Di belakang patung Bung Hatta berdiri Markas Polres Boven Digoel. Di sebelah Mapolres terdapat bangunan penjara lama yang menjadi saksi Bung Hatta pernah diasingkan dan berjuang meski diisolasi.
Di bagian bawah patung Hatta terdapat tulisan berupa:
"Ke mana kita dibawa oleh nasib, ke mana kita dibuang oleh yang berkuasa, tiap-tiap bidang tanah dalam Indonesia ini, itulah juga Tanah Air kita. Di atas segala lapangan tanah air aku hidup, aku gembira. Dan di mana kakiku menginjak bumi Indonesia, di sanalah tumbuh bibit cita-cita yang tersimpan dalam dadaku" (Bung Hatta).
Ada juga banyak cerita para penghuni kamp, yang merupakan sejarah kecil untuk menuju ke kemerdekaan Indonesia.
Salah satunya Thomas Nayoan pemuda asal Minahasa yang berusaha untuk melarikan diri dari kamp tersebut. Semuanya tertulis dalam buku “Jalan ke Pengasingan” karya John Ingleson.
Baca juga: Bergoyang-goyang di Udara Menuju Boven Digoel, Tempat Hatta Pernah Dibuang...
Dalam buku ini diceritakan bahwa Thomas Nayoan ini adalah tawanan yang gigih untuk melarikan diri, walaupaun pelariannya gagal dan sempat menyasar ke Australia.
Ia melarikan diri lewat sungai dengan menggunakan perahu. Namun diperjalanan ia tiba di Australia, karena memang sebelumnya Australia sudah memiliki perjanjian ektradisi dengan Belanda.
Setelah tertangkap, ia digelandang kembali ke kamp digul. Thomas Nayoan adalah salah satu tokoh dalam pemberontakan PKI di Banten.
Cerita lainnya datang dari Mohammad Bondan, aktivis PNI kelahiran Cirebon tahun 1910.
Kisahnya diceritakan dalam karya dengan judul “Spanning a Revolution”. Dikisahkan sang istri, Molly Bondan tentang pengalaman suaminya selama berada di kamp konsentrasi Digoell.
Dalam buku itu dikisahkan perjalanan Bondan ketika di Digoel
Ia merupakan rombongan dari Hatta, Syahrir, dan para aktivis lainnya. Bonda menceritakan perlakuan pemerintah kolonial Belanda yang sering membuat permusuhan antara para tawanan hingga bertengkar.
Kolonial Belanda juga disebut kerap mengadu domba para tawanan kamp Digoel.
Baca juga: Boven Digoel, Pengasingan yang Sangat Ditakuti
Pada saat Jepang meduduki Indonesia dan pecahnya Perang Pasifik, para tawanan Boven Digoel dipindahkan atau dialihkan oleh Belanda ke Australia.
Pemindahan itu dikarenakan pihak Belanda khawatir tahanan akan memberontak jika tetap berada di BovenDigoel.
Di pertengahan tahun 1943, Belanda menutup kamp Digoel tersebut dan mengirim seluruh penduduk ataupun tawanan Boven Digoel ke Australia.
Akan tetapi keadaan malah berbalik, tahanan politik itu dapat mempengaruhi serikat buruh Australia untuk memboikot kapal-kapal Belanda yang mendarat di Benua Kanguru.
Akhirnya setelah Sekutu berhasil memperoleh kemenangan dari pemerintahan kolonial Belanda di Hindia Belanda, tawanan itu dikembalikan ke tempat asalnya di Indonesia.
SUMBER: Indonesia.go.id, bovendigoelkab.go.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.