Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesawat Perintis Jangkau Tau Lumbis, Warga Perbatasan Kini Cukup Tempuh 40 Menit untuk Urus Kependudukan

Kompas.com - 18/01/2023, 08:07 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Warga di wilayah pelosok terisolasi di perbatasan RI–Malaysia di Kecamatan Tau Lumbis, Nunukan, Kalimantan Utara, tengah bergembira dengan penerbangan perintis rute Nunukan–Tau Lumbis.

Transportasi udara ini, menjadi impian yang terwujud sejak bandara dengan nama Bulawan Sumingkai ini, tak lagi digunakan sejak 1980 silam.

Camat Tau Lumbis, Justinus mengatakan, jangkauan pesawat perintis ke Tau Lumbis menghidupkan asa dan memangkas keterisoliran yang terjadi, sekaligus menjadi akses mudah dalam mengurus administrasi kependudukan.

Baca juga: Rute Perintis Baru dari DAMRI, Sasar Kabupaten Tulang Bawang Barat

"Wilayah Tau Lumbis merupakan daerah dengan keterisoliran tinggi, dan hanya mengandalkan lalu lintas sungai. Dengan adanya pesawat perintis, warga bisa menghemat waktu dan tenaga, juga lebih irit biaya," ujarnya, Rabu (18/1/2023).

Justinus mencontohkan, biasanya, warga Tau Lumbis akan menghabiskan waktu 8 sampai 10 jam menuju Kabupaten Kota Nunukan, melalui lajur sungai.

Warga masyarakat, bisa menghabiskan biaya sekitar Rp 10-15 juta, demi mengurus administrasi kependudukan di Kota Kabupaten Nunukan.

"Sekarang kita bisa naik pesawat dengan biaya Rp 750.000 ke Nunukan, dengan waktu 40 menit sampai satu jam saja. Ini menjadi harapan warga kami memangkas keterisoliran, dan secara kultur budaya juga masyarakat bisa menyesuaikan yang di perkotaan," imbuhnya.

Keberadaan pesawat rute Nunukan – Tau Lumbis juga membuat warga setempat cukup semangat dan antusias.

Jauh-jauh hari, masyarakat bersama TNI AD membersihkan areal bandara, memindahkan bangunan dan tiang PLTS, serta menebang pohon pohon besar yang sekiranya menggangu penerbangan.

Baca juga: Cuaca Buruk dan Gelombang Tinggi, Kapal Perintis Dilarang Berlayar Lewati Laut Banda

Sebagaimana dituturkan Justinus, Bandara Bulawan Sumingkai, Tau Lumbis, awalnya dibangun pada 1978 dalam misi Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI).

Penerbangan pertama saat itu, dilakukan oleh pesawat Mission Aviation Fellowship (MAF).

Bandara di tengah permukiman warga dengan panjang sekitar 750 meter dan lebar sekitar 25 meter tersebut, kemudian terbiar setelah pesawat MAF tidak lagi melayani penerbangan, karena misi gereja telah selesai saat itu.

"Dan awal 2023, ada lagi pesawat yang melayani rute tersebut, tentu ini adalah sebuah harapan dan cara agar warga kami menuju sejahtera dan semakin berkembang," katanya antusias.

Justinus mengakui, selain lebih pada kemudahan transportasi, keberadaan pesawat perintis Smart Aviation yang melayani penerbangan saat ini, belum membuat disparitas bahan pokok teratasi.

Untuk menaikkan barang ke pesawat, ada biaya bagasi Rp 20.000/Kg. Sehingga, barang kebutuhan pokok masih lebih murah yang dibawa masuk Tau Lumbis menggunakan perahu.

Baca juga: Mengenal Kapiten Souw Beng Kong, Perintis Batavia yang Terlupakan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Regional
Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Regional
Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Regional
Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Regional
Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, 'Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta'

Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, "Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta"

Regional
Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Regional
Sempat Menghilang, Pedagang Durian 'Sambo' Muncul Lagi di Demak

Sempat Menghilang, Pedagang Durian "Sambo" Muncul Lagi di Demak

Regional
Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Regional
Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Regional
Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Regional
Irjen Pol Purn Johni Asadoma Mendaftar sebagai Calon Gubernur NTT ke PAN

Irjen Pol Purn Johni Asadoma Mendaftar sebagai Calon Gubernur NTT ke PAN

Regional
Jadi Bandara Domestik, SMB II Palembang Tetap Layani Penerbangan ke Jeddah dan Mekkah

Jadi Bandara Domestik, SMB II Palembang Tetap Layani Penerbangan ke Jeddah dan Mekkah

Regional
Mahasiswa di Ambon Tewas Gantung Diri, Diduga karena Masalah Asmara

Mahasiswa di Ambon Tewas Gantung Diri, Diduga karena Masalah Asmara

Regional
Cabuli Anak Tiri Saat Istri Tak di Rumah, Pria di Agam Ditangkap Polisi

Cabuli Anak Tiri Saat Istri Tak di Rumah, Pria di Agam Ditangkap Polisi

Regional
BPBD Minta Warga Lebak Waspadai Hujan Lebat di Malam Hari

BPBD Minta Warga Lebak Waspadai Hujan Lebat di Malam Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com