Usai lulus magister, Danny langsung memilih Kota Jayapura sebagai tempatnya untuk mencari pekerjaan. Pertama kali ke Jayapura ia tinggal di kos, sembari mencari pekerjaan. Pada tahun 2021, ia diterima sebagai pegawai honorer di Kantor Perwakilan (Kanwil) Kementerian Agama Provinsi Papua.
“Saya kerja sebagai pegawai honorer di Kanwil Kemenag Papua sambil saya kuliah doktor. Baru kurang lebih dua tahun ini bekerja di Kemenag,” ungkapnya.
Menjadi pegawai honorer di Kemenag Provinsi Papua tak menghalangi semangat Danny untuk meraih gelar doktor. Ia berhasil meraih gelar doktor dengan waktu tempuh 2 tahun delapan bulan.
Baca juga: Ezi Masdia Putri Raih Gelar Doktor Termuda Usia 26 Tahun di Unand
“Saya memang hanya honorer di Kemenag, tetapi saya buktikan bahwa bisa lulus doktor dengan waktu yang tergolong cepat di Universitas Cenderawasih,” jelasnya.
Gelar doktor yang disandang oleh Danny saat ini tidak terlepas dari pengorbanan yang telah ia lakukan, terutama dalam mencari biaya studi setiap semester yang kurang lebih sekitar Rp 20 juta.
Biaya semester ini tentu tidaklah mudah, apalagi Danny hanya merupakan pegawai honorer. Untuk membiayai studi doktornya, Danny harus mencari berbagai cara guna mendapatkan uang, salah satu dengan membuat dan menjual puding.
“Saya belajar buat puding dan saya jual kepada teman kerja, warga jemaat di gereja dan warga masyarakat di tempat saya tinggal. Hasil dari jualan puding ini saya simpan untuk menambah biaya studi doktor saya,” ungkapnya.
Bagi Danny, tidak ada alasan untuk malu untuk berjualan puding dalam membiayai pendidikannya. Sebab, berjualan merupakan pekerjaan yang halal.
“Kita berjualan sambil pendidikan. Apalagi hasil berjualan kita untuk biaya pendidikan tentu tidak perlu malu, sebab berjualan di pasar ataupun berjualan apa saja merupakan pekerjaan yang halal dan pekerjaan yang mulia,” ujarnya.