Pemukiman geinterneerden diberi batas, di titik-titik tertentu yang berbatasan dengan hutan terdapat pos penjagaan.
Tercatat sejumlah tokoh nasional pernah dibuang ke Boven Digul seperti Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir.
Kedua toko pergerakan nasional itu dibuang di lokasi itu pada 28 Januari 1935 silam. Mereka dianggap musuh pemerintah kolonial Belanda karena membangkang.
Baca juga: Nakes Jadi Paskibra, Kisah Upacara HUT Ke-78 RI di Boven Digoel
Boven Digoel dibangun untuk penampung tokoh-tokoh bumi putera yang dianggap terlibat dalam “Pemberontakan November 1926” yang dilakukan oleh PKI (Partai Komunis Indonesia) serta tokoh-tokoh perlawanan berbasis agama dan politik di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Tokoh-tokoh pergerakan yang pernah dibuang di Boven Digoel ini antara lain adalah: Sayuti Melik (1927-1938), Hatta (1935-1936), Sutan Sjahrir dan Muchtar Lutffi, Ilyas Yacub (tokoh PERMI dan PSII Minangkabau), serta Mas Marco Kartodikromo yang wafat dan dimakamkan di Digoel pada tahun 1935.
Tokoh bumi putera yang terakhir dibuang ke luar negeri adalah Semaun dan Darsono yang memimpin pemogokan umum buruh pada tahun 1923.
Penghuni Digoel ini hampir semuanya adalah para aktivis politik yang melakukan pemberontakan kepada kolonial Belanda.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, para pejuang pergerakan, Digul adalah tempat pembuangan yang paling menyeramkan.
Baca juga: Mengintip Sel Tikus Bung Hatta di Boven Digoel...
Di sekeliling Digoel terdapat hutan rimba dengan pohon yang menjulang tinggi. Bung Hatta pernah dibuang disana selama satu tahun.
Di masa lalu, Digoel jauh dari mana pun dan hanya bisa diakses dengan jalur udara. Digoel semakin mengerikan lantaran banyak nyamuk malaria yang ganas.
Sungai Digoel memiliki panjang 525 kilometer dan menjadi sarang buaya.
Mengunjungi Digoell tak ayal seperti pergi ke negeri antah berantah.
Perjalanan panjang melalui jalur udara. Dari Jakarta-Jayapura. Serta Jayapura-Tanah Merah. Selain jalur udara, bisa melalui jalur darat dari Merauke. Membutuhkan waktu sekitar 6 jam dengan berkendara menggunakan roda empat.
Di atas pesawat sebelum tiba di Bandar Udara Tanah Merah, terlihat hutan rimba dengan pepohonan yang lebat serta Sungai Digoel yang panjang.
Baca juga: Tertunda Menikmati PLBN Yetetkun Boven Digoel karena Akses Diblokade Warga
Tak jauh dari Bandara Tanah Merah, terdapat satu patung besar Bung Hatta. Tepatnya berada di hadapan bandara yang digunakan untuk pendaratan pesawat perintis.