkoordinasikan 30 orang penyandang disabilitas khusus tunanetra yang ada di lima kecamatan di Kota Bima.

Tak masuk DPT

Meski punya peran dan pengaruh besar di organisasi, Syamsudin terancam hanya akan menjadi penonton saat pemungutan suara pada Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 2024.

Dia tidak terdata dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) di RT 04 Lingkungan Waki, Kelurahan Manggemaci, Kota Bima, NTB.

"Saya tidak terdaftar di DPT karena waktu itu saya belum ada KTP. Tapi saya sudah lama tinggal di Bima, sejak tahun 2021," ujarnya.

Baca juga: KPU Magelang Terima 4.407 Alat Bantu untuk Pemilih Disabilitas Netra

Sebelum kembali ke tanah kelahirannya di Kota Bima, Syamsudin Umar sempat merantau cukup lama ke Pulau Jawa. Dia menikah dan memiliki dua orang anak di sana.

Namun, karena alasan usaha jasa terapi yang terus menjamur di kota besar, ia kemudian memutuskan pulang dan membuka praktik di Kota Bima.

Syamsudin Umar mengaku pesimistis bisa ikut menyalurkan hak suaranya di TPS pada 14 Februari 2024 mendatang. Namun, ia masih menaruh harapan besar bisa terdata dan ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi tahun ini.

"Iya tidak bisa milih, tapi saya enggak tahu nanti mungkin ada kebijakan buat saya dari penyelenggara," ucapnya.

Baca juga: Pensiunan PNS Remas Dada Remaja Disabilitas, Mengaku Khilaf pada Polisi

Syamsudin tidak punya cerita soal situasi politik saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kota Bima Tahun 2019. Saat itu ia masih menetap di kampung sang istri di Jawa Tengah (Jateng).

Kendati tak punya pembanding, ia menilai penyelenggara Pemilu di Kota Bima sudah mulai menaruh perhatian kepada kelompok disabilitas, walaupun disebutnya hanya sekadar untuk menggugurkan kewajiban semata.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Jaringan Narkoba Ditangkap di Lampung, Barang Bukti Ratusan Kilogram Sabu

4 Jaringan Narkoba Ditangkap di Lampung, Barang Bukti Ratusan Kilogram Sabu

Regional
Viral, Video Ambulans Bawa Pasien Kritis Tak Bisa Masuk Rumah Sakit karena Terhalang Rombongan Presiden Jokowi di Sampit

Viral, Video Ambulans Bawa Pasien Kritis Tak Bisa Masuk Rumah Sakit karena Terhalang Rombongan Presiden Jokowi di Sampit

Regional
19 Hari Hilang, Penagih Utang di Palembang Dibunuh Nasabah dan Jasadnya Dicor

19 Hari Hilang, Penagih Utang di Palembang Dibunuh Nasabah dan Jasadnya Dicor

Regional
Komnas HAM Sebut Kasus TPPO di NTT Sangat Memprihatinkan

Komnas HAM Sebut Kasus TPPO di NTT Sangat Memprihatinkan

Regional
Kapolda, Wakapolda Banten dan Kapolres Cilegon Dimutasi, Ini Penggantinya

Kapolda, Wakapolda Banten dan Kapolres Cilegon Dimutasi, Ini Penggantinya

Regional
Diduga Terlibat Pembunuhan Wanita yang Jasadnya Dilakban, 2 Pria di Grobogan Diamankan Warga

Diduga Terlibat Pembunuhan Wanita yang Jasadnya Dilakban, 2 Pria di Grobogan Diamankan Warga

Regional
Kebakaran di Kabanjahe, 4 Orang Satu Keluarga Tewas

Kebakaran di Kabanjahe, 4 Orang Satu Keluarga Tewas

Regional
Polisi Gerebek Warnet Sarang Judi 'Online', 3 Pejudi Ditangkap

Polisi Gerebek Warnet Sarang Judi "Online", 3 Pejudi Ditangkap

Regional
Aplikasi Srikandi Pemkot Solo Terdampak Peretasan PDN, Surat-menyurat Pakai Manual

Aplikasi Srikandi Pemkot Solo Terdampak Peretasan PDN, Surat-menyurat Pakai Manual

Regional
18 Warga Luwu Dirawat di RSUD Sawerigading Palopo Diduga Keracunan Makanan di Acara Pengajian

18 Warga Luwu Dirawat di RSUD Sawerigading Palopo Diduga Keracunan Makanan di Acara Pengajian

Regional
6 Perwira Menengah di Polda Lampung Diganti, 2 di Antaranya Direktur

6 Perwira Menengah di Polda Lampung Diganti, 2 di Antaranya Direktur

Regional
Kawal Hak Pilih Warga, Bawaslu Lampung Buka 2.899 Posko Aduan

Kawal Hak Pilih Warga, Bawaslu Lampung Buka 2.899 Posko Aduan

Regional
Gempa di Banggai Terasa hingga Gorontalo, Warga Kaget dan Keluar Rumah

Gempa di Banggai Terasa hingga Gorontalo, Warga Kaget dan Keluar Rumah

Regional
Bawaslu Bakal Turun Langsung Awasi PSU di Kabupaten Batanghari

Bawaslu Bakal Turun Langsung Awasi PSU di Kabupaten Batanghari

Regional
Kapal Nelayan di Aceh Selundupkan 9 Karung Sabu Seberat 180 Kg dari Malaysia

Kapal Nelayan di Aceh Selundupkan 9 Karung Sabu Seberat 180 Kg dari Malaysia

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com