KOMPAS.com - Kejadian meninggalnya bayi berusia enam bulan dalam perjalanan motor Tegal-Surabaya bersama orangtuanya, menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) perlu ditangani kepolisian karena ada dugaan kelalaian pengasuhan yang mengancam nyawa anak.
Komisioner KPAI mengatakan hal itu perlu agar peristiwa serupa tidak berulang.
Pakar hukum pidana, Agustinus Pohan, menilai jika bisa dibuktikan adanya korelasi antara kematian dengan tindakan orang tua si anak, maka bisa diseret ke ranah pidana.
Namun dalam kasus ini, dia mengatakan perlu dipertimbangkan aspek kemanusiaan karena pelaku mengalami penderitaan luar biasa atas kehilangan anaknya.
Baca juga: 5 Tips Aman dan Nyaman Mengajak Bayi Bepergian
Meninggalnya bayi karena orang tua "naik motor" demi bola ini, menuai banyak kecaman warganet.
Pasangan FJ (38) dan RA (37) mengakui "keteledorannya" sebagai orang tua yang nekat mengajak anaknya yang masih berusia enam bulan untuk menonton pertandingan Persebaya melawan Persita di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, pada Minggu kemarin.
Dalam cuitan di Twitter, FJ mengatakan terpaksa naik motor dari Tegal ke Surabaya karena dianggap lebih hemat ketimbang mobil.
Maka pada Sabtu pagi itu, ia bersama istri dan anaknya memutuskan naik sepeda motor. Selama perjalanan, mereka mengaku sudah berhenti sebanyak tiga kali di Kota Pekalongan, Kudus, dan Tuban.
Tapi pada Minggu pagi atau setelah hampir 12 jam perjalanan, kondisi sang anak mulai menurun. Mulai dari tidak mau minum susu hingga batuk disertai dahak.
Baca juga: Bayi 4 Bulan di Palopo Ini Ikut Wisuda Gantikan Ibunya yang Meninggal Dunia
"Anak saya batuk-batuk semacam ada dahak, napas agak sesak. Karena batuk terus, saya kasih Vicks di bagian dada dan punggungnya. Hingga pukul 08.30 WIB sampai pukul 09.00 WIB, kok masih batuk terus, nangis terus, rewel terus kayak kelelahan. Akhirnya saya bawa ke rumah sakit," ujarnya.
Ia dan istri membawa anaknya ke RS Marinis di Gunungsari, kemudian dirujuk ke RSAL Surabaya.
Tapi karena kondisi bayi enam bulan itu sudah terlalu lemah sehingga tak tertolong meskipun telah diberikan alat bantu pernapasan.
"Setelah dibantu pakai alat pernapasan, napasnya ada lagi. Kemudian dari hasil analisis dokter mengatakan ada cairan di paru-paru. Sekitar pukul 15.10 WIB saya dipanggil, katanya jantung anak saya sudah nggak berdetak. Terus dibantu lagi dengan alat agar jantungnya berdetak," kata FJ.
Baca juga: Sosok Diduga Bayi yang Dibuang Remaja 18 Tahun di Parepare Ditemukan di Tempat Sampah
Kejadian meninggalnya sang anak, diakui adalah kesalahannya.
"Akhirnya saya belajar apa maksa 'Persebaya sak tekone Izrail' (mendukung total Persebaya sampai malaikat Izroil, sang pencabut nyawa datang menjemput ajal) berkat ketololan yang terbungkus ego dan kesombongan saya," tulis FJ.
Dia pun meminta orang lain untuk tidak melalukan tindakan yang sama sepertinya. "Cukup saya yang tolol. Saya bukan bonek yang baik tolong jangan ditiru."