Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyintas Tanah Bergerak di Sukabumi, 3 Tahun Tempati Huntara, Harus Berbagi Ruangan Tidur

Kompas.com - 02/09/2022, 07:31 WIB
Budiyanto ,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com- Tiga tahun sudah para penyintas bencana tanah bergerak Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, menempati hunian sementara (huntara).

Bangunan huntara berukuran 4 x 4 meter persegi yang ditempati ratusan penyintas berlokasi di Kampung Ciboregah desa setempat.

Lokasinya sekitar 3 kilometer dari permukiman sebelumnya.

Ratusan jiwa penyintas bencana geologi ini mulai menempati huntara yang disediakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi sejak 31 Agustus 2019.

Baca juga: Bangunan Retak akibat Tanah Bergerak, Pelayanan Kantor Lurah Tande di Majene Dipindahkan

Sebelumnya, di antara mereka sempat menghuni tenda pengungsian selama hampir empat bulan.

Sedangkan bencana yang dipicu hujan dengan intensitas tinggi mulai diketahui warga pada pertengahan April 2019.

Semakin hari retakan dan amblesan tanah terus meluas secara sporadis hingga akhirnya memorak-porandakan permukiman.

"Sudah tiga tahun di sini. Bangunannya sudah pada rusak, sudah tidak nyaman," ungkap seorang penyintas, Nina Tri Agustina (27), kepada Kompas.com ditemui di huntara, Rabu (1/9/2022).

Nina menuturkan, dia harus mengatur ruangan ukuran 4 x 4 meter persegi ini dengan seoptimalnya.

Baca juga: Bukan Ceceran Baru, Batu Bara yang Kotori Pantai Cipatuguran Sukabumi Diduga dari Tumpahan Tongkang Beberapa Tahun Lalu

Ruangan yang dibangun berkerangka baja ringan dengan berdinding GRC dibagi menjadi tempat tidur, tempat belajar anak, menyimpan lemari, tempat menonton televisi, sekaligus dapur.

"Saya tinggal di sini bersama suami dan dua anak," tutur dia.

Dia juga mengkhawatirkan kondisi bangunannya karena seng di atap sudah bolong-bolong, bautnya copot terkena angin, dan hujan.

"Dinding juga bolong-bolong jadi binatang ada yang pernah masuk ke dalam," aku Nina.

 

Seorang penyintas bencana menunjukkan dinding yang bolong pada bangunan huntara di Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (1/9/2022).KOMPAS.COM/BUDIYANTO Seorang penyintas bencana menunjukkan dinding yang bolong pada bangunan huntara di Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (1/9/2022).
Menurut Nina, pemerintah pernah menjanjikan akan merelokasi para penyintas bencana ke hunian tetap (huntap) di lokasi lebih aman dan nyaman.

Namun, hingga saat ini huntap yang ditunggu-tunggu belum juga terealisasi.

"Janjinya dua tahun tinggal di huntara, tapi sampai sekarang belum terbangun. Kami di sini sudah bosan, ingin segera pindah ke huntap," ujar ibu rumah tangga itu.

"Sampai saat ini belum ada kabar, cuma angan-angan saja. Datang dari sana dari sini berjanji, tapi kenyataannya tidak ada," sambung Nina dengan nada kesal.

Baca juga: Tanah Bergerak Usai Hujan di Lebak, 5 Rumah Rusak, Jalan Putus

Ingin kembali hidup normal

Senada disampaikan penyintas bencana lainnya Sumiati (34). Dia menuturkan sebelumnya pemerintah menjanjikan dua tahun menempati huntara lalu akan dipindahkan ke huntap.

Berbagai informasi rencana pembangunan huntap sering didengar, warga sudah senang.

Apalagi lahan untuk huntap sudah ada di Kampung Cimenteng. Namun sampai saat ini belum terealisasi juga.

"Semua warga (penyintas) pasti ingin segera dibangunkan huntap. Kami ingin kembali hidup normal seperti warga lainnya tinggal di rumah yang layak," tutur dia.

"Kalau di sini kan sempit, ukurannya empat kali empat meter. Kebayang kalau anggota keluarganya banyak," sambung Sumiati yang tinggal bersama suami dan dua anaknya.

Penyintas lainnya Ade Aisyah (53) mengakui bangunan huntara sudah tidak enak, tidak nyaman.

Bila hujan berisik, dinding sudah bolong-bolong akibatnya ular masuk ke dalam.

Baca juga: Kisah 3 Tahun Bencana Tanah Bergerak di Kampung Gunungbatu Sukabumi, Penyintas Resah Karena Huntap yang Dijanjikan Belum Terwujud

Ruangan sempit harus berbagi untuk tidur, hingga dapur. Padahal sebelum terjadi bencana menempati rumah panggung miliknya cukup luas dengan kamar tiga

"Sudah enggak betah. Katanya mau dipindahkan ke huntap, sudah ada lahannya di Cimenteng tapi sampai sekarang enggak jadi-jadi, bagaimana ini," aku Ade.

"Kami sangat berharap huntap, dijanjikan dua tahun tinggal di huntara lalu pindah ke huntap. Tapi sekarang sudah tiga tahun tapi huntapnya tidak ada," sambungnya.

 

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi lokasi huntara dibangun 74 unit dalam 37 kopel, juga terdapat 4 unit tempat mandi cuci kakus (MCK) dengan masing-masing 3 kamar dan sarana air bersih.

Jumlah rumah dan penduduk terdampak bencana gerakan tanah pada April 2019 sebanyak 129 rumah dengan penduduk 161 kepala keluarga (KK) yang berjumlah 482 jiwa.

Baca juga: Fenomena Tanah Bergerak di Blitar, Warga Robohkan 2 Rumah karena Berbahaya

Sebelumnya terdata sebanyak 109 rumah dengan jumlah penduduk sebanyak 110 KK yang berjumlah 354 jiwa.

Dampak lainnya fasilitas umum berjumlah 3 unit, sawah 26 hektar dan jalan provinsi sepanjang 200 meter rusak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Seorang Nenek Jatuh dan Diseret Jambret di Pekanbaru, 2 Pelaku Ditangkap

Seorang Nenek Jatuh dan Diseret Jambret di Pekanbaru, 2 Pelaku Ditangkap

Regional
Kronologi Operator Ekskavator di Tanah Datar Terseret Lahar Dingin Saat Bekerja

Kronologi Operator Ekskavator di Tanah Datar Terseret Lahar Dingin Saat Bekerja

Regional
Viral, Video Pedagang Duku Dipalak dan Tas Dirampas Preman di Lampung Tengah

Viral, Video Pedagang Duku Dipalak dan Tas Dirampas Preman di Lampung Tengah

Regional
Marinir Gadungan Tipu Mahasiswi di Lampung, Korban Diajak Menikah hingga Rugi Rp 2,8 Juta

Marinir Gadungan Tipu Mahasiswi di Lampung, Korban Diajak Menikah hingga Rugi Rp 2,8 Juta

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Buntut Pencemaran Laut, DKP Jateng Pastikan Tambak Udang di Karimunjawa Ditutup Tahun Ini

Buntut Pencemaran Laut, DKP Jateng Pastikan Tambak Udang di Karimunjawa Ditutup Tahun Ini

Regional
Kronologi 3 Pria di Demak Paksa Bocah 13 Tahun Berhubungan Badan dengan Pacar, Direkam lalu Diperkosa

Kronologi 3 Pria di Demak Paksa Bocah 13 Tahun Berhubungan Badan dengan Pacar, Direkam lalu Diperkosa

Regional
[POPULER REGIONAL] Polemik Jam Operasional Warung Madura | Cerita di Balik Doa Ibu Pratama Arhan

[POPULER REGIONAL] Polemik Jam Operasional Warung Madura | Cerita di Balik Doa Ibu Pratama Arhan

Regional
Sebelum Lawan Korsel, Arhan Pratama Sempat 'Video Call' Ibunda

Sebelum Lawan Korsel, Arhan Pratama Sempat "Video Call" Ibunda

Regional
Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Regional
Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com