Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
M. Ikhsan Tualeka
Pegiat Perubahan Sosial

M. Ikhsan Tualeka, SIP, M.I.K, sejak mahasiswa sudah aktif menulis. Ia kemudian dikenal sebagai Koordinator Moluccas Democratization Watch (MDW) yang didirikan tahun 2006. Direktur Maluku Crisis Center (sejak 2018) Founder IndoEast Network (2019) dan Anggota Dewan Pakar Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Gekrafs). Alumni IVLP di Amerika Serikat (2009) ini adalah jebolan FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (2006) dan Political Communication Paramadina Graduate School (2016) berkat beasiswa setelah menjadi finalis ajang The Next Leaders di Metro TV (2009). Penulis buku Penguatan Demokrasi di Ranah Lokal (2010), Catatan Putra Timur: Perjalanan dan Gagasan (2019) dan Politik Kreatif-Maluku Menggugah (2022) juga menjadi editor dan ikut menulis dalam sejumlah buku ‘bunga rampai’ atau kumpulan tulisan. Instagram: @ikhsan_tualeka

Papeda: Antara Jatuh Gengsi dan Masa Depan Ketahanan Pangan

Kompas.com - 24/03/2023, 14:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDEKS Ketahanan Pangan (IKP) Provinsi 2021 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan empat provinsi di kawasan timur Indonesia ada di urutan paling rendah.

Urutanya Maluku Utara ada di peringkat 31 dengan indeks 59,58; Maluku urutan 32 dengan indeks 58,70; Papua Barat berada di urutan 33 indeksnya 46,05; Papua di peringkat paling bawah 34 dengan indeks 35,48.

Temuan ini terkonfirmasi dalam rangkuman satu hasil riset dari Universitas Pattimura baru-baru ini yang memperlihatkan masa depan ketahanan pangan di kepulauan Maluku merisaukan.

Satu hal yang menjustifikasi kerisauan itu adalah karena makin hilangnya minat masyarakat terhadap sagu atau papeda. Makanan yang pernah menjadi menu utama kebanyakan ras Melanesia itu makin tergerus zaman.

Bila dulu saban hari orang Maluku Raya (Maluku dan Maluku Utara), Papua dan sebagian Sulawesi makan papeda, sedangkan nasi kadang hanya seminggu sekali, sekarang berbalik. Papeda seminggu sekali, bahkan mungkin lebih jarang lagi.

Sejumlah anak muda Maluku Raya mengaku sudah tak terbiasa makan papeda. Hal ini antara lain juga dipengaruhi hilangnya kebiasaan makan papeda di rumah-rumah mereka. Sebelumnya makanan pokok, sekarang hanya sekadar makanan khas.

Suatu ketika di restoran yang menyediakan masakan khas Indonesia timur di Ambon, ada satu keluarga yang mau makan. Papeda satu sempe (baki besar dari tanah liat) juga turut dihidangkan.

Namun saat ibu dari keluarga itu hendak menuang papeda ke piring putranya yang duduk paling pojok, terdengar suara; “Mama nih beta sudah bilang seng (tidak) makan papeda, paksa terus, beta seng (tidak) suka”.

Ekspresi atau respons semacam dalam kadar yang lebih rendah belakangan ini kerap muncul di kalangan keluarga orang Indonesia timur, terutama yang tinggal di kota.

Satu fenomena yang terjadi bukan serta-merta, namun memang karena sagu atau papeda telah lama dimarginalkan.

Sagu atau papeda terkadang dianggap sebagai makanan kelas dua. Jatuh gengsi bila ada di atas meja makan dan orang lain sampai tahu.

Ada satu cerita yang kerap jadi bahan lelucon atau anekdot di Maluku. Satu keluarga kedatangan tamu, pas waktu makan siang, sang tamu kemudian diajak makan bersama oleh keluarga itu.

Sebelum tamu ikut ke ruang makan, istri dari tuan rumah itu buru-buru bilang ke anak gadisnya yang lagi berdiri di depan meja makan; “Nona, angkat (pindahkan) papeda tuh ke dapur, nanti orang lihat katong (kita) macam orang susah saa”.

Pernah pula, ini pengalaman saya waktu kecil. Saat teman-teman sepermainan sedang berkumpul, ada saja yang sengaja menarik perhatian dengan menempelkan biji nasi di pipi atau dagu.

Mau pamer, tapi pura-pura tidak menyadari. Kalau kemudian ada yang mengingatkan; “Woe ada biji nasi di se (kamu) punya dagu tuh ee”. Baru dagunya dilap dengan tangan sambil bilang;“Oh iyo ee ada biji nasi”.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Sriwijaya Expo 2023, Wadah Bangun Inovasi dan Pemasaran Produk UMKM di Sumsel

Sriwijaya Expo 2023, Wadah Bangun Inovasi dan Pemasaran Produk UMKM di Sumsel

Regional
Jadi Ketua Percasi Jatim, Bupati Sumenep Akan Cari Bibit Unggul lewat Turnamen Tingkat Desa

Jadi Ketua Percasi Jatim, Bupati Sumenep Akan Cari Bibit Unggul lewat Turnamen Tingkat Desa

Regional
Membanggakan, Sekda Sumsel Terima Penghargaan Warga Kehormatan dari Lanud SMH

Membanggakan, Sekda Sumsel Terima Penghargaan Warga Kehormatan dari Lanud SMH

Regional
Achmad Fauzi Tinjau RTRW Guna Percepat Reaktivasi Kereta Api di Madura

Achmad Fauzi Tinjau RTRW Guna Percepat Reaktivasi Kereta Api di Madura

Regional
HUT Komunitas Motor Harley Davidson Digelar di Pangandaran, Keterisian Hotel Meningkat 71 Persen

HUT Komunitas Motor Harley Davidson Digelar di Pangandaran, Keterisian Hotel Meningkat 71 Persen

Regional
Pemprov Jabar Sayangkan Agen Bawa Kabur Uang Study Tour Rp 400 Juta SMA 21 Bandung

Pemprov Jabar Sayangkan Agen Bawa Kabur Uang Study Tour Rp 400 Juta SMA 21 Bandung

Regional
Gubernur Jabar Apresiasi Penyelenggaraan Golden Memorial Wing Day 2023

Gubernur Jabar Apresiasi Penyelenggaraan Golden Memorial Wing Day 2023

Regional
Pertemuan Gubernur Jabar dan Dubes China Bahas Sejumlah Kerja Sama

Pertemuan Gubernur Jabar dan Dubes China Bahas Sejumlah Kerja Sama

Regional
Cucu Megawati Pinka Hapsari Ajak Pemuda Bantu Turunkan Kasus Stunting

Cucu Megawati Pinka Hapsari Ajak Pemuda Bantu Turunkan Kasus Stunting

Regional
Lepas Keberangkatan 360 Jemaah Calon Haji Kloter 1 Asal Sumsel, Herman Deru Minta agar Prokes Tetap Dijaga

Lepas Keberangkatan 360 Jemaah Calon Haji Kloter 1 Asal Sumsel, Herman Deru Minta agar Prokes Tetap Dijaga

Regional
Gubernur Sumsel Sambut Baik dan Bakal Dukung Penuh Hospital Expo 2023

Gubernur Sumsel Sambut Baik dan Bakal Dukung Penuh Hospital Expo 2023

Regional
Buka Festival Anggrek Parisj Van Borneo 2, Bupati HST: Anggrek Punya Potensi Ekonomi Menjanjikan

Buka Festival Anggrek Parisj Van Borneo 2, Bupati HST: Anggrek Punya Potensi Ekonomi Menjanjikan

Regional
Disparbud Jabar dan PHRI Lakukan Direct Promotion untuk Bangkitkan Perekonomian lewat Pariwisata

Disparbud Jabar dan PHRI Lakukan Direct Promotion untuk Bangkitkan Perekonomian lewat Pariwisata

Regional
Bertemu 1.600 Apoteker Se-Indonesia, Herman Deru Tekankan Pentingnya Edukasi Pola Hidup Sehat

Bertemu 1.600 Apoteker Se-Indonesia, Herman Deru Tekankan Pentingnya Edukasi Pola Hidup Sehat

Regional
Dapat Penghargaan UKPBJ, Pemprov Jabar Ingin Terus Perbaiki Tata Kelola Pengadaan Barang/Jasa di Daerah

Dapat Penghargaan UKPBJ, Pemprov Jabar Ingin Terus Perbaiki Tata Kelola Pengadaan Barang/Jasa di Daerah

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com