Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Aning Rawat 60 Anak Panti Asuhan dengan Jualan Tahu Petis di Kota Semarang

Kompas.com - 09/07/2022, 17:02 WIB
Muchamad Dafi Yusuf,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Puluhan anak-anak terlihat antusias memproduksi tahu petis di panti asuhan yang berada di Delta Mas VII nomor 56, Kuningan, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Mereka mempunyai tugas masing-masing.

Sebagian, ada yang memproduksi tahu petis sementara yang lainnya bertugas membungkus tahu petis.

Panti asuhan yang diasuh oleh Aning tersebut mulai mencoba untuk memproduksi tahu petis sejak pandemi karena donatur sepi.

Swadaya melalui bisnis tahu petis adalah satu-satunya cara agar puluhan anak-anak yang ada di panti asuhan tersebut kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi.

Baca juga: Kisah Panti Asuhan Manarul Mabrur Semarang Asuh Puluhan Bayi yang Lahir di Luar Nikah

"Kalau tak swadaya tahu petis terus mau makan apa anak-anak ini. Jumlahnya ada sekitar 60 anak asuh di sini," kata Aning, saat ditemui di Panti Asuhan Rumah Shalom yang diasuhnya, pada Sabtu (9/7/2022).

Anak panti diajarkan wirausaha

Dengan usaha tahu petis itu, kini panti asuhan tersebut justru bisa mandiri. Anak-anak yang tinggal di panti asuhan juga bisa lebih produktif.

Mereka diajarkan untuk berwirausaha sejak dini, mulai dari memproduksi hingga pemasaran.

Pemegang media sosial tahu petis yang diberi merek "Bu Aning" itu juga anak panti.

"Harapannya setelah keluar dari panti nanti mereka bisa membuka lapangan pekerjaan dengan berbisnis," ujar dia, sambil menunjukkan proses produksi tahu petis.

Baca juga: Kisah Yoga, Seniman Mural Semarang yang Tampil di Video Clip Rich Brian

Penghasilan dari jualan tahu petis itu, akan digunakan untuk biaya keperluan anak asuh mulai dari sekolah hingga keperluan sehari-hari.

Saat ini, dia bisa bernapas lega. Awalnya, Aning mengaku sulit tidur selama berminggu-minggu karena memikirkan kebutuhan anak asuh ketika sepi donasi.

"Sekarang sudah bisa jalan, awalnya berpikir keras sampai susah tidur karena sepi donasi saat pandemi Covid-19," ujar dia.

Hampir putus asa

Dia mengaku, hampir putus asa karena tak ada pemasukan untuk membiayai kebutuhan anak asuhnya. Aning beruntung ada suami yang menguatkannya.

"Hampir putus asa, beruntung suami saya selalu mendukung saya," ujar dia.

Selain pengelolaan media sosial, bagian keuangan dan administrasi juga dipegang secara langsung oleh anak asuhnya. Aning bertugas sebagai pemantau dan pembimbing.

"Kami mulai bisnis sejak 2019 dan sekarang sudah anak-anak semua ini yang pegang," imbuh dia.

Awalnya, dia sempat ragu jika usaha tahu petis tersebut dianggap hanya memanfaatkan anak Panti Asuhan Rumah Shalom.

Baca juga: Beberapa Papan Bertuliskan ACT di Kantor Kota Semarang Mulai Diturunkan, Ini Penjelasan ACT Jateng

"Ya sempat berkecil hati takut kalau nanti usaha itu mati dan dianggap memanfaatkan anak-anak panti," papar dia.

Satu boks isi 11 tahu petis dia jual mulai Rp 35.000. Sementara, untuk tahu petis yang menggunakan vocum Rp 43.000 per boks.

"Yang pakai vocum itu bisa bertahan hingga 10 hari," ungkap dia.

Dalam satu hari, Panti Asuhan Rumah Shalom bisa memproduksi sekitar 100 boks.

Tahu petis "Bu Aning" bisa dipesan melalui offline dan online.

"Kalau keuntungannya lumayan bisa menambal kebutuhan anak-anak," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada Banyumas, PDI-P Buka Pintu Koalisi dengan Partai Lain

Pilkada Banyumas, PDI-P Buka Pintu Koalisi dengan Partai Lain

Regional
[POPULER NUSANTARA] Pensiunan PNS Tiba-tiba Jadi WN Malaysia | Kerangka Manusia Berpeci di Gunung Slamet

[POPULER NUSANTARA] Pensiunan PNS Tiba-tiba Jadi WN Malaysia | Kerangka Manusia Berpeci di Gunung Slamet

Regional
Polisi Masih Buru Pembuang Bayi dalam Ember di Semarang

Polisi Masih Buru Pembuang Bayi dalam Ember di Semarang

Regional
Penuturan Eks Anggota OPM yang Kembali ke NKRI: Ingin Perbaiki Keluarga dan Kehidupan

Penuturan Eks Anggota OPM yang Kembali ke NKRI: Ingin Perbaiki Keluarga dan Kehidupan

Regional
Oknum HRD di Halmahera Selatan Diduga Pakai Data 45 Karyawan untuk Pinjol

Oknum HRD di Halmahera Selatan Diduga Pakai Data 45 Karyawan untuk Pinjol

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Regional
Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Regional
Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Regional
Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Regional
Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Regional
4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

Regional
Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com