Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penyandang Disabilitas dan Hak Politik yang Terabaikan di Kota Bima (Bagian 1)

Kompas.com - 30/01/2024, 14:53 WIB
Junaidin,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

"Mungkin para caleg ini menganggap kurang strategis pemilih disabilitas, karena mereka pikir apa sih yang bisa kami lakukan," cetusnya.

Baca juga: Regina, Ibu yang Besarkan Anak Disabilitas Seorang Diri, Terharu Terima Bantuan dari Pembaca Kompas.com

Jika Syamsudin Umar terancam hanya akan menjadi penonton saat pemungutan suara 14 Februari 2024, berbeda halnya dengan Ahmad (56) dan Tarini (55).

Mereka merupakan Pasangan Suami Istri (Pasutri) penyandang disabilitas tunanetra di Kelurahan Sadia, Kecamatan Mpunda, Kota Bima.

Pasangan ini sama-sama berprofesi sebagai tukang pijat tradisional. Mereka membuka praktik di sebuah rumah kontrakan yang disewa Rp 6 juta per tahun. Di rumah tersebut Ahmad dan Tarini tinggal bersama seorang anaknya bernama Rizal Perdana Putra (21).

Baca juga: Ganjar Libatkan Kaum Disabilitas Tulis Harapan di Belakang Kemeja Putihnya

Meski lahir dari pasangan penyandang disabilitas, buah hatinya tumbuh normal dan bisa melihat. Bahkan anak mereka saat ini berkuliah di Universitas Terbuka (UT) di Kota Bima.

Kepada Kompas.com pada Rabu (10/1/2024), Ahmad yang ditemani sang istri menceritakan bahwa dirinya pernah mendapat kesempatan bisa melihat warna-warni kehidupan.

Namun, saat usianya menginjak 25 tahun ia mengalami sakit kepala dan demam tinggi berkepanjangan. Empat bulan berjalan, penglihatannya perlahan kabur hingga akhirnya buta total sampai dengan saat ini.

Baca juga: 12 Jalur Mandiri UNS, Ada Jalur Khusus Ketua OSIS hingga Disabilitas

Kendati sempat frustasi atas kenyataan hidup yang dialami, berkat dukungan dan perhatian keluarga, dia kemudian bangkit melanjutkan perjalanan hidupnya.

Ahmad mengaku sudah 14 tahun membuka praktik pijat tradisional di Kota Bima. Keahlian ini diperoleh setelah mengikuti pelatihan di Pemalang, Jawa Tengah.

"Saat ikut pelatihan itu saya bertemu dengan istri dan menikah tahun 2000. Istri saya tunanetra juga," ucapnya.

Berikan suara

Selama 14 tahun berada di Kota Bima, Ahmad bersama sang istri sudah tiga kali memberikan hak suara pada saat pesta demokrasi, seperti waktu Pilpres 2014, Pilpres 2019 dan Pilkada Kota Bima 2019.

Pemilu tahun ini ia juga masih berkesempatan memberikan hak suaranya di Kelurahan Sadia, Kecamatan Mpunda, Kota Bima.

"Saya terdaftar di DPT, bahkan sudah tiga kali pemilu saya ikut dari sejak tahun 2014," jelasnya.

Sepanjang pengalamannya ikut berpartisipasi di pemilihan umum sebelumnya, Ahmad mengaku tak pernah mendapat perlakuan khusus dari penyelenggara atau peserta pemilu.

Baik untuk mengikuti kegiatan sosialisasi terkait tahapan-tahapan pemilu, tata cara pencoblosan, jenis surat suara atau untuk sekedar mengenal calon-calon yang ikut dalam kontestasi politik saat itu.

Sementara di Pemilu 2024, lanjut dia, sudah mulai terlihat perubahan meski diakuinya belum menyasar semua penyandang disabilitas.

"Pemilu 2024 ini agak mendingan dari 2019 apalagi 2014 dulu, sekarang ini penyelenggara mulai terima keadaan kami, saya juga sudah beberapa kali diundang KPU dan Bawaslu untuk ikut sosialisasi," terangnya. 

(Berlanjut ke Bagian 2)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komnas HAM Sebut Kasus TPPO di NTT Sangat Memprihatinkan

Komnas HAM Sebut Kasus TPPO di NTT Sangat Memprihatinkan

Regional
Kapolda, Wakapolda Banten dan Kapolres Cilegon Dimutasi, Ini Penggantinya

Kapolda, Wakapolda Banten dan Kapolres Cilegon Dimutasi, Ini Penggantinya

Regional
Diduga Terlibat Pembunuhan Wanita yang Jasadnya Dilakban, 2 Pria di Grobogan Diamankan Warga

Diduga Terlibat Pembunuhan Wanita yang Jasadnya Dilakban, 2 Pria di Grobogan Diamankan Warga

Regional
Kebakaran di Kabanjahe, 4 Orang Satu Keluarga Tewas

Kebakaran di Kabanjahe, 4 Orang Satu Keluarga Tewas

Regional
Polisi Gerebek Warnet Sarang Judi 'Online', 3 Pejudi Ditangkap

Polisi Gerebek Warnet Sarang Judi "Online", 3 Pejudi Ditangkap

Regional
Aplikasi Srikandi Pemkot Solo Terdampak Peretasan PDN, Surat-menyurat Pakai Manual

Aplikasi Srikandi Pemkot Solo Terdampak Peretasan PDN, Surat-menyurat Pakai Manual

Regional
18 Warga Luwu Dirawat di RSUD Sawerigading Palopo Diduga Keracunan Makanan di Acara Pengajian

18 Warga Luwu Dirawat di RSUD Sawerigading Palopo Diduga Keracunan Makanan di Acara Pengajian

Regional
6 Perwira Menengah di Polda Lampung Diganti, 2 di Antaranya Direktur

6 Perwira Menengah di Polda Lampung Diganti, 2 di Antaranya Direktur

Regional
Kawal Hak Pilih Warga, Bawaslu Lampung Buka 2.899 Posko Aduan

Kawal Hak Pilih Warga, Bawaslu Lampung Buka 2.899 Posko Aduan

Regional
Gempa di Banggai Terasa hingga Gorontalo, Warga Kaget dan Keluar Rumah

Gempa di Banggai Terasa hingga Gorontalo, Warga Kaget dan Keluar Rumah

Regional
Bawaslu Bakal Turun Langsung Awasi PSU di Kabupaten Batanghari

Bawaslu Bakal Turun Langsung Awasi PSU di Kabupaten Batanghari

Regional
Kapal Nelayan di Aceh Selundupkan 9 Karung Sabu Seberat 180 Kg dari Malaysia

Kapal Nelayan di Aceh Selundupkan 9 Karung Sabu Seberat 180 Kg dari Malaysia

Regional
Tokoh Masyarakat di Solo Jadi Sasaran Coklit Pilkada 2024, Berikut Namanya

Tokoh Masyarakat di Solo Jadi Sasaran Coklit Pilkada 2024, Berikut Namanya

Regional
Polisi Buru 2 Pelaku Lain yang Bunuh Penagih Utang di Palembang

Polisi Buru 2 Pelaku Lain yang Bunuh Penagih Utang di Palembang

Regional
2 TPS di Batanghari Jambi Gelar Pemilihan Suara Ulang Pemilu 2024

2 TPS di Batanghari Jambi Gelar Pemilihan Suara Ulang Pemilu 2024

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com