Tidak puas sampai di situ, seiring semakin banyaknya orang-orang yang peduli terhadap gerakannya, Saprol dan Johan mulai berpikir untuk merawat ODGJ yang dijumpai.
Mereka mengevakuasi, memotong rambut atau kuku, memandikan, hingga mengantarkannya ke rumah sakit.
Setelah dinyatakan sembuh, mereka akan berusaha mempertemukannya dengan keluarga.
"Relawan ODGJ Banyumas ini secara resmi terbentuk akhir 2020. Awalnya hanya saya dan Johan itu," kata Saprol.
Relawan yang kini berjumlah 52 orang ini, kata Saprol, berasal dari berbagai latar belakang. Ada pekerja kantoran, pengusaha hingga orang-orang jalanan.
Saprol mengatakan, hingga saat ini komunitasnya telah berhasil mengevakuasi 301 ODGJ, baik mereka yang di pinggir jalan maupun yang dipasung oleh keluarga.
"Kadang dalam sehari bisa mengevakuasi empat sampai lima orang," ujar Saprol.
Sebagian di antara mereka, kata Saprol, akhirnya dapat bertemu dengan keluarga yang telah terpisah hingga 16 tahun.
Namun, tidak sedikit yang akhirnya harus tinggal di panti rehabilitasi atau panti sosial, karena mendapat penolakan dari keluarga.
Suka duka dialami para anggota Relawan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Banyumas, Jawa Tengah.
Di tengah berbagai keterbatasan, mereka terus bergerak, mengevakuasi, membersihkan, merawat hingga mengantarkan ODGJ kembali ke keluarganya.
Saprol mengatakan, untuk kebutuhan operasional tidak jarang mereka harus merogoh uang dari kantong masing-masing.
"Biasanya kami patungan, yang ada (uang) nomboki dulu. Ada sedikit juga dari para donatur," ujar dia.
Mereka juga sering kesulitan ketika akan mengevakuasi ODGJ di jalan. Sebab, tidak ada yang memiliki mobil.
Biasanya, mereka meminta bantuan kepada perorangan, relawan dari komunitas lain atau instansi pemerintah untuk membawa ODGJ ke rumah sakit.
Tak sampai di situ, Saprol juga kerap adu mulut dengan petugas rumah sakit karena harus menyertakan persyaratan administrasi untuk melengkapi dokumen pasien.
"Sering terkendala masalah administrasi, padahal urgen. Kami sering adu mulut dengan petugas rumah sakit. Kami berpikir bagaimana supaya mereka cepat tertangani, tapi setelahnya kami tetap mengurus administrasinya," ujar Saprol.
Sebelum atau selepas mendapatkan penanganan medis, para ODGJ biasanya ditampung di rumah singgah milik Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat, dan Desa (Dinsospermades).
Pihaknya juga berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk penanganan medisnya.
Lantas bagaimana mereka melakukan pendekatan kepada ODGJ hingga bersedia dibawa ke rumah sakit atau ke rumah singgah?
"Kuncinya bagaimana mengambil hatinya untuk nyaman sama kami," kata Saprol.
Baca juga: Seorang Pria Mengaku Keluarga Gus Dur Bawa Kabur 2 Cicin Nenek di Banyumas, Ditukar Uang Rp 4.500
Setelah bisa diajak berkomunikasi, para relawan biasanya akan memandikan ODGJ. Selanjutnya relawan akan mencoba menanyakan nama dan alamat yang bersangkutan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.