Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Malam Selikuran Menyambut Lailatul Qadar di Keraton Surakarta, Ada Kirab Lampu Ting dan Seribu Tumpeng

Kompas.com - 11/04/2023, 14:44 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Malam selikuran adalah salah satu tradisi pada bulan Ramadhan di Keraton Surakarta untuk menyambut datangnya Lailatul Qadar.

Tradisi ini berasal dari ajaran Islam di mana Lailatul Qadar disebut sebagai malam yang lebih mulia dari seribu bulan dan jatuh pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Baca juga: Malem Selikuran, Tradisi Menyambut Malam Lailatul Qadar di Keraton Yogyakarta

Sesuai asal katanya, malam selikuran terdiri dari kata malam dan selikur atau dua puluh satu.

Sehingga Keraton Surakarta menyelenggarakan tradisi malam selikuran tiap tanggal 20 Ramadhan atau malam 21 Ramadhan menurut kalender Hijriyah.

Baca juga: Patipi Pulau, Kampung Kecil di Papua yang Memeriahkan Lailatul Qadar

Sejarah Tradisi Malam Selikuran Keraton Surakarta

Konon tradisi malam selikuran bermula dari adaptasi ajaran Islam ke dalam budaya Jawa pada masa dakwah Walisongo.

Dilansir dari laman Tribunnews.com, tradisi malam selikuran di Keraton Surakarta kemudian dikembangkan pada masa Sultan Agung, Raja Mataram.

Baca juga: Kisah Nabi Muhammad SAW Bertemu Lailatul Qadar

Namun pada perjalanannya, pelaksanaan tradisi tahunan ini sempat mengalami pasang surut.

Kemudian oleh Pakubuwana IX, tradisi malam selikuran di lingkungan Keraton Surakarta dihidupkan kembali.

Tradisi ini kemudian mengalami puncaknya pada masa Pakubuwana X dengan diadakan secara kirab dari Keraton menuju Masjid Agung Surakarta hingga ke Taman Sriwedari.

Namun saat ini pelaksanaan kirab malam selikuran di Keraton Surakarta hanya saja rute perjalanan dilakukan hingga Masjid Agung saja.

Tradisi Malam Selikuran Keraton Kota Solo Jawa Tengah, dengan membawa seribu tumpeng yang dibawa dari Keraton Solo menuju Masjid Agung untuk menyambut Malam Lailatul Qadar di Bulan Ramadhan 2022.KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati Tradisi Malam Selikuran Keraton Kota Solo Jawa Tengah, dengan membawa seribu tumpeng yang dibawa dari Keraton Solo menuju Masjid Agung untuk menyambut Malam Lailatul Qadar di Bulan Ramadhan 2022.

Pelaksanaan Tradisi Malam Selikuran Keraton Surakarta

Tradisi malam selikuran di Keraton Surakarta akan diawali dengan pembukaan gerbang keraton diikuti dengan keluarnya para kerabat dan abdi dalem.

Di belakang rombongan tersebut akan diikuti oleh para abdi dalem yang membawa lampu ting atau lentera.

Kemudian, iring-iringan tersebut akan diikuti dengan rombongan yang membawa seribu tumpeng atau tumpeng sewu yang diletakkan di dalam kotak kayu dengan cara dipanggul.

Nasi tumpeng yang diarak biasanya terdiri dari nasi gurih, kedelai hitam, telur puyuh, cabai hijau, rambak dan mentimun.

Adapun wadah nasi tumpeng berupa ancak cantoka atau jodang yang terbuat dari besi dan kuningan.

Perjalanan iring-iringan kirab dari Keraton menuju Masjid Agung Surakarta akan dipimpin oleh seorang patih dan diiringi pembesar dan abdi dalem.

Selama perjalanan, rombongan juga akan diiringi oleh gamelan yang terdiri dari 2 demung, 2 barung, 2 saron, 2 saron peking, 2 kempyang, 2 gong ageng, 2 bedug, dan 1 bonang besar serancak.

Sesampainya di Masjid Agung Surakarta, ritual da bersama akan dilaksanakan oleh para peserta.

Selanjutnya tumpeng akan dibagikan kepada abdi dalem dan masyarakat yang sudah menunggu sambil duduk bersila di pelataran masjid.

Tradisi Malam Selikuran Keraton Kota Solo Jawa Tengah, dengan membawa seribu tumpeng yang dibawa dari Keraton Solo menuju Masjid Agung untuk menyambut Malam Lailatul Qadar di Bulan Ramadhan 2022.KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati Tradisi Malam Selikuran Keraton Kota Solo Jawa Tengah, dengan membawa seribu tumpeng yang dibawa dari Keraton Solo menuju Masjid Agung untuk menyambut Malam Lailatul Qadar di Bulan Ramadhan 2022.

Makna dalam Tradisi Malam Selikuran Keraton Surakarta

Tradisi malam selikuran Keraton Surakarta mengandung unsur simbolik yang maknanya terkait dengan datangnya Lailatul Qadar.

Seperti adanya seribu tumpeng yang melambangkan pahala setara seribu bulan.

Kemudian keberadaan lampu ting yang melambangkan obor yang dibawa para sahabat ketika menjemput Rasulullah SAW usai menerima wahyu di Jabal Nur.

Secara keseluruhan, tradisi malam selikuran Keraton Surakarta menggambarkan harmonisasi nilai-nilai Islam yang berpadu dengan budaya Jawa yang masih terjaga dalam balutan kearifan lokal.

Sumber: surakarta.go.idvideo.tribunnews.comregional.kompas.com, dan academia.edu  

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Regional
Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Regional
Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Regional
Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Regional
Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Regional
Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Regional
Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Regional
Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Regional
Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Regional
Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Regional
Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Regional
Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Regional
Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Regional
Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com