Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wanita Gorontalo Merenda Kehidupan Lewat Keindahan Sulaman Karawo

Kompas.com - 17/05/2023, 07:01 WIB
Rosyid A Azhar ,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Di garasi mungil saat matahari sore mulai tergelincir, Rusnia Mantali (26) berpacu dengan sulaman karawo pada selembar kain yang menutupi pangkuannya. Ia tak terganggu oleh anak semata wayangnya yang bermain benang di sampingnya.

Rusnia Mantali, yang biasa disapa Nia, adalah pekerja mandiri yang tengah menyelesaikan sulaman karawo pesanan seorang desainer muda asal Surabaya, Jawa Timur. Nia yang lahir di Desa Bunggalo, di tepi Danau Limboto Kabupaten Gorontalo, tidak menyangka harus berpacu dengan waktu untuk menyelesaikan sulaman ini.

“Biasanya permintaan sulaman karawo hanya dari Gorontalo, sekarang orang-orang dari Pulau Jawa menyukainya dan meminta dibuat cepat,” ujar Rusnia Mantali, Rabu (17/5/2023).

Baca juga: Dituduh Mencuri Uang, Bocah 9 Tahun di Gorontalo Tewas Dianiaya Tante dan Pamannya, Korban Dipukul 30 Kali

Rusnia Mantali terus berpacu dengan waktu sebelum matahari sore tenggelam di balik perbukitan kapur dekat rumahnya. Ia terus memainkan jarung dengan benang, menjelujur sisa serat kain yang dipertahankan membentuk pola strimin yang kotak-kotak, sesekali matanya melirik pola hias gambar burung merak di hadapannya.

Ia terus berkonsentrasi, memastikan jelujur benangnya sesuai dengan polannya, ia juga mengecek warna benangnya pada bentangan kain yang terjepit midangan.

“Mumpung masih ada sinar matahari, kami berpacu memaksimalkan garapan sulaman hari ini,” tutur Rusnia Mantali.

Rusnia mengaku menyulam karawo tidak sulit, namun ia membutuhkan penerangan yang cukup agar bisa bekerja dengan nyaman, memasukkan benang di serat kain, memastikan warna yang sesuai pola.

Pekerjaan ini mudah baginya, namun ia menyadari yang disulami ini adalah kain sepanjang 2 meter, pekerjaan ini membutuhkan keterampilan dan ketelatenan yang luar biasa.

“Kalau normal itu bisa memakan waktu 2 bulan, tapi kami diminta pemesan dalam 20 hari sudah sudah harus dikirim ke Surabaya,” ujar Nining Abdurrahman Arif.

Baca juga: Nenek Lumpuh di Gorontalo Diperkosa Pria Tak Dikenal di Ruang Tamu

Nining adalah mitra Rusnia Mantali. Nining memiliki usaha sulam karawo yang diberi nama Wumula yang bermakna kebersamaan. Nama ini dianggap sebagai doa karena proses menyulam karawo membutuhkan kebersamaan, maju dan sejahtera bersama.

Nining mengungkapkan sulaman yang dibuat Rusnia adalah pesanan baru dari desainer muda Surabaya. Tidak hanya sulaman motif burung merak, ia juga mendapatkan pesanan motif lain seekor ular naga.

Seperti kelompok usaha karawo lainnya di Gorontalo, usaha Nining Arif saat ini tengah kebanjiran pesanan setelah sulaman karawo dikenalkan di arena Indonesia Fashion Week (IFW) 2023 pada Februari 2023 lalu.

Nining Arif (kiri) dan Rusnia Mantali tengah mengerjakan sulam karawo pesanan desainer muda asal Surabaya di garasi rumah. Sulaman karawo merupakan usaha kaum wanita Gorontalo yang dilakukan secara turun temurun.KOMPAS.COM/ROSYID A AZHAR Nining Arif (kiri) dan Rusnia Mantali tengah mengerjakan sulam karawo pesanan desainer muda asal Surabaya di garasi rumah. Sulaman karawo merupakan usaha kaum wanita Gorontalo yang dilakukan secara turun temurun.

Nining mengaku usai pergelaran IFW ini banyak orang yang menghubunginya, mulai dari yang menanyakan bagaimana sulaman karawo, harga, cara membuatnya hingga ada yang langsung meminta untuk dikirimi.

“Saat turun dari pesawat di terminal bandar udara Djalaluddin Tantu Gorontalo, pesan melalui WhatsApp sangat banyak, sebagian pesan yang masuk ini adalah keinginan untuk membeli sulaman karawo,” ujar Nining Arif.

Berkah IFW ini memang sangat terasa, tidak hanya dirasakan Nining Arif saja, bahkan para perajin karawo lainnya juga mendapat pesanan yang banyak. Mengenalkan karawo di IFW ini dilakukan oleh Gamaria Purnamawati Monoarfa yang saat itu menjabat sebagai Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Gorontalo.

Baca juga: Nenek di Gorontalo Tewas Ditabrak Mobil, Korban Sampai Terlempar ke Sungai

Nining mengaku sebelum pandemi Covid-19, omzet penjualannya hanya Rp 5 juta perbulan, setelah pemerintah mulai melonggarkan pembatasan social omzetnya mulai naik hingga mencapai Rp 20 juta perbulan.

“Puncaknya adalah setelah Indonesia Fashion Week, kami kebanjiran order mencapai Rp 50 juta perbulan hingga saat ini,” tutur Nining Arif.

Nining mengenang puncak IFW pada 26 Februari 2023 yang bertema Gorontalo’s Day, sejumlah desainer Gorontalo dan ibu kota serentak menampilkan karya-karyanya dengan bahan sulaman karawo.

Karya indah sulaman karawo disorot lampu, menampilkan kemewahan dan cita rasa seni tinggi. Di balik sorot lampu ini, juga menyorot ratusan pasang mata yang menikmati pesona sulam karawo asal Gorontalo ini. Mereka adalah pecinta wastra Indonesia yang terlibat dalam usaha produktif dan ekonomi kreatif.

Dari ratusan pasang mata yang menatap karya adibusana inilah kemudian mencari jaringan pasokan sulam karawo hingga ke negeri asalnya, Gorontalo.

Ketua Dekranasda Provinsi Gorontalo Gamaria Purnamawati Monoarfa yang hadir menjelaskan Gorontalo’s Day di IFW saat itu diawali final Indonesia Youth Designer Fashion Competition (IYDFC) 2023.

Baca juga: Bocah 9 Tahun di Gorontalo Diduga Tewas Dianiaya Paman dan Tantenya

“Ada dua sesi untuk penampilan karawo di puncak acara penutupan. Pertama “Gems of Gorontalo” dan “Wave of Karawo”. Setelah itu ada juga penampilan karawo,” kata Gamaria Purnamawati Monoarfa.

Bahkan pada saat pembukaan IFW Rabu (22/2/2023), kain karawo tampil sebagai bintang. Tidak kurang Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno yang membuka IFW harus mempersingkat sambutan karena tidak sabar menanti pertunjukan sulam karawo.

“Saya sudah tidak sabar melihat Karawo. Karena saya dan mbak Nur, istri saya sangat menggemari karena merupakan (produk) andalan Provinsi Gorontalo,” kata Sandiaga dalam sambutannya saat itu.

IFW 2023 tidak saja mengundang desainer dan pecinta fesyen tanah air, tetapi juga dari perwakilan duta besar negara sahabat seperti Rusia, Perancis, Jepang, Armenia, Australia, Bahrain. Ada juga perwakilan Cile, Jordania, Ukraina, Ekuador, Thailand dan Venezuela.

Untuk tampil di IFW ini diakui Gamaria Purnamawati Monoarfa sebagai perjuangan yang tidak ringan. Empat kali Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI) ikut membimbing, melatih para desainer untuk meningkatkan kualitas desain dan padu padan warna. Menurutnya pola pikir perajin lokal yang otodidak harus diubah dan ditingkatkan.

Nining yang sejak awal mengikuti pembinaan Dekranasda ini mendaapt pengetahuan baru. Pelatihan ini memberi cakrawala berfikir yang lebih luas dan dinamis. Di sinilah ia mulai terbuak untuk mengembangkan usaha yang dicintainya ini.

Baca juga: Prosesi Adat Moloopu Sambut Pj Gubernur Gorontalo Ismail Pakaya

Nining mengaku usaha sulaman karawo yang dikelolanya ini adalah warisan dari ibunya yang meninggal dunia pada 2019. Sebelum wafat, ibunya berpesan kepadanya untuk melanjutkan tradisi keluarganya, menyulam karawo. Tradisi ini diwarisi turun-temurun.

Di tangan Nining usaha sulam karawo ini terus berkembang. Bagi kebanyakan orang Gorontalo usaha sulam karawo tidak hanya bermakna ekonomi semata, sulam karawo ini juga menjadi upaya membantu anggota keluarga lain untuk mendapatkan penghasilan.

Para wanita Gorontalo di pedesaan umumnya sudah memiliki keterampilan membuat sulam karawo. Melalui keterampilan inilah kain dan peralatan produksi didistribusikan untuk dilakukan penyulaman. Besarnya jasa penyulaman ini bergantung pada kuantitas dan kualitas pekerjaan, termasuk kerumitannya.

Pekerjaan sulaman karawo ini bersifat komunal, lazimnya melibatkan lebih dari seorang dalam selembar kain. Ada yang bertugas mengiris serat kain, dan ada yang bertugas menyulamnya.

“Untuk mememuhi kebutuhan pesanan ini kami terus memberdayakan kaum perempuan di desa, membentuk kelompok yang anggotanya berjumlah 10 orang. Tugas kelompok ini menyelesaikan sulaman karawo dalam jumlah tertentu, mulai dari mengiris serat kain hingga membuat sulaman,” tutur Nining.

Ia sudah memiliki 4 kelompok, ini berarti Nining telah melibatkan setidaknya 40 orang dalam memproduksi sulaman karawo. Kelompok ini tersebar di Kelurahan Tanjung Kramat Kota Gorontalo, Bunggalo dan sekitarnya serta di Isimu kabupaten Gorontalo.

Baca juga: Burung Maleo Jadi Simbol Keketuaan Indonesia di ASEAN, Warga Gorontalo Bangga

Melalui sulaman karawo inilah, tumbuh harapan kaum perempuan yang tersebar di desa dan kelurahan untuk memperbaiki ekonomi keluarga dan menguatkan ikatan sosial.

Seperti para perajin sulaman karawo lainnya, Nining Arif memiliki keterampilan ini sejak masih kanak-kanak. Ia mengingatkan saat kelas 5 sekolah dasar ia sudah mampu menyulam karawo. Ia mendapatkan keterampilan ini dari ibunya yang bernama Dedi Nusi.

“Saya masih ingat, kalau menyulam karawo itu dibayar Rp1000, Rp250 untuk tukang iris, Rp150 untuk tukang ikat, 350 untuk penyulam, dan sisanya untuk beli benang dan operasional lainnya,” kenang Nining saat masih tinggal di Desa Bunggalo.

Semangatnya mongarawo atau membuat sulamaan karawo ini tidak kenal lelah, bahkan ia melanjutkan pekerjaannya saat malam hari.

“Dulu pakai lampu minyak, papa saya akan memompa dulu lampunya, setelah itu kami saling medekati lampu untuk menyulam, biar terlihat jelas,” ujarnya sambal tertawa lepas.

Saat ini para perajin sulaman karawo masih banyak yang mendatangkan bahan dari kota besar di pulau Jawa. Bahan tersebut adalah kain dan benang, bahan utama sulaman karawo.

Baca juga: Update Kasus Anak Hilang di Gorontalo, Tante Korban Ditetapkan Sebagai Tersangka

Persediaan bahan di toko-toko tekstil di Kota Gorontalo tak mampu memenuhi permintaan sulam karawo, terutama dari luar daerah. Ragam warna kain dan benang tidak selalu ada di Gorontalo. Sementara jika memesan di Jawa para perajin ini harus berhadapan dengan biaya pengiriman yang mahal.

“Tetap saja kami memilih belanja di Jawa agar kualitas sulaman karawo tetap terjaga dan mampu mengikuti kebutuhan zaman,” tutur Nining.

Rusnia Mantali, Nining, dan banyak perajin karawo lainnya merasa saat ini adalah masa paling baik dalam menjalankan usaha sulam karawo. Permintaan pasar yang tumbuh signifikan ini memberi gairah tersendiri bagi mereka.

Kebutuhan untuk memiliki keterampilan manajerial usaha mulai terasa, mereka tidak selamanya mampu mengandalkan improvisasi untuk bisa bertahan di tengah dinamika dunia mode yang terus berubah.

Sulam karawo harus terus dihidupkan untuk memberi penghidupan bagi banyak orang. Rusnia dan Nining optimistis usaha ini akan meningkat, memberi harapan baikan di masa depan, tak pernah putus, seperti aliran Sungai Bone di belakang rumah Nining yang terus mengalir ke Teluk Tomini sepanjang waktu.

Jelujur benang terus dilakukan Rusnia di serat kain saat senja mulai menghilang, tidak ada lagi sinar matahari yang menerangi garasi mungil tempatnya bekerja. Ia terus memainkan aneka benang seperti warna pola sulaman, ia berharap hidupnya juga penuh warna dengan menyintai tradisi menyulam ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Disdikbud Jateng Larang 'Study Tour' Sejak 2020, Alasannya agar Tak Ada Pungutan di Sekolah

Disdikbud Jateng Larang "Study Tour" Sejak 2020, Alasannya agar Tak Ada Pungutan di Sekolah

Regional
Cemburu, Seorang Pria Tikam Mahasiswa yang Sedang Tidur

Cemburu, Seorang Pria Tikam Mahasiswa yang Sedang Tidur

Regional
Momen Iriana Jokowi dan Selvi Ananda Naik Mobil Hias Rajamala, Tebar Senyum dan Pecahkan Rekor Muri

Momen Iriana Jokowi dan Selvi Ananda Naik Mobil Hias Rajamala, Tebar Senyum dan Pecahkan Rekor Muri

Regional
Pemkab Bangka Tengah Larang Acara Perpisahan di Luar Sekolah

Pemkab Bangka Tengah Larang Acara Perpisahan di Luar Sekolah

Regional
Kenangan Muslim di Sungai Bukik Batabuah yang Kini Porak Poranda

Kenangan Muslim di Sungai Bukik Batabuah yang Kini Porak Poranda

Regional
2 Tahun Buron, Tersangka Perusak Hutan Mangrove Belitung Timur Ditangkap di Palembang

2 Tahun Buron, Tersangka Perusak Hutan Mangrove Belitung Timur Ditangkap di Palembang

Regional
Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP, Mantan Kepala Bea Cukai Riau Jadi Tersangka

Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP, Mantan Kepala Bea Cukai Riau Jadi Tersangka

Regional
Soal Mahasiswa KIP Kuliah Salah Sasaran, Rektor Baru Undip Masih Buka Aduan

Soal Mahasiswa KIP Kuliah Salah Sasaran, Rektor Baru Undip Masih Buka Aduan

Regional
Gubernur Jambi Tuntut Ganti Rugi dari Pemilik Tongkang Batu Bara Penabrak Jembatan

Gubernur Jambi Tuntut Ganti Rugi dari Pemilik Tongkang Batu Bara Penabrak Jembatan

Regional
Dugaan Korupsi Bantuan Korban Konflik, Kantor Badan Reintegrasi Aceh Digeledah

Dugaan Korupsi Bantuan Korban Konflik, Kantor Badan Reintegrasi Aceh Digeledah

Regional
Kepala Dinas Pendidikan Riau Ditahan, Korupsi Perjalanan Dinas Rp 2,3 Miliar

Kepala Dinas Pendidikan Riau Ditahan, Korupsi Perjalanan Dinas Rp 2,3 Miliar

Regional
Keluh Kesah Pedagang Pasar Mardika Baru Ambon: Sepi, Tak Ada yang Datang

Keluh Kesah Pedagang Pasar Mardika Baru Ambon: Sepi, Tak Ada yang Datang

Regional
Pilkada Kota Magelang, Syarat Parpol Usung Calon Minimal Ada 5 Kursi DPRD

Pilkada Kota Magelang, Syarat Parpol Usung Calon Minimal Ada 5 Kursi DPRD

Regional
Update Banjir Bandang Sumbar: 59 Orang Meninggal, 16 Hilang

Update Banjir Bandang Sumbar: 59 Orang Meninggal, 16 Hilang

Regional
Kejagung Dalami Perjanjian Pisah Harta Harvey Moeis dan Sandra Dewi

Kejagung Dalami Perjanjian Pisah Harta Harvey Moeis dan Sandra Dewi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com