Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Adu Nyali Menghuni Kota Kendari

Kompas.com - 30/09/2022, 12:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pengalaman saya yang pernah mukim dalam waktu “bulanan” di berbagai kota seperti di Tarakan, Surabaya, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogya, Kupang, Palu, Manado, Ternate, Gorontalo, Bandar Lampung, Palembang, misalnya, untuk mengendarai kendaraan di Kendari, butuh “skill” tinggi dan kesabaran tingkat “dewa”.

Bayangkan, pengemudi yang berada di posisi paling kiri saat menunggu lampu merah, dengan seenaknya berbelok ke kanan ketika lampu merah berganti warna. Hampir merata, di semua lampu merah yang masih berfungsi, kelakuan pengendara di Kendari memang seperti ini.

Pengalaman saya sekitar enam tahun menjadi staf ahli di National Traffic Management Center (NTMC) Korlantas Mabes Polri, fenomena menyetir dengan “suka-suka” di Kendari ini menjadi kisah yang “lepas” dari amatan.

Dimulainya penerapan e-tilang di Kendari sejak 22 September 2022, dengan pemasangan 16 kamera closed circuit televisiion (CCTV) dari Ranomeeto hingga Jembatan Bahteramas, saya anggap sebagai langkah yang tepat. Aka tetapi fungsinya untuk pengawasan dan penindakan di perempatan jalan yang lampu lintasnya mati, tentu saja alat yang canggih dan berharga mahal hanya akan jadi “pajangan” semata.

Tidak adanya penindakan dan terjadinya pembiaran menjadikan Kota Kendari bak kota lumpuh karena ketiadaan petugas di lapangan dan pemeliharaan lampu-lampu lalu lintas. Inilah yang disebut teman saya yang mengiaskan Kota Kendari bak neraka, neraka jalanan tepatnya.

Pemanahan terus terjadi

Untuk mengenal kotanya, maka jelajahi setiap penggal sudut-sudut kotanya. "Mantera" para pejalan sejati itu, saya terapkan jika berkunjung ke setiap daerah. Awal saya menjadi penghuni Kendari, saya begitu menikmati berjalan pagi di kota yang minim trotoar dan kumuh tersebut untuk mengenal wilayah Kendari.

Saya susuri Jalan Sorumba, Sao-Sao hingga Warung Kopi Anto yang legendaris, atau rute jogging saya ubah dengan memilih Jalan Lorong Makmur hingga Jalan Budi Utomo THR hingga Warung Kopi 21 yang kekinian, menjadi olahraga murah meriah yang saya pilih.

Tetapi begitu aksi pembusuran atau pemanahan oleh orang-orang iseng dengan sasaran yang random, membuat saya “mengubur” hobi menyusuri perkampungan dan jalan-jalan di Kendari.

Baca juga: Pelaku Pembusuran IRT di Kendari Ditangkap, Ternyata Tetangga Korban dan Masih Remaja

Kasus pembusuran terakhir terjadi pada remaja yang sedang asyik “nongkrong” di kawasan Bahteramas pada 21 September 2022. Ajis Rifai (20) harus mendapat perawatan serius di rumah sakit karena dipanah oleh anak-anak “tanggung” dengan menggunakan katapel (TribunnewsSultra.com, 22 September 2022).

Di bulan Agustus 2022, Suriyanti (22) seorang ibu rumah tangga di Angilowu, Mandonga, Kendari juga mengalami nasib nahas. Perempuan tersebut dijadikan sasaran panah oleh pelaku. Walau nyawanya berhasil diselamatkan, tidak urung korban mengalami trauma (Suarasulsel.id, 9 Agustus 2022).

Yang lebih tragis lagi masih di Agustus 2022, Muhammad Rajab (17) mahasiswa D-3 Jurusan Teknil Sipil Universitas Halu Oleo dipanah oleh orang tidak dikenal saat dia sedang tidur di kamar indkosnya di kawasan Lalolara, Kambu, Kendari.

Mata panah yang dilepaskan pemanah yang “iseng” itu mengenai kornea mata korban dan hingga kini masih dalam perawatan medis (TribunnewSultra.com, 12 Agustus 2022).

Masih ada beberapa kasus pemanahan yang dilakukan orang tidak dikenal selama 2022 ini dan akan terus menjadi “pekerjaan rumah” para pemangku kepentingan di Kota Kendari.

Jangan sampai stigma neraka untuk Kota Kendari menjadi pembenar dengan adanya kasus-kasus pemamahan yang menbuat warga takut untuk beraktivitas.

Jelang berakhirnya masa jabatan Walikota dan Wakil Walikota Kendari per 9 Oktober 2022 mendatang dan menunggu penunjukkan Pejabat Walikota Kendari, hendaknya Kota Kendari yang mempunyai tagline “Kota Bertaqwa” benar-benar membuat warga bisa bertaqwa dengan khusyuk.

Tentu kita semua, termasuk warga Kendari, ingin menjadikan Kota Kendari sebagai Kota Lulo yang memang patut dibanggakan sebagai etalasenya Sulawesi Tenggara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com