Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/04/2023, 18:03 WIB
Junaidin,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

"Tiga tahun itu tanpa musim panas, tapi dampaknya bertahun-tahun dirasakan seperti kelaparan dan munculnya penyakit kolera. Ratusan ribu jiwa saat itu meninggal karena kelaparan," ungkapnya.

Owens Philip, Letnan Tentara Inggris yang ditugaskan oleh Gubernur Thomas Stamford Raffles juga memberikan keterangan, termuat dalam buku Menuju Puncak Gunung Tambora yang ditulis Harley Bayu Sastha dan Dedi Wicaksono, 2018.

Dalam kunjungannya setelah beberapa hari letusan Tambora, Raffles mencatat kesaksian beberapa orang yang berhasil menyelamatkan diri dari amuk letusan Gunung Tambora. Salah satunya adalah Raja Sanggar.

Dalam kesaksiannya, Raja Sanggar menceritakan, sekitar pukul 19.00 waktu setempat pada 10 April 1815, tiga kolom api terlihat keluar dan menyala dekat puncak Tambora.

Masing-masing kolom menyulutkan apinya sendiri-sendiri, makin membesar membumbung tinggi menuju langit di mana akhirnya semua menyatu menjadi satu kolom api raksasa yang menyala seperti neraka.

Baca juga: Taman Nasional Gunung Tambora: Sejarah, Flora dan Fauna, hingga Potensi Wisata

Hanya dalam hitungan jam, Desa Koteh dan desa-desa lain yang berada di Semenanjung Sanggar musnah oleh amukan Gunung Tambora.

Tiga kolom api yang menyatu merobek langit malam bergulung-gulung membentuk sebuah bola api yang sangat besar. Aliran lava pijar menggelegak dan mengalir turun mencari jalannya sendiri-sendiri menuruni lereng Tambora.

Saat itu gunung seperti menyala, merah seperti lidah api. Pukul 20.00, kondisi semakin memburuk. Batu apung berbagai ukuran bercampur dengan hujan dan abu panas turun deras dari langit.

Manuskrip tua Kesultanan Bima yang ditulis Khatib Lukman, juga menggambarkan betapa mengerikannya dampak letusan Gunung Tambora,1815.

"Selama tiga hari, Bima mengalami hujan debu dan gelap. Pada siang hari sangat gelap bagaikan malam, sehingga tiap rumah menyalakan lampu untuk menerangi," kata Penggiat Sejarah Bima, Fahrurizki.

Baca juga: Benarkah Penemuan Sepeda Dipicu Meletusnya Gunung Tambora?

Kawah Gunung Tambora (Sumber BTN Tambora) Kawah Gunung Tambora (Sumber BTN Tambora)

Raja Sanggar sekaligus saksi hidup peristiwa letusan Tambora itu bernama Ismail Halilud Dayan.

Setelah kerajaan yang dipimpinnya porak-poranda oleh angin puting beliung dan tsunami, Raja Sanggar bersama 275 jiwa penduduknya yang selamat kemudian pindah ke dua tempat, yakni Banggo di Dompu dan Nggembe di Bima.

"Sebuah kekuatan yang luar biasa raja Sanggar mampu bertahan dalam amukan tsunami dan hujan batu serta angin puting beliung yang dahsyat," ungkap Fahrurizki.

Bernice De Jong Boers dalam bukunya 'Mount Tambora In 1815 : A Volcanic Eruption In Indonesia and ITS Aftermath' di Jurnal Indonesia 1995, menggambarkan wajah Pulau Sumbawa sebelum letusan Tambora 208 tahun lalu.

Menurut Boers, alam telah mencurahkan berkah yang sangat melimpah di pulau ini. Masyarakat seolah hidup tentram atas kekayaan alam yang tidak ada bandingnya di dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Regional
Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Regional
Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Regional
Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Regional
Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Regional
Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Regional
9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

Regional
Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Regional
Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Regional
Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Regional
Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Regional
KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

Regional
Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Regional
Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Regional
Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com