Salin Artikel

Mengenal Ponpes As’adiyah di Pulau Sebatik, Pesantren di Perbatasan RI-Malaysia yang Bakal Dikunjungi Wapres RI Ma’ruf Amin

NUNUKAN, KOMPAS.com – Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin, diagendakan melakukan kunjungan kerja ke perbatasan RI–Malaysia, di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara.

Dari rencana kunjungan yang dibagikan kepada wartawan oleh Kabag Protokol Setkab Nunukan, Joned, diagendakan Ma’ruf Amin bersama ibu Wury Ma'ruf Amin, akan tiba di Tarakan, Kaltara, pada Kamis (3/8/2023) menggunakan Pesawat Kepresidenan, Boeing 737-400 TNI AU.

Pesawat akan mendarat di Pangkalan TNI AU, Anang Busra Tarakan, dan bakal disambut Gubernur Kaltara, Zainal Arifin Paliwang, serta anggota Forkopimda Kaltara.

Selanjutnya, Ma’ruf akan lepas landas menuju Pulau Sebatik, menggunakan Helikopter VVIP Kepresidenan Super Puma, dan mendarat di Lapangan Sei Bajau, Sebatik.

"Wapres bakal meresmikan rusunawa yang menjadi asrama santri di Ponpes As’adiyah, sekaligus mengukuhkan Dewan Ekonomi Syariah (DEKS) Kaltara yang acaranya digelar di Gedung Aztrada," ujar Joned, pada Rabu (2/8/2023).

Lalu seperti apa kondisi Ponpes As’adiyah Sebatik yang bakal mendapat kunjungan dari Wapres ?

Penanggung Jawab Asrama dan Juru Bicara Ponpes As’adiyah Pulau Sebatik, Kamal Soreyanto, mengatakan, Ponpes As’adiyah menjadi pilar literasi religi, di perbatasan RI–Malaysia.

Ponpes yang berdiri di lahan seluas 89x200 meter, di Jalan Bhakti Husada, RT 002 Desa Sungai Nyamuk, Sebatik Timur ini, memiliki 1.221 santri.

Sekitar 317 santri di antaranya merupakan santri mukim atau tinggal di asrama.

"Ponpes As’adiyah mencoba menanamkan fondasi agama yang kuat kepada generasi bangsa di perbatasan Negara. Meski cukup sederhana, tapi kami terus mencoba mendidik anak anak bangsa menjadi pribadi yang religius, nasionalis dan patriot," ujar dia.

Ponpes As’adiyah Pulau Sebatik, merupakan cabang dari Ponpes yang berpusat di Kota Sengkang, Sulawesi Selatan.

Pada 2014 lalu, salah satu pengusaha Pulau Sebatik, Haji Ali Karim, membeli lahan dan membangun ponpes yang saat itu hanya terdiri dari satu gedung.


Murid generasi pertama juga hanya ada 12 santri. Untuk menutup kekurangan santri, pihak ponpes akhirnya menerima sejumlah murid-murid sekolah umum yang dikeluarkan sekolah karena masalah kedisiplinan atau masalah kenakalan.

"Di periode pertama, alhamdulillah, Ponpes As’adiyah berhasil mendidik para santri. Mereka menjadi juara di banyak even MTQ, sehingga setiap tahunnya kami mendapat banyak pendaftar dan selalu over kuota," kata Kamal.

Keterbatasan sarana, prasarana, serta SDM, membuat ponpes menolak banyak calon santri yang mendaftar.

Ponpes yang dipimpin oleh Prof Dr KH Nasrudin Umar, yang merupakan imam besar Masjid Istiqlal Jakarta ini, juga menjadi lokasi pendidikan alternatif bagi para anak-anak TKI Malaysia.

"Kami masih mengontrak sepuluh rumah rumah warga untuk asrama santri. Nah, dengan adanya rusunawa untuk asrama santri, yang Insya Allah diresmikan Bapak Kyai Ma’ruf Amin, itu bisa mengurangi beban kami dalam pembiayaan kontrak asrama," kata Kamal.

Ponpes As’adiyah, akan mencoba menyampaikan kebutuhan asrama dan sarana pembelajaran santri kepada Wapres.

"Pesantren As’adiyah, menyadari sepenuhnya akan arti pentingnya pendidikan. Oleh karena itu, dalam mengoperasionalkan program jangka panjangnya, Pesantren As’adiyah, meniatkan untuk memperbaiki bahkan menambah berbagai kelemahan berkaitan dengan perangkat-perangkat di pondok. Itu yang akan kami sampaikan ke Pak Kiai nanti saat beliau datang berkunjung," kata Kamal.

https://regional.kompas.com/read/2023/08/02/141051878/mengenal-ponpes-asadiyah-di-pulau-sebatik-pesantren-di-perbatasan-ri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke