Fakhiri menegaskan, aparat mengutamakan keselamatan sandera sehingga setiap tindakan yang diambil pun harus melalui perhitungan matang.
Menurut dia, kasus penyanderaan ini justru bisa menjadi objek bagi pihak-pihak tertentu untuk mencapai kepentingan politiknya sehingga ia akan sangat berhati-hati dalam bertindak dan mengeluarkan pernyataan.
"Jadi (kalau) kita masuk ke dia (Egianus) kemauan orang-orang yang selama ini bersembunyi memanfaatkan isu penculikan itu untuk kepentingan-kepentingan politik mereka," kata Fakhiri.
Baca juga: TNI: Tak Ada Kompensasi Rp 20 Miliar untuk Bebaskan Pilot Susi Air
Terpisah, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menegaskan tidak mungkin mengerahkan kekuatan militer hanya untuk membebaskan pilot Susi Air.
"Saya tidak mungkin menggunakan tenaga kekuatan militer hanya untuk itu," tutur Yudo di Mabes TNI Jakarta Timur, Jumat (6/10/2023), seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com.
Operasi militer bisa berdampak lebih besar bagi masyarakat Papua.
Sehingga langkah negosiasi yang dikedepankan.
"Kita kedepankan tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat untuk itu (negosiasi)," katanya.
Sebelumnya, Kapten Philip disandera pada 7 Februari 2023 di Distrik Paro, Kabupaten Nduga. Egianus juga membakar pesawat yang dikemudikan oleh Philip.
Sejak saat itu, Egianus kerap membawa sanderanya berkeliling Nduga hingga ke Kabupaten Lanny Jaya, dengan berjalan kaki.
Baca juga: 7 Bulan Penyanderaan Pilot Susi Air, Negosiasi Terus Dilakukan
Aparat keamanan masih berusaha melakukan negosiasi walau setelah delapan bulan berjalan, Kapten Philip belum juga dibebaskan.
Sementara itu, terjadi penangkapan sejumlah orang yang membantu Egianus Kogoya.
Pertama di Kabupaten Asmat, Papua Selatan pada 7 September 2023.
Saat itu, personel Satgas Damai Cartenz 2023 menangkap YT yang diduga merupakan simpatisan Egianus Kogoya yang bertugas menyuplai bahan makanan dan mengantarnya melalui jalur sungai.
Baca juga: TNI Sebut Akan Ada Kabar Baik Terkait Pilot Susi Air yang Disandera di Papua
Kemudian pada 17 September 2023, lima orang ditangkap di Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Mereka diduga kuat simpatisan yang kerap memberi informasi terkait pergerakan aparat keamanan di Distrik Kenyam kepada KKB.
Kemudian, aparat keamanan menangkap ET alias LD alias Altau, yang diduga aggota KKB Ndugama, di Kabupaten Nabire, Papua Tengah, pada Selasa (19/9/2023).
Penangkapan-penangkapan tersebut diharapkan memperlemah gerak Egianus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.