Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Melihat Wajah "Indonesia" di Konawe Selatan

Kompas.com - 12/10/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Memenangi kontestasi pemilihan kepala daerah sebenarnya cukup mudah. Memikat partai politik agar sudi memberikan rekomendasi.

Menjalin koalisi dengan partai-partai lain jika kecukupan suara masih kurang agar bisa memenuhi syarat pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD).

Jika memilih jalur independen, begitu sulit di awal konsolidasi dan begitu mudah dipermainkan ketika terpilih, saya lebih memilih jalur partai untuk maju di kontestasi pemilihan kepala daerah.

Usai resmi menggenggam calon pasangan kepala daerah dari KPUD, tinggalah kampanye yang cerdas dan cerdik untuk bisa memikat pilihan warga.

Mempercayakan kepada tim sukses yang benar-benar bisa memoles “kekurangan” dan “mengeluarkan” potensi dari calon kepala daerah.

Andaikan garis tangan memang berpihak, terpilihlah kepala daerah dengan emblem “gagah” yang tersemat di dada.

Justru yang tersulit adalah saat diberi amanah dari rakyat untuk menjadi “kepala daerah”. Dari sahabat-sahabat saya yang “terjeblos” kasus-kasus rasuah, selain karena faktor ketamakkan pribadi juga tidak terlepas dari “peluang” yang dibuka para anak buahnya di birokrasi.

Belum lagi dari pihak eksternal yang melihat adanya celah yang bisa “dimainkan” untuk mengeruk keuntungan dengan memanfaatkan sisi lemah birokrasi.

Birokrasi akan berjalan efektif, efisen dan tepat sasaran sesuai rencana pembangunan jangka panjang yang berkesinambungan bisa berjalan jika dipimpin oleh seorang “leader” yang bisa menjadi panutan anak buahnya.

Jangan berharap bisa maju, walau telah memiliki kantor pemerintahan kabupaten yang modern jika kepala daerahnya jarang berada di kantor.

Akibatnya anak buahnya hanya bertahan dari hari Senin hingga Kamis, itu pun dengan kerja yang minimal.

Saya terkesan dengan kiprah HM. Radhan Algindo NA anak muda Jakarta yang mau “turun gunung” untuk kembali ke daerah asalnya yang bernama Konawe Selatan.

Bersama anggota timnya, dia sisir anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu agar bisa mendapat akses beasiswa. Baginya, kemiskinan keluarga tidak boleh menghambat anak-anak mendapat pendidikan.

Berkat jaringan akses yang dimiliki Radhan Algindo, kini ratusan anak mulai dari tingkat dasar hingga menengah atas serta pelajar yang akan melanjutkan kuliah bisa mendapat bantuan beasiswa.

Saya begitu yakin, kemajuan daerah bisa dirintis dengan penyemaian benih-benih intelektualitas di kalangan anak mudanya.

Rantai kemiskinan akan terputus jika keluarga-keluarga miskin bisa terangkat kehidupannya. Pemberdayaan menjadi kata “kunci” melalui generasi mudanya yang melek pengetahuan.

Dari merekalah, suatu saat nanti Konawe Selatan akan bertansformasi menjadi daerah yang hebat. Sebagai daerah yang menjadi tujuan transmigrasi, Konawe Selatan adalah wajah Indonesia yang sebenarnya. Beragam suku tinggal dan menetap di Konawe Selatan.

“Pendidikan telah dimulai sejak janin dalam kandungan ibunya. Rahim seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Rahim ibu adalah perpustakaan bagi anak-anaknya. Pendidikanlah yang bisa mengubah harkat kehidupan.” – Tina Nur Alam, anggota Komisi X DPR-RI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com