Keempat sungai besar tersebut memiliki ratusan anak sungai yang dahulu menjadi jalur transportasi ke daerah pedalaman.
Kini, sungai-sungai tersebut mengalami perubahan fungsi antara lain sebagai drainase dan untuk pengendalian banjir.
Fungsi anak-anak sungai yang semula sebagai daerah tangkapan air, sudah banyak ditimbun untuk kepentingan sosial sehingga berubah fungsinya menjadi pemukiman dan pusat kegiatan ekonomi lainnya.
Banyaknya rawa dan sungai di Kota Palembang menyebabkan Kota Palembang memiliki kerentanan terhadap bencana banjir.
Dalam hal transportasi, Kota Palembang memiliki fasilitas seperti bandara, pelabuhan, terminal bus, dan stasiun kereta api.
Bandara yang melayani Kota Palembang adalah Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II.
Pelabuhan yang ada di Kota Palembang adalah Pelabuhan Palembang atau Boom Baru, dan dilayani juga oleh Pelabuhan Internasional Tanjung Api-api di Kabupaten Banyuasin.
Terminal bus yang ada di Kota Palembang adalah Terminal Sako, Terminal alang Lebar, dan Terminal Plaju.
Kota Palembang juga memiliki jalur kereta api. Stasiun kereta api yang ada di kota Palembang adalah Stasiun Kertapati.
Dikutip dari laman perkotaan.bpiw.pu.go.id dan palembang.go.id, Kota Palembang dahulu adalah pusat Kerajaan Sriwijaya pada abad VII Masehi.
Hal ini tertuang dalam Prasasti Kedukan Bukit yang berangka tahun 16 Juni 682, beraksara Pallawa, dan bahasa Melayu Kuno.
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di daerah Palembang bagian barat pada tahun 1920.
Prasasti Kedukan Bukit mencatat perjalanan ekspedisi Dapunta Hyang, raja Sriwijaya, bersama ribuan tentara naik perahu dan ada yang berjalan kaki.
Mereka tiba di suatu tempat yang lokasinya sekarang di sekitar aliran sungai Kedukan, satu dari anak sungai Musi.
Di tempat itu raja mendirikan wanua atau permukiman pada tanggal 16 Juni 682 Masehi, yang kemudian berkembang menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya sampai beberapa abad.