SUMBAWA, KOMPAS.com - Kerusakan lingkungan mempengaruhi tingginya sedimentasi bendungan dan waduk yang ada di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Hal itu memperluas desa yang terdampak kekeringan saat memasuki musim kemarau tahun 2023. Tercatat, 31 desa dan 58.034 jiwa terancam mengalami dampak kekeringan.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa, wilayah terancam kekeringan membutuhkan 11.142.528 liter air bersih.
"Kami sudah berkoordinasi dengan BPBD NTB dan BMKG untuk membuat hujan buatan," kata Kepala BPBD Sumbawa Muhammad Nurhidayat yang dikonfirmasi Jumat (23/6/2023).
Baca juga: 12 Kelurahan di Kota Bima Dilanda Kekeringan, 21.103 Jiwa Terdampak Krisis Air
Nurhidayat mengatakan, bendungan yang saat ini dikuras habis karena tingginya sedimentasi akan dibuat hujan buatan.
Hujan buatan itu untuk mengisi air di bendungan dan waduk agar warga di wilayah itu bisa mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari serta mengaliri lahan pertanian.
Baca juga: BPBD NTB Ajukan Anggaran Rp 20 Miliar Antisipasi Dampak Kekeringan
Menurut Nurhidayat, selain karena kerusakan lingkungan, tingginya sedimentasi juga terjadi karena bendungan atau waduk kurang pemeliharaan. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara I.
"Perkembangan di lapangan nanti kita lihat kondisi kekeringan. Ini baru masuk awal kemarau belum fase puncaknya. Diprediksi wilayah terdampak akan bertambah," papar Nurhidayat.
Sementara itu, desa yang mengalami dampak kekeringan yakni Desa Pulau Bungin, Labuhan Alas, Pulau Kaung, Labuhan Bajo, Pukat, Baru Tahan, Pungkit, Kukin, Sebewe, Penyaring, dan Desa Pungkit.
Selain itu juga Desa Pelat, Mapin Kebak, Mapin Beru, Lape, Hijrah, Dete, Maman, Mokong, Marga Karya, Lito dan Desa Boal.
Selanjutnya, Desa Labuhan Kuris, Brang Kolong, Mata, Tolo'oi, Lopok, Lopok Dalam, Tetede, Labuhan Sumbawa, Labuhan Badas, Serading, Labuhan Ijuk, Poto, Labuhan Sangoro dan Desa Klungkung.