"Anak saya dosen di salah satu kampus luar kota. Anak saya tidak tahu saya di panti. Selama ini saya tinggal dengan saudara. Namun karena saudara sudah tua, anak-anaknya sudah besar, maka saya sadar diri. Dia repot maka saya ditawarin menjadi warga panti, saya mau saja," jelasnya.
Selama di panti dirinya mengaku bahagia banyak teman, makan berkecukupan apalagi semua pegawai dan karyawan melayaninya dengan senyum.
"Kalau di rumah cerita kakek-kakek yang lain mungkin karena sudah bosan jadi sering dicemberuti menantu, anak bahkan bisa juga isteri. Kalau di sini semua melayani dengan senyuman," ujarnya berseloroh.
Suhani (73), kakek dengan tampilan keren mengenakan celana pendek dan kemeja lengan pendek mengisahkan, dirinya memiliki seorang anak yang masih sekolah di pesantren sementara istrinya sudah lama meninggal.
Dia pernah mengalami kecelakaan hingga harta bendanya habis untuk berobat.
"Saya terlibat kecelakaan, untuk biaya berobat saya menjual rumah. Saat sembuh saya tidak punya rumah. Lalu oleh perangkat desa saya dibawa ke panti. Untung anak saya bisa sekolah gratis di pesantren. Saat ini saya merasa orang termiskin di dunia," kata kakek yang sudah tinggal di panti selama 3 tahun ini sambil terkekeh.
Di panti itu, Kakek Suhani sering bertemu dengan nenek warga panti bangsal perempuan dan ternyata mulai tumbuh benih cinta. Bahkan, Suhani pernah mengajukan ingin menikahi perempuan dambaannya kepada petugas PSTW.
"Saya pernah mengajukan hendak menikahinya pada pengurus PSTW. Namun di sini aturannya kalau menikah maka kami harus keluar. Saya kan tidak ada rumah lagi di luar, maka saya ikut aturan saja batal menikah. Padahal neneknya juga sudah mau dan setuju," kenang Suhani.