PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Peluang ekspor chips porang masih terbuka luas karena belum adanya batasan kuota dari negara pembeli.
Petani bisa mendapatkan keuntungan dari penanaman porang karena harga bibit sudah lebih murah.
"Porang bisa ditanam sebagai tanaman sela seperti di kebun sawit dan bisa dibantu dengan menggunakan kompos," kata Direktur PT JOF Porang Nusantara Edy Suryansyah di Pelabuhan Pangkalbalam, Pangkalpinang, Jumat (29/9/2023).
Baca juga: Resmikan Pabrik Porang, Gubernur NTB Ajak Petani Lebih Produktif
Pada kesempatan itu dilakukan pelepasan ekspor 25 ton chips porang ke negara China.
Edy menuturkan, saat ini belum ada batasan pembelian chips porang dari negara pengimpor seperti China.
Sehingga, petani bisa melakukan penanaman sebanyak-banyaknya untuk kemudian diolah perusahaan dalam bentuk chips.
Harga beli umbi porang di tingkat petani Bangka Belitung berkisar Rp 3.500 sampai Rp 4.000 per kilogram.
Sementara untuk pembelian umbi porang dari luar Bangka, harganya berkisar Rp 2.500 per kilogram.
"Peluang petani adalah dengan harga bibit yang jauh lebih murah dari Rp 300.000 per kilogram, kini hanya Rp 25.000 per kilogram. Dari satu umbi bisa menghasilkan 5 sampai 6 tunas," ujar Edy.
Saat ini bibit porang masih didatangkan dari Pulau Jawa.
"Masa panen porang untuk dua siklus selama 20 bulan," ujar Edy.
Menurut Edy, pada siklus pertama petani bisa menghasilkan umbi porang dengan berat 1 sampai 2 kilogram.
Selanjutnya untuk masa siklus kedua setiap umbi porang bisa mencapai berat 4 sampai 5 kilogram.
Pengelolaan bahan baku umbi porang menjadi chips, kata Edy, memang tidak mudah.
Perusahaan harus memperhatikan standar kebersihan yang diminta negara pengimpor.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.