Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Perdagangan Orang Naik hingga 700 Persen, Kemenlu Ungkap Penyebabnya

Kompas.com - 15/09/2023, 16:34 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menyebut kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) mengalami peningkatan hingga 700 persen selama beberapa tahun terakhir. 

Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Protokol dan Konsuler Kemenlu, Didik Eko Pujianto mengatakan kasus TPPO tetap mengalami peningkatan meski Indonesia telah menjalin kerja sama hukum dengan secara bilateral, regional, dan multinasional.

Didik menyebut ada dua faktor yang menyebabkan peningkatan kasus TPPO.

“Pertama, sistem hukum di tempat (negara) itu belum begitu stabil. Kedua, negara itu belum terlalu aman atau dalam kondisi konflik,” ucap Didik usai menghadiri diskusi publik di Kantor BPSDMD Jawa Tengah, Jum’at (15/9/2023).

Baca juga: 1.609 Warga Jateng Jadi Korban TPPO, 90 Orang Terlibat Judi dan Penipuan Online

Menurut Didik, apabila suatu negara stabil secara hukum, maka akan mudah dalam melacak pelaku pelanggaran hukum. Tak terkecuali, pelaku TPPO.

Negara yang mengalami konflik internal maupun dengan negara lainnya juga rawan menjadi tempat terjadinya perdagangan orang. Sehingga menjadi penting bagi calon pekerja untuk memahami kondisi negara yang dituju untuk bekerja.

Selain itu calon pekerja harus mengurus visa sebelum keberangkatan. Kemudian memastikan perekrut merupakan perusahaan yang memiliki izin. Sehingga cross check mendalam harus dilakukan.

Apalagi selama ini animo WNI untuk bekerja di luar negeri terus bertambah karena dianggap bergengsi. Namun hal itu belum diimbangi dengan literasi risiko yang akan dihadapi pekerja migran.

“Hati-hatinya bukan sekali, tapi harus berkali-kali. Informasi sudah banyak, namun seringkali kawan-kawan itu gampang tergiur,” lanjutnya.

Lebih lanjut, pihaknya mengakui situs penipuan online yang berkaitan dengan TPPO, akan terus menjamur sekalipun telah di-takedown oleh pemerintah.

"Jumlahnya itu ada 10 yang di-take down, kemudian muncul lagi 20, begitu seterusnya. Bisa dilihat di situsnya Kominfo beribu-ribu sudah di-take down, beribu-ribu juga akan muncul,” terangnya.

Kebanyakan pelaku utama berasal dari luar negeri. Biasanya WNA akan merekrut WNI yang akan dipekerjakan di negaranya. Kemudia WNI itu diminta untuk menipu WNI lainnya dengan dijanjikan bonus dalam jumlah besar.

“Bandarnya dari luar negeri dan fokusnya mengambil WNI, kemudian dibawa kesana untuk menipu orang Indonesia. Sama juga mereka rekrut orang Malaysia untuk menipu orang Malaysia,” bebernya.

Baca juga: Banyak Kasus TPPO, Imigrasi Buat Desa Binaan di Serang Banten

Pihaknya membeberkan, Jateng menjadi salah satu provinsi penyumbang korban TPPO tertinggi di Indonesia. Sebanyak 1.609 korban selama 6 Juni hingga 11 September 2023 diungkap oleh Polda Jateng.

“Kajian scara detail terkait penyebab TPPO Jateng yang tinggi memang belum. Wong Jowo (orang Jawa) gampang diapusi (dibohongi) atau gimana saya tidak tahu,” ujarnya.

Pihaknya juga menyangkal bila UMR Provinsi Jateng yang rendah dan sulitnya mencari pekerjaan, menjadi salah satu faktor utama warga Jateng banyak menjadi korban TPPO.

"(Susah cari kerja dan UMR rendah?) Tidak juga. Banyak negara lain yang lebih susah cari kerja dan ada konflik di negaranya, tapi mereka tidak tergiur dan mereka tidak jadi korban TPPO,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Aparat Telusuri Kabar Pria Bersenjata Api Merambah Hutan di Aceh Timur

Aparat Telusuri Kabar Pria Bersenjata Api Merambah Hutan di Aceh Timur

Regional
Pekanbaru Raih Juara Umum di MTQ ke-24 Provinsi Riau

Pekanbaru Raih Juara Umum di MTQ ke-24 Provinsi Riau

Regional
Istri Brigadir RAT Tak Percaya Suaminya Bunuh Diri, Lebaran Tak Pulang, Sudah 2 Tahun Kawal Pengusaha di Jakarta

Istri Brigadir RAT Tak Percaya Suaminya Bunuh Diri, Lebaran Tak Pulang, Sudah 2 Tahun Kawal Pengusaha di Jakarta

Regional
Sempat Bantah Aniaya Siswanya hingga Tewas, Kepsek di Nias Selatan Kini Jadi Tersangka

Sempat Bantah Aniaya Siswanya hingga Tewas, Kepsek di Nias Selatan Kini Jadi Tersangka

Regional
Tak Dibelikan Motor, Anak Tega Aniaya Ibu Kandung di Aceh Tengah hingga Babak Belur

Tak Dibelikan Motor, Anak Tega Aniaya Ibu Kandung di Aceh Tengah hingga Babak Belur

Regional
4 Hari Hilang Loncat dari Kapal, Warga Serang Belum Ditemukan

4 Hari Hilang Loncat dari Kapal, Warga Serang Belum Ditemukan

Regional
Kasus PMK Kembali Ditemukan di Boyolali, 41 Sapi Terjangkit

Kasus PMK Kembali Ditemukan di Boyolali, 41 Sapi Terjangkit

Regional
Aksi 'Koboi' Tewaskan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto, Keluarga Korban: Usut Tuntas

Aksi "Koboi" Tewaskan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto, Keluarga Korban: Usut Tuntas

Regional
Perjuangan Slaman Selama 38 Tahun Ubah Lahan Bakau Kritis di Pesisir Madura jadi Ekowisata

Perjuangan Slaman Selama 38 Tahun Ubah Lahan Bakau Kritis di Pesisir Madura jadi Ekowisata

Regional
Polisi Tangani Kasus Belatung di Nasi Kotak RM Padang di Ambon

Polisi Tangani Kasus Belatung di Nasi Kotak RM Padang di Ambon

Regional
Lampaui Rerata Nasional, Kalteng Sukses Turunkan Prevalensi Stunting hingga 3,4 Persen

Lampaui Rerata Nasional, Kalteng Sukses Turunkan Prevalensi Stunting hingga 3,4 Persen

Regional
Penjaring Ikan di Cilacap Hilang Terbawa Arus Sungai Serayu

Penjaring Ikan di Cilacap Hilang Terbawa Arus Sungai Serayu

Regional
Ditangkap, Pengumpul 1,2 Ton Pasir Timah Ilegal di Bangka Belitung

Ditangkap, Pengumpul 1,2 Ton Pasir Timah Ilegal di Bangka Belitung

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Malam Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com