Meski hanya berpendidikan rendah, namun La Edi tidak ingin anak-anaknya kelak tidak mengenyam pendidikan sama sekali.
Ia menyadari pendidikan sangatlah penting bagi anak-anaknya. Karena itu, saat anak-anaknya masih kecil, ia dan istrinya berusaha menabung untuk menyisihkan sedikit uang untuk menyekolahkan keempat anaknya.
“Semua anak-anak saya sekolahkan dari hasil pikul barang di pelabuhan,” katanya.
Dari empat anaknya tersebut, salah satu anak perempuannya bernama Irma bahkan berhasil meraih gelar sarjana di Universitas Pattimura Ambon.
Bagi La Edi, keberhasilan anaknya hingga meraih gelar sarjana merupakan sebuah kebanggaan bagi keluarga, apalagi gelar yang diraih itu didapat dengan susah payah.
“Anak perempuan saya namanya Irma dia sampai sarjana, baru wisudah di Universitas Pattimura tahun 2021 kemarin,” katanya.
Baca juga: Usai Tabrak ASN hingga Tewas, Pelajar SMA di Ambon Diantar Keluarganya Serahkan Diri ke Polisi
Ia mengaku, jeri payahnya perlahan mulai terbayar setelah ada anaknya yang berhasil disekolahkan hingga menggapai gelar sarjana.
“Terus terang saya sangat bangga, walau kami orang susah tapi dari hasil kerja keras ini saya bisa mewujudkan mimpi anak saya,” ucapnya.
Baca juga: Usai Tabrak ASN hingga Tewas, Pelajar SMA di Ambon Diantar Keluarganya Serahkan Diri ke Polisi
Sudah separuh usia, La Edi habiskan untuk bekerja sebagai buruh angkut di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon.
Saat usianya kini sudah menua dan tenaganya terus berkurang, La Edi pun berharap pemerintah maupun pihak terkait lainnya di tempatnya bekerja dapat memberikan jaminan kesehatan dan kecelakaan kerja bagi dirinya dan juga para buruh lainnya di pelabuhan Ambon.
Sebab, selama puluhan tahun bekerja sebagai buruh angkut, ia dan juga buruh lainnya tidak mendapatkan jaminan kesehatan dan juga jaminan kecelakaan kerja.
“Kami di sini tidak dapat BPJS dan jaminan kecelakaan kerja, tidak ada sampai saat ini,” katanya.
La Edi mengaku, saat ia dan keluarganya sakit, mereka harus berobat ke rumah sakit dengan mengeluarkan biaya sendiri karena memang mereka tidak punya BPJS Kesehatan.
“Kalau sakit kita ke rumah sakit tapi bayar sendiri, tidak punya BPJS Ksehatan, jadi harapan saya semoga pemerintah bisa melihat nasib kita di sini ya bisa tanggung BPJS kita,” katanya.
Yani (50), rekan La Edi, mengaku sudah 20 tahun bekerja sebagai buruh angkut di Pelabuhan Ambon. Namun, ia juga belum punya BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
“Saya juga tidak punya, jadi kalau sakit ya bayar rumah sakit,” katanya.
Sama dengan La Edi, Yani juga berharap pemerintah dan pihak terkait lainnya dapat membantu para buruh yang bekerja di pelabuhan Ambon untuk mendapatkan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
“Iya harapannya sama, semoga pemerintah bisa melihat masalah itu agar kalau nanti kita sakit kita bisa berobat secara gratis,” ujarnya.