Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Dua Bocah Pengamen Badut di Nunukan, Disuruh Orangtuanya Cari Uang Sendiri dan Belum Pernah Bersekolah

Kompas.com - 01/08/2023, 16:31 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Nunukan, Kalimantan Utara, mengamankan dua bocah pengamen badut berusia 7 dan 10 tahun, serta seorang seniman badut, S (42), Selasa (1/8/2023).

Polisi mendalami adanya kemungkinan S memanfaatkan kedua bocah laki-laki yang dipekerjakannya tersebut, demi meraih keuntungan.

"Dari penyelidikan kita, dua anak ini ternyata dititipkan orangtuanya ke S. Memang mereka diminta memakai kostum badut dengan tampilan kartun anak-anak, dan mendapat uang dari aktivitas tersebut," ujar Kanit PPA Polres Nunukan, Ipda Marta Nuka, saat ditemui.

Baca juga: Cerita Bocah Badut Kecil di Nunukan, Tidak Bersekolah karena Cari Uang Sendiri, Bekerja Tak Sarapan

Dari pengakuan kedua bocah malang tersebut, mereka mengaku tertarik menjadi badut saat melihat pertunjukan S, di sebuah even expo yang digelar di Pulau Sebatik, beberapa bulan lalu.

Saat itu, keduanya, memberanikan diri untuk meminta izin memakai kostum badut, dan diperbolehkan oleh S.

S yang melihat minat kedua kakak beradik tersebut, lalu menawari mereka untuk bekerja dengannya.

"Izinlah S ini ke orangtua dua anak ini. Dan orangtuanya juga mengizinkan anaknya ikut S bekerja sebagai badut," kata Marta.

Selama ini, S hanya bekerja sendiri sebagai seniman badut sejak 2020. Ia sering tampil di sejumlah acara expo.

S juga kerap mengajak kedua bocah yang baru direkrutnya sekitar dua bulan terakhir ini, mengamen di Kota Tarakan, sampai Kabupaten Malinau.

Baca juga: Fakta Pasutri Pengamen Badut Raup Rp 500.000 di Bontang, Bawa Anak hingga Menginap di Hotel

Pengakuan S, dalam seminggu, ia bisa memperoleh omzet hampir sejuta dalam sepekan.

"Kedua bocah pengamen badut bisa menghasilkan Rp 300.000 sampai Rp 400.000 perorang dalam seminggu. Hasil tersebut, dibagi sebagian untuk orangtua si anak, dan sebagian untuk memenuhi kebutuhan dirinya bersama kedua bocah pengamen badut," imbuhnya.

Marta mengakui, aksi ini bisa menjurus pada eksploitasi anak. Terlebih, kedua bocah yang merupakan kakak beradik tersebut, belum mengerti Calistung karena tidak sekolah.

Keduanya, hanya tahu mencari uang lewat kostum badutnya. Faktor ekonomi keluarga kedua anak tersebut, menjadi alasan atas kondisi yang terjadi.

Marta melanjutkan, keluarga kedua bocah tersebut, berasal dari Kota Tarakan. Ayahnya bekerja sebagai pemukat rumput laut, sementara ibunya hanya di rumah mengurus anak bungsunya yang masih menyusu.

Kostum badut yang sering digunakan dua bocah kakak beradik berusia 7 dan 10 tahun di Nunukan Kaltara. Keduanya diminta orang tuanya mencari uang sendiri dan dipekerjakan seniman badut jalanan.Kompas.com/Ahmad Dzulviqor Kostum badut yang sering digunakan dua bocah kakak beradik berusia 7 dan 10 tahun di Nunukan Kaltara. Keduanya diminta orang tuanya mencari uang sendiri dan dipekerjakan seniman badut jalanan.

"Keluarganya baru delapan bulan pindah dari Tarakan. Mereka tertarik kerja rumput laut, dan tinggal di Sebatik," kata Marta.

Baca juga: Pasutri Pengamen Badut di Bontang Dipulangkan ke Samarinda

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangan Guru Erni Seberangi Lautan demi Mengajar, Perahu yang Dinaiki Pernah Terbalik

Perjuangan Guru Erni Seberangi Lautan demi Mengajar, Perahu yang Dinaiki Pernah Terbalik

Regional
Cekcok dengan Ibunya, Mahasiswa di Banjarmasin Ditemukan Tewas Gantung Diri

Cekcok dengan Ibunya, Mahasiswa di Banjarmasin Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Banjir Rendam Sekolah di Maja Lebak, Seluruh Murid Diliburkan

Banjir Rendam Sekolah di Maja Lebak, Seluruh Murid Diliburkan

Regional
Untidar Magelang Kini Jadi BLU, Rektor Klaim UKT Tak Naik

Untidar Magelang Kini Jadi BLU, Rektor Klaim UKT Tak Naik

Regional
Kisah Siswa SDN 104 Krui, Naik ke Bukit Cari Sinyal Belajar 'Online' buat Ujian

Kisah Siswa SDN 104 Krui, Naik ke Bukit Cari Sinyal Belajar "Online" buat Ujian

Regional
Kisruh Penerima KIP Kuliah di Undip Semarang, Ini Penjelasan Pihak Kampus

Kisruh Penerima KIP Kuliah di Undip Semarang, Ini Penjelasan Pihak Kampus

Regional
Korupsi BLT Covid-19, Mantan Kades di Tangerang Divonis 2,5 Tahun Penjara

Korupsi BLT Covid-19, Mantan Kades di Tangerang Divonis 2,5 Tahun Penjara

Regional
28 Calon TKI Ilegal yang Akan Berangkat ke Malaysia Diselamatkan di Pesisir Nunukan

28 Calon TKI Ilegal yang Akan Berangkat ke Malaysia Diselamatkan di Pesisir Nunukan

Regional
Santap Jamur Liar dari Pekarangan Rumah, Sekeluarga di Cilacap Keracunan

Santap Jamur Liar dari Pekarangan Rumah, Sekeluarga di Cilacap Keracunan

Regional
Jalan Rangkasbitung-Bogor Longsor, Kendaraan Roda Empat Dialihkan ke Jalur Alternatif

Jalan Rangkasbitung-Bogor Longsor, Kendaraan Roda Empat Dialihkan ke Jalur Alternatif

Regional
Calon Perseorangan Pilkada Sumbar 2024 Butuh 347.532 Dukungan

Calon Perseorangan Pilkada Sumbar 2024 Butuh 347.532 Dukungan

Regional
Ingin Diresmikan Jokowi, Pembangunan Bendungan Keureto Aceh Dikebut

Ingin Diresmikan Jokowi, Pembangunan Bendungan Keureto Aceh Dikebut

Regional
Rugikan Negara Rp 8,5 Miliar, Mantan Dirut PDAM Kabupaten Semarang Ditahan

Rugikan Negara Rp 8,5 Miliar, Mantan Dirut PDAM Kabupaten Semarang Ditahan

Regional
Kebakaran Kapal Wisata di Labuan Bajo Diduga akibat Korsleting di Ruang Mesin

Kebakaran Kapal Wisata di Labuan Bajo Diduga akibat Korsleting di Ruang Mesin

Regional
Segera Buka Penjaringan Bakal Cawalkot Solo, Gerindra Cari Sosok yang Bisa Lanjutkan Kerja Gibran

Segera Buka Penjaringan Bakal Cawalkot Solo, Gerindra Cari Sosok yang Bisa Lanjutkan Kerja Gibran

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com