Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fasilitas Puskemas Buruk dan Jorok, Warga Bima Lapor ke Dinkes

Kompas.com - 26/10/2023, 20:36 WIB
Syarifudin,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BIMA, KOMPAS.com - Warga mengeluhkan kondisi fasilitas Puskesmas Donggo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Keberadaan sanitasi di puskemas itu dinilai buruk dan jorok, sehingga membuat kurang nyaman pasien.

Hal ini dikeluhkan warga saat rombongan Dinas Kesehatan turun melakukan survei akreditasi Puskesmas Donggo, Kamis (26/10/2023).

Dalam suvei itu, rombongan pejabat dipimpin langsung kepala Dinas Kesehatan. Tak lama berselang, mereka langsung didatangi sekelompok warga.

Baca juga: Puluhan Siswa SD di Bima Jalani ANBK di Puncak Bukit gara-gara Sinyal Internet

Mereka kemudian menggelar audiensi dengan puluhan warga di halaman Puskesmas Donggo.

Dalam audensi tersebut, warga menyampakan keluhan tentang kondisi toilet puskemas yang buruk dan ketersedian air bersih tak memadai..

Salah satu warga, Rudi Radiansyah, melaporkan bahwa sanitasi di puskesmas itu tidak terawat dan menjijikan.

Dengan kondisi itu, ia mengaku, pihak puskesmas terkesan mengabaikan sanitasi yang sehat bagi kenyamanan dan kesehatan pasien yang berobat.

Ironisnya, kata Rudi, disalah satu toilet di lantai dasar terdapat kotoran yang kerap dibiarkan membusuk dan menimbulkan bau tidak sedap.

"Bahkan keberadaan toilet puskemas yang kotor itu terjadi sejak puskesmas ini berdiri. Bagaimana pasien mau sehat, sedangkan kondisi toilet kotor dan menjijikan," kata Rudi usai beraudiensi dengan rombongan Dinkes.

Ia mengatakan, sejumlah sanitasi di Puskesmas tersebut kerap dikeluhkan pasien lantaran sering mengeluarkan bau busuk. Itu terjadi karena setiap orang yang buang tinja tak menyiramnya lantaran tak ada air yang memadai.

Menurut dia, kondisi toilet yang sudah lama tak terurus itu membuat tidak nyaman bagi warga yang datang berobat ke Puskesmas Donggo.

“Seharusnya, kondisi Puskesmas rapi dan bersih,. Tapi inikan tidak, sementara pasien rutin berobat di Puskesmas, tapi toiletnya tidak keurus. Enggak nyamanlah kalau mau ke WC pada kotor dan kelihatan jorok,” keluhnya.

Keluhan warga terkait toilet kotor ini langsung mendapat tanggapan dari pihak puskesmas

Kepala Puskesmas Donggo, Sri Hartati menyatakan, terkait fasilitas kesehatan yang jorok itu memang benar adanya. Namun ia malah menyalahkan keluarga pasien yang tidak sadar kebersihan serta tidak memadainya air bersih.

"Kami akui toilet memang kotor karena banyak yang gunakan. Coba saya sendiri yang pakai mungkin bisa dibersihkan. Tapi ini kan banyak, sedangkan ketersedian air tidak memadai. Ditambah lagi keluarga pasien yang tak sadar kebersihan. Bahkan ada satu WC di puskemas ini sudah tak berfungsi karena dimasukin sampah," kata Hartati kepada Kompas.com.

Baca juga: Selama 5 Tahun, Bantuan PKH IRT di Bima Sebesar Rp 23 Juta Dicairkan Tetangganya

Ia mengatakan, puskemas tersebut tidak memiliki sumber air sendiri. Untuk keperluan WC, mereka terpaksa menggunakan air dari warga sekitar yang dialiri menggunakan pipa.

Namun debit airnya cukup kecil, sehingga menyebabkan pasian terkendala soal kebutuhan sanitasi terutama buang air.

"Air ini memang menjadi masalah kami di puskesmas. Kadang airnya ada, kadang tidak. Sehingga hal ini menyebabkan banyak pasien yang terkendala soal kebutuhan sanitasi. Bahkan ada yang tidak siram saat buang tinja karena enggak ada air yang mengalir," tuturnya

Menurutnya, sanitasi umum yang bersih menuntut kesadaran dan perhatian semua pihak. Untuk itu, dia pun meminta kepada pemerintah setempat segera membangun isntalasi air bersih.

Kata dia, kebutuhan air bersih sangat diperlukan saat ini di Puskesmas Donggo agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih prima bagi masyarakat.

Baca juga: Kekeringan, Warga Bima Tempuh Jarak 2 Km demi Air Bersih

"Kalau memang dipermsalahkan kebersihannya, ya air yang paling utama. Makanya kami ingin ada solusi dengan harapan bisa memiliki jaringan air bersih, sehingga tidak lagi bergantung ke warga sekitar. Sebab, air ini kebutuhan setiap saat," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ayah di Mataram Lecehkan Anak Kandung 12 Tahun, Berdalih Mabuk sehingga Tak Sadar

Ayah di Mataram Lecehkan Anak Kandung 12 Tahun, Berdalih Mabuk sehingga Tak Sadar

Regional
Jembatan Penghubung Desa di Kepulauan Meranti Ambruk

Jembatan Penghubung Desa di Kepulauan Meranti Ambruk

Regional
Universitas Andalas Buka Seleksi Mandiri, Bisa lewat Jalur Tahfiz atau Difabel

Universitas Andalas Buka Seleksi Mandiri, Bisa lewat Jalur Tahfiz atau Difabel

Regional
Pemkab Bandung Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut dari BPK RI

Pemkab Bandung Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut dari BPK RI

Regional
Berikan Pelayanan Publik Prima, Pemkab HST Terima Apresiasi dari Gubernur Kalsel

Berikan Pelayanan Publik Prima, Pemkab HST Terima Apresiasi dari Gubernur Kalsel

Regional
Penculik Balita di Bima Ditangkap di Dompu, Korban dalam Kondisi Selamat

Penculik Balita di Bima Ditangkap di Dompu, Korban dalam Kondisi Selamat

Regional
Candi Ngawen di Magelang: Arsitektur, Relief, dan Wisata

Candi Ngawen di Magelang: Arsitektur, Relief, dan Wisata

Regional
Pria di Magelang Perkosa Adik Ipar, Korban Diancam jika Lapor

Pria di Magelang Perkosa Adik Ipar, Korban Diancam jika Lapor

Regional
Rambutan Parakan Terima Sertifikat Indikasi Geografis Pertama

Rambutan Parakan Terima Sertifikat Indikasi Geografis Pertama

Regional
Air Minum Dalam Kemasan Menjamur di Sumbar, Warga Wajib Waspada

Air Minum Dalam Kemasan Menjamur di Sumbar, Warga Wajib Waspada

Regional
Bersama Mendagri dan Menteri ATR/BPN, Walkot Makassar Diskusikan Kebijakan Pemda soal Isu Air di WWF 2024

Bersama Mendagri dan Menteri ATR/BPN, Walkot Makassar Diskusikan Kebijakan Pemda soal Isu Air di WWF 2024

Regional
Ditahan 3 Hari, Dokter yang Cabuli Istri Pasien di Palembang Kena DBD

Ditahan 3 Hari, Dokter yang Cabuli Istri Pasien di Palembang Kena DBD

Regional
Pegi Disebut Otak Pembunuhan Vina Cirebon, Polisi: Ini Masih Pendalaman

Pegi Disebut Otak Pembunuhan Vina Cirebon, Polisi: Ini Masih Pendalaman

Regional
Tabrak Tiang Lampu, Pembonceng Sepeda Motor Asal Semarang Tewas di TKP

Tabrak Tiang Lampu, Pembonceng Sepeda Motor Asal Semarang Tewas di TKP

Regional
Tembok Penahan Kapela di Ende Ambruk, 2 Pekerja Tewas

Tembok Penahan Kapela di Ende Ambruk, 2 Pekerja Tewas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com