Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah La Edi, 26 Tahun Menjadi Buruh Angkut di Pelabuhan Ambon demi Wujudkan Mimpi Anak

Kompas.com - 14/03/2023, 20:36 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Andi Hartik

Tim Redaksi

La Edi menuturkan, ia mulai bekerja sebagai buruh angkut di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon sejak tahun 1996 saat usianya masih 26 tahun.

Lelaki asal Bau-bau, Sulawesi Tenggara, ini mulai merantau ke Kota Ambon sebelum konflik kemanusiaan berkecamuk pada 1999.

Di Kota Ambon, ia sempat tinggal bersama istri dan empat orang anaknya di kawasan Silale, Kecamatan Nusaniwe, Ambon. Namun kini, istri dan anak-anaknya semuanya telah kembali ke kampung halamannya di Bau-bau.

“Saya kerja di sini sudah sekitar 26 tahun tapi sekarang saya sendiri di sini tinggal di Silale, kalau istri dan anak-anak sudah di Bau-bau semua,” katanya.

Baca juga: Perjuangan Kuli di Kawah Ijen Banyuwangi, Menantang Bahaya, Dorong Troli Berisi Turis Naik Turun Gunung

Tetap bersyukur

La Edi mengaku tetap bersyukur meski hanya menjadi buruh angkut. Dari kerja kerasnya itu, ia bisa menghidupi istri dan keempat orang anaknya.

Saat ini, istri dan anak-anaknya telah pulang ke kampung halamannya di Bau-Bau. Setelah keluarganya memilih pulang ke kampung halaman, La Edi malah tetap memilih bertahan di Kota Ambon sebagai buruh angkut di Pelabuhan Yos Sudarso.

Baca juga: Bentrok 2 Kelompok Pemuda di Ambon, Satu Korban Terluka, Motor dan Warung Dibakar

Ia memilih tetap bertahan di Ambon meski harus terpisah dengan keluarganya karena dari hasil jerih payahnya sebagai buruh angkut ia bisa menghidupi keluarganya.

“Saya bersykur karena dengan pekerjaan ini saya bisa menghidupi keluarga saya meski kurang-kurang,” katanya.

Menurut La Edi, selama tinggal terpisah dengan keluarganya, ia harus bekerja lebih giat lagi. Sebab ia harus mengirim uang untuk kebutuhan hidup istri dan anaknya yang belum berkeluarga di kampung halaman.

Selain itu, ia juga harus menyimpan uang untuk membayar biaya tagihan kontrakan di Ambon dan juga biaya makan setiap hari. Padahal, setiap kapal masuk di Pelabuhan, ia hanya bisa dua kali mengangkut barang milik penumpang yang turun maupun naik ke kapal.

“Biasa dua kali saja ya dapat Rp 100.000 sampai Rp 200.000. Tapi itu saya tabung lagi karena saya harus kirim ke istri dan anak di kampung Rp 500.000 setiap bulan, belum lagi harus bayar kos dan makan setiap hari di sini,” ujarnya.

La Edi sendiri belum bisa memastikan sampai kapan ia akan tetap bekerja sebagai buruh angkut di pelabuhan. Namun, yang pasti saat waktunya tiba, ia akan kembali mengikuti keluarganya di kampung halaman untuk menghabiskan masa tuanya bersama mereka.

“Saat ini masih kuat tapi saya tidak tahu sampai kapan saya bisa bertahan sebagai buruh di pelabuhan, mungkin saat saya sudah tidak kuat lagi saya akan berhenti dan akan kembali ke keluarga saya di Bau-bau,” katanya.

Ia sendiri tak pernah bermimpi untuk menjadi buru angkut. Apalah daya, kerasnya kehidupan dan sulitnya mendapat pekerjaan yang layak membuatnya harus rela bekerja mengandalkan tenaga yang dimiliknya demi bisa bertahan hidup.

Selama puluhan tahun bekerja sebagai buruh angkut di Kota Ambon, ia juga belum mampu membangun rumah untuk keluarganya sehingga ia dan keluarga harus tinggal di kos-kosan.

“Tapi saya tetap bersyukur Tuhan masih kasih kesehatan kepada saya dan sampai saat ini saya masih sehat, masih terus bekerja,” katanya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Regional
Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Regional
Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Regional
Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Regional
Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Regional
Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Kilas Daerah
Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Regional
LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

Regional
3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

Regional
Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Regional
PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

Regional
Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Regional
Polisi Tangkap Penipu Modus Jual Barang di Aplikasi Belanja Online

Polisi Tangkap Penipu Modus Jual Barang di Aplikasi Belanja Online

Regional
Kecelakaan di Pontianak, 2 Bocah Penjual Kue Meninggal

Kecelakaan di Pontianak, 2 Bocah Penjual Kue Meninggal

Regional
Longsor di Sitinjau Lauik, 2 Warga Dilaporkan Hilang, Diduga Tertimbun

Longsor di Sitinjau Lauik, 2 Warga Dilaporkan Hilang, Diduga Tertimbun

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com