Ada tiga alat utama yang mereka andalkan ketika akan menambang. Pertama adalah pipa blower yang berfungsi mengalirkan udara atau oksigen.
Pipa blower inilah yang digunakan juga untuk berkomunikasi dengan petugas yang berada di atas.
Kedua adalah pipa penyedot air, yang digunakan untuk menyedot air selama 24 jam. Jika kondisi mesin panas maka akan segera diganti.
Yang ketiga adalah dril atau alat bor yang digunakan untuk untuk mengebor tanah.
"Kita kasih kode pakai tali dan kompresor untuk udara, termasuk untuk makanan.Jadi ngomong aja langsung pakai pipa blower pipa panjang itu," ujar Nino kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (27/7/2023).
Baca juga: Menunggu Kabar 8 Penambang Emas di Banyumas yang Terjebak di Dalam Lubang
Nino mengaku bisa menambang dalam lubang selama setengah hari. Bahkan ia pernah berada di area lubang tambang selama 24 jam.
"Di dalam itu jalurnya seperti tangga dan didalamnya ada yang namanya 'Raja Tikus' yang akan mengikuti jalur urat-urat emas," katanya.
Menurutnya lubang diameter 90 centimeter hanya disangga kayu-kayu balok. Dalam satu lubang tambang bisa dimasuki sampai 10 orang pekerja tambang dan bekerja tim.
"Di dalam bisa 10 orang, ada yang nge-drill atau nge-bor dan ada yang mengangkut material pakai karung," jelasnya.
Terkait dengan penghasilan dari tambang emas dia memperkirakan dapat uang Rp1 juta sampai Rp5 juta dalam seminggu.
Ia mengatakan pembagian kerja masing-masing orang berbeda-beda. Ada yang bagi material mengolah sendiri dan ada juga yang terima hasilnya saja.
Baca juga: Kesaksian Penambang Emas di Banyumas, Pernah Nyaris Terjebak Dalam Lubang Puluhan Meter
"Kalau sehari ya bisa sampai minim Rp 100.000. Tapi kalau zonk sering juga," jelasnya.
Nino dan kawan-kawannya sudah bekerja 10 tahunan sejak ada penambangan emas pada 2014 silam. Lokasi tambang emas rakyat itu diapit dua sungai yaitu, Sungai Tajur dan Sungai Datar.
Berdasarkan informasi yang diceritakan oleh pekerja tambang lain, Agus (40) butuh modal ratusan juga untuk buka lapak atau buka satu area lubang tambang.
"Satu lapak ratusan juta bisa Rp 300 juta-Rp 500 juta, mahalnya itu karena perlengkapannya juga, kayu dan lain sebagainya," jelasnya.