KOMPAS.com - Kota Palembang merupakan ibu kota dari Provinsi Sumatera Selatan, sekaligus kota tertua di Indonesia.
Sebagai salah satu destinasi pariwisata, Kota Palembang terkenal dengan kuliner pempek dan jembatan Ampera yang terbentang di atas Sungai Musi.
Baca juga: 5 Tempat Nongkrong di Palembang dengan Suasana Nyaman
Letak Kota Palembang juga cukup strategis karena dilalui oleh jalan lintas Sumatera yang menghubungkan berbagai daerah di Pulau Sumatera.
Baca juga: 5 Tempat Wisata di Palembang yang Cocok Dikunjungi Bersama Anak-anak
Dilansir dari publikasi Kota Palembang Dalam angka 2022 yang dirilis oleh BPS, berikut adalah profilnya.
Baca juga: Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang Resmi Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20
Kota Palembang merupakan sebuah kota metropolitan dengan luas sekitar 400,61 kilometer persegi.
Dari luas tersebut, Kota Palembang terbagi menjadi 18 kecamatan dan 107 kelurahan.
Berdasarkan letak astronomisnya, Kota Palembang berada di antara 2°52’ - 3°5’ Lintang Selatan dan 104°37’ - 104°52’ Bujur Timur.
Hal ini membuat letak Kota Palembang tepat berada di bawah garis Khatulistiwa.
Sementara menurut letak geografisnya, batas-batas Kota Palembang adalah sebagai berikut:
Jumlah penduduk Kota Palembang pada tahun 2021 yang mencapai 1.686.073 jiwa.
Kepadatan penduduk Kota Palembang pada tahun 2021 adalah sekitar 4.209 jiwa per kilometer persegi.
Sementara laju pertumbuhan penduduk Kota Palembang pada tahun 2010-2020 adalah 1,03 persen.
Topografi Kota Palembang didominasi oleh dataran rendah sehingga terdapat banyak rawa dan dialiri banyak sungai.
Kota Palembang dibelah oleh Sungai Musi menjadi dua wilayah yaitu Seberang Ulu dan Seberang Ilir.
Selain Sungai Musi, terdapat 3 sungai besar lainnya yang melintasi Kota Palembang yaitu Sungai Komering, Sungai Ogan, dan Sungai Keramasan.
Keempat sungai besar tersebut memiliki ratusan anak sungai yang dahulu menjadi jalur transportasi ke daerah pedalaman.
Kini, sungai-sungai tersebut mengalami perubahan fungsi antara lain sebagai drainase dan untuk pengendalian banjir.
Fungsi anak-anak sungai yang semula sebagai daerah tangkapan air, sudah banyak ditimbun untuk kepentingan sosial sehingga berubah fungsinya menjadi pemukiman dan pusat kegiatan ekonomi lainnya.
Banyaknya rawa dan sungai di Kota Palembang menyebabkan Kota Palembang memiliki kerentanan terhadap bencana banjir.
Dalam hal transportasi, Kota Palembang memiliki fasilitas seperti bandara, pelabuhan, terminal bus, dan stasiun kereta api.
Bandara yang melayani Kota Palembang adalah Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II.
Pelabuhan yang ada di Kota Palembang adalah Pelabuhan Palembang atau Boom Baru, dan dilayani juga oleh Pelabuhan Internasional Tanjung Api-api di Kabupaten Banyuasin.
Terminal bus yang ada di Kota Palembang adalah Terminal Sako, Terminal alang Lebar, dan Terminal Plaju.
Kota Palembang juga memiliki jalur kereta api. Stasiun kereta api yang ada di kota Palembang adalah Stasiun Kertapati.
Dikutip dari laman perkotaan.bpiw.pu.go.id dan palembang.go.id, Kota Palembang dahulu adalah pusat Kerajaan Sriwijaya pada abad VII Masehi.
Hal ini tertuang dalam Prasasti Kedukan Bukit yang berangka tahun 16 Juni 682, beraksara Pallawa, dan bahasa Melayu Kuno.
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di daerah Palembang bagian barat pada tahun 1920.
Prasasti Kedukan Bukit mencatat perjalanan ekspedisi Dapunta Hyang, raja Sriwijaya, bersama ribuan tentara naik perahu dan ada yang berjalan kaki.
Mereka tiba di suatu tempat yang lokasinya sekarang di sekitar aliran sungai Kedukan, satu dari anak sungai Musi.
Di tempat itu raja mendirikan wanua atau permukiman pada tanggal 16 Juni 682 Masehi, yang kemudian berkembang menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya sampai beberapa abad.
Jejak-jejak aktivitas permukiman masa Sriwijaya di Palembang banyak ditemukan di daerah Seberang Ilir (tepi Sungai Musi bagian utara), meliputi daerah Talang Tuo, Karanganyar, Bukit Siguntang, Candi Angsoka, daerah sekitar Benteng Kuto Besak, Sabokingking dan Geding Suro serta di kawasan Pusri.
Penataan permukiman masa Sriwijaya itu dapat diamati antara lain sisa-sisa kanal kuno, dan pulau-pulau buatan yang berhubungan dengan Sungai Musi, sisa bangunan candi di Angsoka, situs-situs hunian dan pembuatan manik-manik di sekitar Bukit Siguntang dan Kambang Unglen dan situs-situs hunian di sekitar Sabokingking dan Gedingsuro.
Penataan permukiman Kota Palembang pada masa pasca Sriwijaya tidak berbeda jauh dengan penataan permukiman pada masa Sriwijaya.
Bangunan-bangunan untuk bermukim terdapat di sepanjang tepi Sungai Musi dan daerah lahan basah (wetland) lainnya, antara lain dataran banjir (floodplain), rawa belakang (backswamp) dan rawa gambut (peatswamp).
Dataran kering biasanya digunakan untuk bangunan-bangunan yang berkaitan dengan religi (masjid, makam) dan bangunan publik lainnya.
Kota Palembang pada masa Kerajaan Palembang dan Kesultanan Palembang mengembangkan morfologi permukiman masa Sriwijaya yaitu mengelompok di tepi Sungai Musi dan dataran kering di daerah Seberang Ilir.
Pada masa sekarang tepatnya sekitar tahun 2000an, daerah Seberang Ulu mulai intensif dikembangkan, khususnya untuk kawasan perkantoran dan kawasan olah raga di Jaka Baring.
Sumber:
tribunnewswiki.com
palembangkota.bps.go.id
perkotaan.bpiw.pu.go.id
palembang.go.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.