BANYUMAS, KOMPAS.com - Sebagian besar masyarakat masih memandang sebelah mata keberadaan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Keberadannya banyak ditemukan di antara keramaian kota, di pinggir jalan, di pasar, dan di pusat-pusat pertokoan.
Namun, hanya sedikit yang peduli terhadap mereka. Bahkan, tak jarang mereka harus terusir karena dianggap mengganggu.
Dari keprihatinan itulah, Sapto Adi Wibowo (31), warga Kelurahan Kober, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, ini tergerak untuk membantu.
Baca juga: Pesawat TNI AU Jatuh di Blora, Dandim Ungkap Kondisi Jenazah
Bermula dari gerakan individu, kini ia dan rekan-rekannya membentuk komunitas yang bernama Relawan ODGJ Banyumas.
Pria yang akrab disapa Saprol ini menceritakan, awalnya sekitar tahun 2016 hanya sekadar memberikan makanan kepada ODGJ yang kadang ditemui di depan tempat kerjanya di Kebumen.
"Kasihan, banyak orang menganggap sebelah mata. Dari situlah saya terenyuh, (melihat) mereka makan dari sampah," tutur Ketua Relawan ODGJ Banyumas ini saat ditemui, baru-baru ini.
Tak jarang Saprol juga memberikan pakaian kepada ODGJ yang tidak berbusana.
"Saya waktu itu berpikir, dari sekian banyak orang yang melihat ODGJ enggak pakai baju kok dibiarkan. Akhirnya saya kasih baju," kata Saprol.
Sekembalinya ke Purwokerto pada tahun 2020, kebiasaan Saprol terus berlanjut.
Kemudian, suatu hari Saprol mengunggah foto ODGJ yang ditemui di sekitar rumahnya ke Facebook. Harapannya kala itu, barangkali ada orang atau keluarga yang mengenalnya.
Tak disangka, saat itu ada seseorang bernama Johan yang merespons unggahan Saprol.
Johan menyampaikan di grup lain ada warga Cirebon sedang mencari anggota keluarganya yang hilang.
Baca juga: 4 Hari Dicari, Jenazah Baharuddin Ditemukan Dalam Perut Buaya
Singkat cerita, Saprol dan Johan akhirnya dapat memertemukan ODGJ tersebut dengan keluarganya yang telah lama terpisah.
"Kok asyik, modal medsos (media sosial) bisa mempertemukan orang," kenang Saprol.
Sejak saat itu, Saprol bersama Johan lebih intens mengunggah ODGJ yang ditemui di jalan ke grup-grup Facebook.
"Kami ingin lebih banyak mempertemukan orang," ujar Saprol.