Hal yang sama juga dirasakan keluarga Cin. Berbekal sebuah sabit, Cin (56) perlahan melangkah ke kebun warga. Kali ini ia mendapatkan pesanan satu karung rumput hijau untuk pakan ternak. Satu karung rumput dihargai Rp 20.000.
Warga Desa Lekong, Kecamatan Alas Barat, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), ini juga hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Cin tidak memiliki pekerjaan tetap. Penghasilannya sebagai pencari rumput pakan ternak juga tak menentu.
"Upah dari cabut rumput tidak tentu, kadang dikasih Rp 10.000 sampai Rp 20.000 per hari. Kalau tidak ada pesanan rumput ya tidak ada pemasukan harian," sebut Cin.
Baca juga: Korsleting, Tiga Rumah dan Satu Gudang Ludes Terbakar di Sumbawa NTB
Dari hasil cabut rumput, Cin kadang bisa mengumpulkan Rp 150.000 hingga Rp 200.000 per bulan tergantung rezekinya.
Kondisi rumah keluarga ini juga memprihatinkan. Dengan dinding spandek bantuan pemerintah desa, mereka bisa memiliki dinding dan atap hunian yang cukup layak.
Baca juga: Simpan 37 Paket Sabu, IRT di Sumbawa Ditangkap Polisi
Akan tetapi, rumah semi permanen ini tidak memiliki lantai yaitu langsung bersentuhan dengan tanah.
Bahkan, alas tidur hanya dilapisi tikar dan tergeletak begitu saja di atas tanah. Selain itu, tanah tempat bangunan rumah mereka adalah milik orang lain yang dipinjamkan.
"Kami dipinjamkan lahan untuk bangun rumah," kisah Cin.
Jika ia dan istrinya sudah meninggal, maka tanah dan rumah akan diambil lagi oleh pemilik lahan.
Ia yang sudah berusia senja hanya berharap bantuan dari pemerintah untuk bisa keluar dari jerat kemiskinan ekstrem.
"Kami dapat bantuan sembako dari pemerintah desa. Alhamdulillah dapat beras 10 kilogram dan telur 40 biji per bulan," cerita Cin.
Lebih memperhatikan lagi, rumah ini tidak memiliki listrik sendiri. Mereka menumpang listrik di rumah tetangga yang dibayar per bulan sebesar Rp 20.000.
Sementara istrinya, Hajar (50), seorang ibu rumah tangga. Ia kerap sakit dan tidak bisa mengerjakan pekerjaan berat seperti menjadi buruh. Ia hanya bisa memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
"Pengeluaran per hari tidak menentu. Kadang kami bisa beli ikan kecil harganya Rp 5.000 sampai Rp 10.000. Kadang hanya makan sayur dan telur. Penting ada nasi dan bisa makan," kata Hajar.
Keluarga ini tidak memiliki keturunan. Cin dan Hajar hanya tinggal berdua dan berusaha bertahan di tengah kesulitan ekonomi keluarga.