Kebo bule yang menjadi daya tarik masyarakat dalam perayaan malam satu suro ini dianggap keramat oleh masyarakat setempat.
Dalam Babad Solo karya Raden Mas (RM) Said dijelaskan leluhur kebo bule adalah hewan klangenan atau kesayangan Paku Buwono II, sejak istana masih di Kartasura.
Sedangakan menurut seorang pujangga kenamaan Keraton Kasunanan Surakarta, Yosodipuro, leluhur kerbau memiliki warna putih yang khas, yaitu putih agak kemerah-merahan.
Ia mengatakan bahwa kerbau merupakan hadiah dari Kyai Hasan Beshari Tegalsari Ponorogo kepada Paku Buwono II.
Kerbau menjadi cucuk lampah (pengawal) dari pusaka keraton yang bernama Kyai Slamet ketika beliau pulang mengungsi dari Pondok Tegalsari saat terjadi pemberotakan pecinan membakar Istana Kartasura.
Tradisi malam satu suro di Yogyakarta identik dengan membawa keris dan benda pusaka sebagai iring-iringan kirab.
Para abdi dalem keraton akan membawa gunung tumpeng sebagai hasil kekayaana alam serta benda pusaka dalam tradisi malam satu suro.
Baca juga: Tradisi Perayaan Satu Suro di Pura Mangkunegaran Surakarta
Perayaan tradisi ini menitikberatkan pada ketentraman batin dan keselamatan maka ritual ini selalu diiringi dengan pembacaan doa dari semua masyrakat yang hadir merayakan. Tujuannya untuk mendapatkan berkah dan menjauhkan bahaya.
Masyarakat memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tradisinya bermacam-macam, seperti tapa bisu atau tidak mengeluarkan kata-kata sebagai upaya untuk mawas diri apa yang sudah dilakukan selama setahun penuh dan menghadapi tahun baru di esok pagi.
Sumber:
petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id dan uin-malang.ac.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.