Setelah terdaftar sebagai caleg, Supiyono masih melanjutkan pekerjaannya sehari-hari sebagai penjual balon. Bedanya dia kini berjualan sambil kampanye.
Hasil dari jualan balon tersebut, juga dipakai oleh dia untuk modal nyaleg.
Menurutnya, dari proses pendaftaran hingga kampanye sekarang, dia sudah habis sekitar 30 juta rupiah.
"Kalau ditotal sudah habis 30 juta rupiah, tidak sekaligus ngeluarin segitu, tapi setiap hari disisihkan dari berjualan balon, setengah untuk kampanye, setengahnya lagi untuk keluarga," kata dia.
Baca juga: Cerita Tukang Jahit di Indramayu Jadi Caleg, Berjuang Siang Malam dengan Modal Terbatas
Aksi berkampanye Supiyono dilakukan sambil berdagang. Balon dagangannya, menjadi salah satu cara agar dirinya mendapat suara.
Tidak semua balon dagangannya dia jual, sebagian di antaranya dibagi-bagikan ke anak-anak dengan harapan orang tuannya menyoblos dirinya saat pemilihan nanti.
"Jadi kalau ada anak yang nangis pengen balon, saya kasih, nanti orang tuanya ngajak mampir ke rumah, saat ngobrol itu saya sekalian kampanye," kata dia.
Program balon gratis untuk anak-anak tersebut, dia adakan sejak ditetapkan sebagai caleg. Namun kini terhenti karena Supiyono kehabisan modal.
Bahkan dia mengaku, sudah tidak berjualan balon lagi sejak dua minggu lalu karena tidak ada modal. Selain itu, kata dia, sejak warga tahu dirinya nyaleg, banyak yang sengaja meminta balon, hingga akhirnya dia tekor.
"Sekarang kalau jualan harus keluar dapil saya, cari wilayah baru, karena jualan untuk cari uang," kata dia.
Baca juga: Kisah Penyandang Disabilitas Jadi Caleg Modal Pas-pasan, Apa yang Diperjuangkan?
Karena tidak lagi berjualan balon, dia kini beralih jadi kuli serabutan, apapun dia kerjakan, yang penting, menurutnya, bisa membeli rokok untuk modal kampanye.
"Apa saja dikerjakan, kuli angkut kayu, angkut kelapa, nanti bayarannya buat kampanye," kata dia.