Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Niat Bantu Orangtua, 3 Remaja Laki-laki Malah Jadi Korban Perdagangan Orang di Malaysia

Kompas.com - 24/10/2023, 14:14 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Tiga remaja laki-laki bernama N (15), M (16) dan E (18), asal Nunukan, Kalimantan Utara, tak pernah sekalipun menyangka niat mereka bekerja untuk meringankan beban orangtua malah berujung nasib buruk.

Mereka terjebak dalam tipu daya para sindikat Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

Mulanya, N yang bingung dengan perekonomian keluarga yang kian mencekik akibat anjloknya harga rumput laut di Nunukan mencoba mencari info lowongan kerja di Facebook.

‘’Di FB, dia berkenalan dengan AS, orang yang menawarinya pekerjaan di ladang kelapa sawit, di Kecamatan Sebuku. Gaji yang ditawarkan Rp 5 juta per bulan dan biaya keberangkatan ditanggung,’’ujar Kasat Reskrim Polres Nunukan AKP Lusgi Simanungkalit, Selasa (24/10/2023).

Baca juga: Terjerat Kasus Perdagangan Orang, Pria Ini Terpaksa Melangsungkan Pernikahan di Mapolresta Banyumas

Setelah mengobrol cukup lama dengan AS, N pun merasa tertarik untuk bekerja di perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Sebuku.

N mengabarkan lowongan pekerjaan tersebut kepada M dan pamannya bernama E.

Ketiganya kemudian diminta bersiap-siap dan akan dijemput speed boat pada Jumat (13/10/2023) sekitar pukul 02.00 wita, di dermaga Pasar Baru, Nunukan.

‘’Mereka sebenarnya bingung kenapa berangkatnya dini hari. Mereka baru sadar, ternyata mereka bukan dibawa ke Sebuku, tapi diseberangkan ke Kalabakan, wilayah Malaysia,’’tambah Lusgi.

Baca juga: Lantik Relawan, BP2MI Ajak Masyarakat Lawan Mafia Perdagangan Orang

Lusgi menjelaskan, ada 3 orang yang melakukan perekrutan di Nunukan, masing masing AS, yang memiliki peran merekrut calon pekerja melalui media sosial.

KD, yang berperan menjadi perantara antara AS dan motoris speed boat bernama SP. Adapun SP bertugas mengantar korbannya ke Malaysia.

‘’Di Malaysia, ketiganya diserahkan kepada mandor perempuan bernama D, yang juga WNI asal Bulukumba Sulawesi Selatan. D yang mengatur pekerjaan untuk para korban,’’jelasnya.

Di Malaysia, ketiganya disuruh bekerja untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit. Mereka dipekerjakan mulai pukul 06.00 hingga pukul 18.00 Wita, tanpa jeda.

Untuk makan, mereka disuruh berutang ke warung dan tidak jarang mereka hanya memesan nasi putih juga air untuk bekalnya bekerja.

Beruntung, para korban masih menyimpan HP, Ketika ada Wi Fi, mereka menceritakan masalahnya kepada keluarganya dan melaporkannya ke polisi.

‘’Sudah hampir dua minggu mereka di sana, sampai stress mereka kecapekan dan sempat mencoba bunuh diri. Keluarganya datang ke kami, bercerita sambil nangis-nangis, ibu korban malah sampai pingsan saat buat laporan,’’kata Lusgi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com