Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Dua Bocah Pengamen Badut di Nunukan, Disuruh Orangtuanya Cari Uang Sendiri dan Belum Pernah Bersekolah

Kompas.com - 01/08/2023, 16:31 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Penghasilan kedua orangtua si bocah yang tidak seberapa, hanya cukup untuk makan sehari-hari, dan untuk keperluan si bayi.

Selain itu, anak-anak mereka tidak masuk sekolah, karena terkendala persoalan administrasi/kelengkapan data kependudukan.

"Keluarga mereka memiliki tujuh anak. Anak pertama dan kedua juga sudah bekerja di luar kota. Dengan kondisi ekonomi yang terbilang kurang mampu, si ibu mengizinkan anak keempat dan kelimanya, dibawa S untuk bekerja. Si Ibu juga baru tahu kalau anak-anak tidak boleh dipekerjakan seperti itu," jelasnya.

Dari pengakuan, S juga tidak bermaksud memanfaatkan kedua bocah tersebut untuk mengeruk keuntungan.

Karena nyatanya, S juga bekerja sebagai badut penghibur, dan membagikan penghasilannya kepada keluarga dua bocah yang dititipkan padanya.

"Kita sudah selidiki juga, tidak ada indikasi pedofilia dan sebagainya. Tindakan S, murni karena ingin membantu keluarga anak-anak tersebut meski caranya salah karena terkesan mengeksploitasi anak di bawah umur," tambahnya.

Baca juga: Bawa Anak, Pasutri Pengamen Badut di Bontang Dipulangkan ke Samarinda

Melihat kompleksnya kasus ini, Polisi kemudian meminta S dan ibu kedua anak pengamen badut, untuk membuat pernyataan tidak melanjutkan apa yang mereka lakukan.

Orangtua anak tidak boleh mengizinkan anaknya bekerja mencari uang sebagai badut di jalanan. Begitu juga S, dilarang mempekerjakan keduanya, apa pun alasannya.

Pernyataan tersebut, dibuktikan dengan surat yang ditandatangani keduanya.

"Kita sudah koordinasi dengan Dinas Sosial. Hasilnya Dinas akan segera mengurus sekolah keduanya. Pilihannya ada dua, kalau tidak di Yayasan Ruhama, akan dimasukkan Ponpes Hidayatullah. Tapi harus melalui asessmen dulu. Kita segera serahkan keduanya ke Dinsos," tutup Marta.

Fenomena pengamen badut di Nunukan, Kaltara, menjadi sorotan karena adanya anak-anak kecil yang berkeliaran di jalanan dan meminta minta di warung serta kafe pada jam sekolah.

Kepala Dinas Sosial Nunukan, Faridah Aryani, mengakui tidak ada pembenaran atas aksi para badut tersebut.

Baca juga: Per Jam Dapat Rp 500.000, Pasutri Pengamen Badut di Bontang Ini Nginapnya di Hotel

"Terjadi pergeseran pola pikir, di mana yang dulunya badut diundang sebagai penghibur di acara ulang tahun anak-anak, sekarang justru dipakai minta-minta, atau secara kasar mengemis. Ini memang harus ditertibkan," ujarnya.

Meski dibalut dengan pakaian badut yang terkesan lucu dan jenaka. Tradisi tersebut, hanya sebuah cara baru untuk membungkus kebiasaan buruk dari mengemis.

Bukan sekali, dua kali, Dinas Sosial Nunukan, melakukan penertiban, kata dia. Namun sepertinya, badut badut yang saat ini kembali ada, diduga kelompok baru.

"Sebelumnya kita sudah lakukan penertiban dan pembinaan. Anak-anak yang sekolah kita beri sepeda dan ibunya kita kasih modal usaha. Ada blender, dan semacamnya. Kalau yang sekarang ini, kelompok baru sepertinya," katanya lagi.

Dalam waktu dekat, Dinas Sosial, akan menggandeng sejumlah instansi untuk membahas masalah ini lebih komprehensif.

Karena pada prinsipnya, lanjut Faridah, budaya mengemis, meski dibalut dengan model apapun, tetap menjadi hal tercela, yang tidak dianjurkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pesan Pj Bupati Flores Timur di Akhir Masa Jabatan, Minta ASN Jaga Loyalitas

Pesan Pj Bupati Flores Timur di Akhir Masa Jabatan, Minta ASN Jaga Loyalitas

Regional
Simpang Joglo Solo Ditutup Total Mulai 21 Mei 2024, Catat Pengalihan Arusnya

Simpang Joglo Solo Ditutup Total Mulai 21 Mei 2024, Catat Pengalihan Arusnya

Regional
Bukannya Takut, Awak Bus Ini Malah Senang Saat Dirazia

Bukannya Takut, Awak Bus Ini Malah Senang Saat Dirazia

Regional
Di Seminar Womenpreneur, CEO Buttonscarves Blak-blakan Ungkap Latar Belakangnya

Di Seminar Womenpreneur, CEO Buttonscarves Blak-blakan Ungkap Latar Belakangnya

Regional
Preman Pemalak Pedagang Duku di Lampung Ditangkap, Modusnya Adang Mobil Korban dan Minta 'Uang Jalan'

Preman Pemalak Pedagang Duku di Lampung Ditangkap, Modusnya Adang Mobil Korban dan Minta "Uang Jalan"

Regional
Sederet Program Gratis sejak Lahir hingga Meninggal Dunia dari Pemkot Tangerang

Sederet Program Gratis sejak Lahir hingga Meninggal Dunia dari Pemkot Tangerang

Regional
Pemdes Banjarwangunan Temukan 25 Nama yang Sama dengan Buron Pembunuh Vina Eki

Pemdes Banjarwangunan Temukan 25 Nama yang Sama dengan Buron Pembunuh Vina Eki

Regional
Lepas Keberangkatan 354 Calon Jemaah Haji, Walkot Susanti Sampaikan Pesan Ini

Lepas Keberangkatan 354 Calon Jemaah Haji, Walkot Susanti Sampaikan Pesan Ini

Regional
Direktur BUMDes Korupsi Uang Penjualan Sawit untuk Beli Mobil

Direktur BUMDes Korupsi Uang Penjualan Sawit untuk Beli Mobil

Regional
Pj Gubernur Kaltim Prediksi Pemulihan Banjir Mahakam Ulu Makan Waktu Sebulan, Sistem Peringatan Dini Diperlukan

Pj Gubernur Kaltim Prediksi Pemulihan Banjir Mahakam Ulu Makan Waktu Sebulan, Sistem Peringatan Dini Diperlukan

Regional
Mantapkan Langkah Politiknya, Susanti Daftarkan Diri Jadi Calon Wali Kota ke Gerindra

Mantapkan Langkah Politiknya, Susanti Daftarkan Diri Jadi Calon Wali Kota ke Gerindra

Regional
Viral, Foto ASN Manggarai Timur Minum Miras Beramai-ramai, Pj Sekda Minta Maaf

Viral, Foto ASN Manggarai Timur Minum Miras Beramai-ramai, Pj Sekda Minta Maaf

Regional
Gempa M 3,5 Sumedang, Warga: Kaca Bergetar

Gempa M 3,5 Sumedang, Warga: Kaca Bergetar

Regional
Video Viral Pajero Dipasangi Senapan Mesin di Kap, Polisi Pastikan Benda Itu Mainan

Video Viral Pajero Dipasangi Senapan Mesin di Kap, Polisi Pastikan Benda Itu Mainan

Regional
Kronologi Penangkapan WNA Bangladesh yang Selundupkan 5 WN Asing ke Australia lewat NTT

Kronologi Penangkapan WNA Bangladesh yang Selundupkan 5 WN Asing ke Australia lewat NTT

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com