SOLO, KOMPAS.com - Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka beberapa hari lalu melontarkan pertanyaan terkait gelaran car free day (CFD) Jalan Slamet Riyadi Solo melalui akun Twitter pribadinya @gibran_tweet.
Dalam pertanyaannya itu, Gibran juga mengunggah foto sampah setelah CFD.
"Sampah setelah car free day. Ada yg setuju CFD tanpa pedagang? Atau ada ide lain?" tulis Gibran dalam akun Twitternya pada Minggu (30/10/2022).
Pertanyaan itu pun mendapat banyak tanggapan dari warganet. Salah satunya dari pemilik akun @twitkuaing yang mengatakan bahwa CFD tanpa pedagang akan mematikan perekonomian masyarakat.
Baca juga: Gibran: Pemkot Solo Siapkan Lahan Pembangunan Perumahan bagi ASN dengan DP 0 Persen
Ia justru setuju CFD digelar tanpa ada air mineral gelas dan botol sekali pakai.
"CFD tanpa pedagang itu akan mematikan perekonomian masyarakat. Gue lebih setuju dg CFD tanpa air mineral gelas & botol2 sekali pakai, Pak Wali. Udh bener @KementerianLHK meminta produsen perbesar kemasan air minum sesuai PermenLHK 75. Tdk perlu lg kemasan2 mini yg nyampah itu," katanya.
Gibran menegaskan gelaran CFD Solo tetap ada pedagang. Di sisi lain harus ada solusi bagaimana sampah CFD tidak terlalu banyak.
Produksi sampah tersebut sangat banyak. Setiap minggu sampah yang dihasilkan dari gelaran CFD mencapai 5 ton.
"Yang jelas pedagangnya tetap ada. Ojo do komen sik aneh-aneh (jangan komen yang aneh-aneh). Kita pengin solusi-solusi yang tidak menimbulkan sampah banyak banget. 5 ton akih banget (banyak banget)," kata Gibran ditemui di Balai Kota Solo, Rabu (2/11/2022).
Sampah paling banyak dari plastik bekas makanan dan botol bekas minuman. Untuk itu, Gibran berharap nantinya ada pemilahan antara sampah organik dan nonorganik.
"Nanti kalau bisa sampahnya dipisah organik dan nonorganik. Ini nanti sangat memudahkan," jelas Gibran.
Selama ini sampah CFD dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo Mojosongo guna mendukung Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
"Dalam waktu dekat kita cek ke PLTSa prosesnya sampai sejauh mana," ungkap dia.
Lebih jauh Gibran meminta supaya pedagang tidak lagi mencuci piring atau gelas di tempat. Hal ini justru akan membuat jalur pejalan kaki Slamet Riyadi menjadi kotor.
"Saya tetap tidak menyarankan pedagang cuci di tempat karena bikin kotor. Tetap menjaga kebersihan," kata Gibran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.