Murid generasi pertama juga hanya ada 12 santri. Untuk menutup kekurangan santri, pihak ponpes akhirnya menerima sejumlah murid-murid sekolah umum yang dikeluarkan sekolah karena masalah kedisiplinan atau masalah kenakalan.
"Di periode pertama, alhamdulillah, Ponpes As’adiyah berhasil mendidik para santri. Mereka menjadi juara di banyak even MTQ, sehingga setiap tahunnya kami mendapat banyak pendaftar dan selalu over kuota," kata Kamal.
Keterbatasan sarana, prasarana, serta SDM, membuat ponpes menolak banyak calon santri yang mendaftar.
Baca juga: Uang Nasabah Rp 384 Juta Lenyap Setelah Dapat Undangan Digital di Ponsel, Ini Tanggapan BRI Nunukan
Ponpes yang dipimpin oleh Prof Dr KH Nasrudin Umar, yang merupakan imam besar Masjid Istiqlal Jakarta ini, juga menjadi lokasi pendidikan alternatif bagi para anak-anak TKI Malaysia.
"Kami masih mengontrak sepuluh rumah rumah warga untuk asrama santri. Nah, dengan adanya rusunawa untuk asrama santri, yang Insya Allah diresmikan Bapak Kyai Ma’ruf Amin, itu bisa mengurangi beban kami dalam pembiayaan kontrak asrama," kata Kamal.
Ponpes As’adiyah, akan mencoba menyampaikan kebutuhan asrama dan sarana pembelajaran santri kepada Wapres.
"Pesantren As’adiyah, menyadari sepenuhnya akan arti pentingnya pendidikan. Oleh karena itu, dalam mengoperasionalkan program jangka panjangnya, Pesantren As’adiyah, meniatkan untuk memperbaiki bahkan menambah berbagai kelemahan berkaitan dengan perangkat-perangkat di pondok. Itu yang akan kami sampaikan ke Pak Kiai nanti saat beliau datang berkunjung," kata Kamal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.