Saat ini identifikasi ODGJ lebih mudah, karena relawan telah bekerja sama dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dindukcapil).
Namun, lanjut Saprol, tidak sedikit ODGJ yang memberontak ketika akan dievakuasi.
"Pernah ada ODGJ yang ngamuk, sampai rumahnya hancur. Ada polisi yang luka juga karena dia bawa senjata tajam," ujar Saprol.
Relawan lainnya, Teguh Purwoko (34) menuturkan, kerap mendapatkan bogem mentah dari ODGJ.
"Kami sering dipukul, kekuatan fisik mereka itu bisa empat kali lipat dari orang biasa. Berhadapan dengan ODGJ yang bawa pisau, pacul, dan sebagainya itu biasa," ungkap Teguh.
Hal yang sama disampaikan Emilia Prabasari (52). Menurut dia, pendekatan kepada ODGJ harus dengan kasih sayang.
"Kami hanya pakai kasih sayang, ODGJ ngamuk itu karena merasa terancam," ujar Emilia.
Emilia menceritakan, suatu ketika pernah dimintai tolong karena ada ODGJ yang mengamuk dan merusak rumah warga.
"Saya dilapori ada ODGJ melempari kaca rumah warga, tidak ada yang berani mendekat. Saya beranikan diri mendekati, terus salaman, nurut, saya aja heran. Dan yang bikin nggrentes saat mau ditinggal dia nangis," tutur Emilia.
Ketiganya mengaku mendapat kepuasan batin tersendiri ketika dapat menolong ODGJ. Apalagi hingga dapat sembuh dan bertemu kembali dengan keluarganya.
"Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Contoh belum lama ini ada orang Sidoarjo, keluarganya sampai habis satu rumah untuk mencarinya," kata Emilia.
Berkat andil relawan, keluarga tersebut akhirnya dapat bertemu dengan anggota keluarganya yang telah lama terpisah.
Baca juga: Ketika Ganjar Diajak Bantu Evakuasi ODGJ di Banyumas
"Kami tidak mendapat bayaran. Kami senang sekali melihat orang lain tersenyum," ujar Emilia.
Namun, yang membuat Emilia dan kawan-kawan sedih, banyak ODGJ yang ditolak kembali ke keluarga.
Menurut Saprol, sebagian besar ODGJ yang dievakuasi ditolak untuk kembali bersama keluarganya dengan berbagai alasan.
"Mungkin hampir 90 persen ditolak keluarga," kata Saprol.
Mereka yang ditolak keluarga akhirnya terpaksa dibawa ke panti sosial atau panti rehabilitasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.