“Dua-duanya ikut ke daerah deket PN. Biasanya jam tujuh berangkat kerja sampai sore," jelasnya.
Kemudian saat pemeriksaan di posyandu, Ulfa mendapati kedua putranya mengalami stunting. Perempuan itu awalnya tak mengerti kondisi yang terjadi pada anaknya.
Posyandu lalu menjelaskan kepada Ulfa, dan memintanya untuk menitipkan kedua anaknya ke daycare Rumah Pelita yang sengaja diberikan untuk membantu anak-anak stunting.
“Biar di daycare aja katanya karena ada dokternya dan gizinya terpenuhi,” ungkap Ulfa.
Mengetahui layanan gratis dari pemerintah, ia justru senang dan merasa terbantu. Pasalnya ia merasa kasihan pada anaknya, tapi ia tak memiliki pilihan lain selain mengajaknya ke tempat rosok.
“Kalau ikut itu bukan hanya kotor, tapi lebih banyak main. Jadi mereka kurang tidur sepertinya, soalnya kalau makan itu gampang,” terangnya.
Baca juga: BKKBN: Sebelum Ada Perpres, Pengentasan Stunting Belum Jadi Prioritas Kepala Daerah
Dirinya sangat berterima kasih atas program tersebut. Ia merasa anaknya kini lebih ceria, bersih, dan sehat, ketimbang saat ikut bekerja dengannya.
Tidak seperti dirinya yang hanya lulusan SD, Ulfa harap kelak anaknya bisa bersekolah sampai kuliah tanpa merasa tertinggal dengan teman seusianya.
Sementara itu, Kompas.com mewawancarai Zahra (32), yang juga menitipkan anaknya di Rumah Pelita. Lain dengan Ulfa, Zahra bekerja sebagai guru seni tari sejak pagi hingga siang di TK dan SD.
Secara ekonomi, Zahra mampu memenuhi segala kebutuhan gizi anak satu-satunya. Namun karena terlalu sering mengikuti mobilitas tinggi sang ibu, kini anaknya justru tidak terawat dengan baik dan kurang tidur.
“Kalau siang dititipin mertua, tap kan namanya orang tua (mertua) kalau ngasuh yang penting anak anteng, walaupun main gadget terus,” katanya.
Zahra sempat kaget saat mendengar anaknya tergolong stunting saat pemeriksaan kesehatan. Ia pun langsung menggelontorkan berbagai asupan dan suplemen untuk anaknya tercinta.
Baca juga: Atasi Kasus Stunting, BKKBN Soroti Faktor Air, Lingkungan, dan Ekonomi
“Udah dikasi vitamin, susu, tapi tetep enggak naik TB dan BB-nya, karena makannya susah dan anaknya aktif banget,” lanjut Zahra.
Atas arahan posyandu, ia pun turut menitipkan putrinya di Rumah Pelita. Ia tak mempedulikan pandangan orang lain terhadapnya dan fokus kepada anaknya.
“Ya saya merasa terbantu di sini lebih ada yang memperhatikan tumbuh kembangnya. Daripada kurang tidur atau main hape terus di rumah eyang,” terangnya.
Anaknya yang berusia 2 tahun 10 bulan itu disebut telah mengalami perkembangan TB dan BB, meski belum lama masuk di Rumah Pelita.
“Insya Allah nanti lanjut saya titipkan ke daycare biasa setelah dari sini. Tapi ini masih survey mana yang bagus tenaga pengajar dan pengasuhnya,” tandasnya.
Pengasuh Rumah Pelita, Lana menjelaskan, setelah balita dinyatakan sembuh atau lulus dari status stunting, makan orangtua akan mendapat pembekalan parenting supaya pengasuhan yang ideal tetap bisa dilanjutkan di rumah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.