Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Adu Nyali Menghuni Kota Kendari

Kompas.com - 30/09/2022, 12:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sejak awal abad 16, Teluk Kendari dikenal oleh para pelaut Nusantara dan Eropa sebagai jalur persinggahan dari dan menuju Ternate dan Maluku sebelum mereka mencari rempah-rempah.

Dalam sastra lisan Suku Tolaki, wilayah Teluk Kendari disebut dengan nama “Lipu I Pambandahi, Wonua I Pambandakooha” yang merupakan salah satu daerah di pesisir timur Kerajaan Konawe (Kompas.com, 11/12/2021).

Dengan jumlah penduduk yang mencapai 350.267 jiwa (data BPS, 2021) dengan kepadatan mencapai 1.289 jiwa per kilometer persegi, Kendari menjadi tipikal ibu kota provinsi yang kecepatan bertumbuhnya “melebihi” daya dukung lingkungan dan perencanaan yang tidak matang.

Jangan heran, setiap kali hujan deras bisa dipastikan akan terjadi genangan dan banjir di beberapa titik karena buruknya drainase. Bahkan tinggi permukaan air laut Teluk Kendari akan melimpas kembali ke arah kota.

Hal itu tidak terlepas dari tingginya sendimentasi di Teluk Kendari yang mencapai 5 juta kubik setiap tahunnya.

Saat Nur Alam masih menjabat Gubernur Suawesi Tenggara, Teluk Kendari begitu mendapat perhatian. Teluk Kendari yang menjadi muara 13 sungai yang mengalir di Kota Kendari, ditata demikian apik.

Ada Jembatan Bahteramas dan Masjid Terapung Al Alam yang menghiasi keelokka Teluk Kendari. Demikian juga penataan Kawasan Kota Lama Kendari dan pembenahan pelabuhan Kendari.

Sayangnya, kesinambungan pembangunan di Kota Kendari dan revitalisasi Teluk Kendari tidak berlanjut di era pasca-Nur Alam.

SOS Teluk Kendari

Seorang penyelam yang biasa diving di Wakatobi, Pulau Bokori dan Teluk Kendari mengakui bahwa keindahan di dalam perairan-perairan Sulawesi Tenggara begitu indah bagaikan surga. Terumbu karang dan keragaman makhluk bawah airnya begitu memesona.

“Di bawah Teluk Kendari indah bagaikan surga, tetapi jika di jalanan Kendari bagiakan neraka”.

Pernyataan kawan saya yang pemyelam tersebut, bukan mendiskreditkan Kendari tetapi menjadi tanda perhatiannya akan Kendari. Saya begitu menyetujui pendapat ini karena di tiga bulan terakhir ini begitu intens menetap di Kendari karena sedang menulis buku.

Hampir sebagian besar lampu lalu lintas di perempatan jalan dalam kondisi “mati” dan terkesan ada pembiaran. Butuh keberanian dan ekstra hati-hati untuk melintas persimpangan jalan.

Dari enam titik perempatan jalan yang menjadi kewenangan Dinas Perhubungan Kota Kendari seperti Wuawua, Supu Yusuf, Saranani, Edi Sabara, dan Syech Yusup, lampu lintas dalam keadaan tidak berfungsi.

Sementara lampu lalu lintas yang berada di jalan nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi, juga sami mawon. Perempatan PLN Kendari dan perempatan Kawasan MTQ juga sudah lama tidak “berkedip”.

Lampu lalu lintas sudah tidak berfungsi dan petugas – baik dari kepolisian dan Dishub pun – absen mengatur lalu lintas.

Saya jadi teringat dengan Kota Pyongyang, Ibu Kota Korea Utara yang masih menempatkan petugas pengantur lalu lintas “manual” dengan kelincahan tangan-tangannya masih mampu mengatur ketertiban lalu lintas. Saya pernah dua kali di 2005 dan 2006 mengunjungi Pyongyang.

Catatan Polresta Kendari hingga awal Juni 2022, terjadi 122 kecelakaan di Kota Kendari dengan korban 15 jiwa meninggal, 8 luka berat, dan 150 luka ringan.

Dengan menjadi saksi “keganasan” lampu merah yang tidak berfungsi, saya yakin angka ini akan meninggkat sampai akhir tahun nanti. Sepanjang lampu lalu lintas di jalan-jalan perempatan di Kota Kendari tidak dibetulkan dengan benar (Rri.co.id, 6 Juni 2022).

Kondisi buruknya traffic management di Kendari memang tidak bisa dilepaskan dengan tabiat pengendara yang berkendara dengan seenaknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com