INDEKS Ketahanan Pangan (IKP) Provinsi 2021 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan empat provinsi di kawasan timur Indonesia ada di urutan paling rendah.
Urutanya Maluku Utara ada di peringkat 31 dengan indeks 59,58; Maluku urutan 32 dengan indeks 58,70; Papua Barat berada di urutan 33 indeksnya 46,05; Papua di peringkat paling bawah 34 dengan indeks 35,48.
Temuan ini terkonfirmasi dalam rangkuman satu hasil riset dari Universitas Pattimura baru-baru ini yang memperlihatkan masa depan ketahanan pangan di kepulauan Maluku merisaukan.
Satu hal yang menjustifikasi kerisauan itu adalah karena makin hilangnya minat masyarakat terhadap sagu atau papeda. Makanan yang pernah menjadi menu utama kebanyakan ras Melanesia itu makin tergerus zaman.
Bila dulu saban hari orang Maluku Raya (Maluku dan Maluku Utara), Papua dan sebagian Sulawesi makan papeda, sedangkan nasi kadang hanya seminggu sekali, sekarang berbalik. Papeda seminggu sekali, bahkan mungkin lebih jarang lagi.
Sejumlah anak muda Maluku Raya mengaku sudah tak terbiasa makan papeda. Hal ini antara lain juga dipengaruhi hilangnya kebiasaan makan papeda di rumah-rumah mereka. Sebelumnya makanan pokok, sekarang hanya sekadar makanan khas.
Suatu ketika di restoran yang menyediakan masakan khas Indonesia timur di Ambon, ada satu keluarga yang mau makan. Papeda satu sempe (baki besar dari tanah liat) juga turut dihidangkan.
Namun saat ibu dari keluarga itu hendak menuang papeda ke piring putranya yang duduk paling pojok, terdengar suara; “Mama nih beta sudah bilang seng (tidak) makan papeda, paksa terus, beta seng (tidak) suka”.
Ekspresi atau respons semacam dalam kadar yang lebih rendah belakangan ini kerap muncul di kalangan keluarga orang Indonesia timur, terutama yang tinggal di kota.
Satu fenomena yang terjadi bukan serta-merta, namun memang karena sagu atau papeda telah lama dimarginalkan.
Sagu atau papeda terkadang dianggap sebagai makanan kelas dua. Jatuh gengsi bila ada di atas meja makan dan orang lain sampai tahu.
Ada satu cerita yang kerap jadi bahan lelucon atau anekdot di Maluku. Satu keluarga kedatangan tamu, pas waktu makan siang, sang tamu kemudian diajak makan bersama oleh keluarga itu.
Sebelum tamu ikut ke ruang makan, istri dari tuan rumah itu buru-buru bilang ke anak gadisnya yang lagi berdiri di depan meja makan; “Nona, angkat (pindahkan) papeda tuh ke dapur, nanti orang lihat katong (kita) macam orang susah saa”.
Pernah pula, ini pengalaman saya waktu kecil. Saat teman-teman sepermainan sedang berkumpul, ada saja yang sengaja menarik perhatian dengan menempelkan biji nasi di pipi atau dagu.
Mau pamer, tapi pura-pura tidak menyadari. Kalau kemudian ada yang mengingatkan; “Woe ada biji nasi di se (kamu) punya dagu tuh ee”. Baru dagunya dilap dengan tangan sambil bilang;“Oh iyo ee ada biji nasi”.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.